Mohon tunggu...
Adian Saputra
Adian Saputra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Menyukai tema jurnalisme, bahasa, sosial-budaya, sepak bola, dan lainnya. Saban hari mengurus wartalampung.id. Pembicara dan dosen jurnalisme di Prodi Pendidikan Bahasa Prancis FKIP Unila. Menulis enggak mesti jadi jurnalis. Itu keunggulan komparatif di bidang kerja yang kamu tekuni sekarang."

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Gara-Gara Amien Rais, Saya Dimarahi Editor

30 Desember 2022   22:37 Diperbarui: 31 Desember 2022   11:01 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

"Pak, lima menit aja, Pak. Buka sih, Pak, kacanya. Kami mau wawancara." Lisan saya berujar demikian. Saya hakulyakin Amien Rais lihat.

Alhamdulillah, usai pasang wajah memelas, kaca pintu mobil terbuka. Amien pasang wajah senyum. Saya segera ambil tape recorder. Begitu kaca terbuka, kawan-kawan yang di belakang merangsek. Saya sampai terduduk. Tinggal tangan ada di atas sambil pegang tape rekam. Wajah saya mendongak supaya masih bisa lihat sekilas Amien Rais. Dalam hati, gini amat cari duit, hahaha.

Amien jawab soal pertanyaan wartawan. Ringkasnya ia bilang, PAN komitmen dengan pemberantasan korupsi. Ia mendukung KPK yang hendak menegakkan aturan. Termasuk jika ada kader PAN terlibat. Saya sempat tanya setengah teriak.

"Pak, strategi untuk menang pemilu 2009 ini, khususnya untuk Lampung apa?"

Amien kemudian menjawab. Ia paparkan strategi untuk meraih kemenangan PAN dalam pemilu 2009 itu. 10 menit wawancara selesai.

"Sudah ya, yuk semua, makasih ya. Assalamualaikum." Amien mengakhiri wawancaranya. Kaca pintu mobil tertutup lagi. Saya masih setengah terduduk di bawah. Kawan-kawan pada cari saya. Sebagian teriak.

"Adian mana, Adian mana?"

"Gua di bawah." Mereka tertawa lihat saya kuyup di bawah. Lengan kanan saya memerah. Panas bodi mobil bikin kulit saya yang gelap makin keling. Nasib, nasib.

Sepuluh menit saya terpaksa mendengarkan bareng hasil wawancara itu dari tape recorder andalan. Teman yang lain rata-rata hanya mencatat. Mereka butuh dengarkan itu supaya beritanya valid.

Saya juga menulis di buku kecil, notes istilahnya. Dulu, kalau laporan ke Kantor Berita Radio 68H itu saya mesti mengetik kurang lebih lima alinea. Naskahnya harus padat. Isu atau angle mesti kuat. Berita daerah bersaing dengan reporter dari kota lain se-Indonesia. Kalau angle tak kuat, berita tidak bakalan naik siar. Kalau tak naik siar, tak dapat duit. Makanya mesti pintar-pintar cari angle.

Saya menulis soal jawaban Amien Rais tentang korupsi kader PAN itu. Usai menulis di notes saya mesti cari klip terbaik dari hasil wawancara itu, saya mesti dengar ulang untuk mencari klip rekaman yang paling kuat paling tidak 10 sampai 15 detik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun