Mohon tunggu...
Adian Saputra
Adian Saputra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Menyukai tema jurnalisme, bahasa, sosial-budaya, sepak bola, dan lainnya. Saban hari mengurus wartalampung.id. Pembicara dan dosen jurnalisme di Prodi Pendidikan Bahasa Prancis FKIP Unila. Menulis enggak mesti jadi jurnalis. Itu keunggulan komparatif di bidang kerja yang kamu tekuni sekarang."

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Gara-Gara Amien Rais, Saya Dimarahi Editor

30 Desember 2022   22:37 Diperbarui: 31 Desember 2022   11:01 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Setelah menulis dan menemukan klip yang saya nilai cocok, saya segera kirim SMS ke ponsel redaksi. Kalau editor dari kantor Jakarta telepon, saya akan membacakan hasil berita itu beserta klipnya. Bunyi SMS saya kurang lebih: Kampanye di Lampung, Amien Rais nyatakan sikap soal dugaan korupsi Abdul Hadi Djamal. 

Tak lama ponsel Nokia jadul saya berdering. Suara di seberang telepon saya kenal dengan baik. Editor yang menelepon saya dan akan merekam suara saya laporan itu namanya Doddy Rosadi. Apa kabar, Mas Doddy, hehehe. Mas yang ini memang dikenal keras kalau kita tidak cakap melaporkan. Termasuk bisa kena marah kalau angle yang dipilih tidak kuat.

"Ayo laporan.  Satu, dua tiga." Saya kemudian membacakan berita di notes. Di tengah pembacaan, saya setel klip yang sudah saya persiapkan. Suara Amien Rais terdengar dan saya dekatkan dengan ponsel. Usai klip selesai, saya teruskan dengan narasi berikutnya.

"Dari Bandar Lampung, Adian Saputra, KBR68H." Begitu saya mengakhiri laporan.

Mas Doddy langsung naik pitam. Saya deg-degan.

"Adian, angle kamu itu udah umum di Jakarta. Jangan yang itu. Coba kamu tanya tadi soal strategi memenangkan PAN kayak mana, misalnya di Lampung. Kamu nanya itu enggak tadi?". Mas Doddy bilang begitu.

"Nanya kok, Mas, soal itu," jawab saya.

"Ya udah bikin itu aja. Lima menit lagi gua telepon. Siapin klip yang pas."

Saya keringat dingin. Keringat yang panas sudah tadi pas panas-panasan wawancara Amien Rais. Keringat dingin kena marah editor. Nikmat mana lagi yang kamu dustakan, Adian.

Saya kemudian menulis berita baru. Angle-nya saya ubah sesuai dengan permintaan kantor. Untung saya tadi tanya yang diminta editor. Kawan sudah pulang semua, saya masih teronggok di sudut stadion. Setengah jam telepon berdering lagi. Laporan kali itu soal apa yang saya tanyakan ke Amien Rais. Alhamdulillah kali ini tidak kena marah lagi.

Sejujurnya saya senang dimarahi. Sudah biasa. Sama bapak saya yang lulusan Akademi Maritim Nasional itu saya juga sering kena marah. Dari SD malahan. Kalau sekarang pas kerja kena marah ya sudah jadi makanan. Saya senang karena dari situ saya bisa belajar. Hari itu berakhir khusnul khatimah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun