Usai Pak Kardi selesai, ia pamit dan kami pun pulang tepat usai bel berbunyi memekikkan siang itu.Â
Kami pun tak sempat tanya kepada nama-nama yang saya tulis tadi, apakah benar penjelasan kepala sekolah kami itu.
Yang jelas, kasatmata kami memang melihat teman-teman yang etnik Tionghoa punya semangat berlipat dalam belajar.Â
Kami belum kenal laptop zaman itu, Irsan Kurniawan sudah bawa laptop. Uniknya kawan kami ini, dialah pengambil kapur tulis abadi untuk kelas kami.Â
Belum ada papan tulis putih kala itu, adanya papan tulis hitam yang mesti ditulisi dengan kapur tulis. Jadul banget ya.
Itulah sekelumit cerita guru saya tentang orang Tionghoa.Â
Kepada beliau, kita sama lamatkan surat Al Fatihah, semoga segala amal saleh almarhum Pak S Kardi Idris selama hidup diterima Allah Swt. Aamiin. [Adian Saputra]
Foto pinjam dari sini
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI