Mohon tunggu...
Adian Saputra
Adian Saputra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Menyukai tema jurnalisme, bahasa, sosial-budaya, sepak bola, dan lainnya. Saban hari mengurus wartalampung.id. Pembicara dan dosen jurnalisme di Prodi Pendidikan Bahasa Prancis FKIP Unila. Menulis enggak mesti jadi jurnalis. Itu keunggulan komparatif di bidang kerja yang kamu tekuni sekarang."

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Cantik-Cantik Jurnalisme Lipstik

28 Desember 2022   12:22 Diperbarui: 3 Januari 2023   23:17 680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh Engin Akyurt dari Pixabay

Sejak marak portal berita internet, sesuatu yang remeh temeh bisa menjadi berita. Bahkan, termasuk disukai. Sesuatu yang dahulu tak punya kadar untuk menjadi berita, dengan perkembangan media dunia maya, menjadi punya nilai berita. Yang paling kelihatan ialah sesuatu yang cantik. Perempuan tentu saja, masak iya laki-laki.

Ada penjual getuk yang cantik bernama Ninih. Ia kemudian dikenal. Saat didandani bak model dan difoto juru foto profesional, Ninih tak seperti penjual getuk. Ia seperti supermodel.

Ada juga Sasa Darfika, penjaga sebuah warung tegal alias warteg. Wajahnya? Ya jelas cantik. Karena itu ia diburu banyak pewarta. Mungkin, buat si empunya wajah, merasa biasa-biasa saja. Namun, buat lensa mata para jurnalis, itu menjadi nilai berita. Karena unik. Karena ada sisi "bertolak belakang". Lantaran jarang ada penjaga warung tegal yang cantik.

Kalau model, artis, selebriti, sosialita itu cantik, biasa banget. Saban hari wajah mereka melintasi layar televisi dan di koran kita bisa baca kehidupan mereka. Namun, jika si cantik ini berasal dari luar ranah infotainment, baru luar biasa. Maka, fenomena Ninih dan Sasa, dan lainnya menjadi pemantik maraknya yang cantik-cantik di media massa. Wabilkhusus media laman daring. Meski begitu, media cetak juga menempatkan ini pada porsi yang lumayan. Sehingga, menjadi tren bacaan semua orang.

Apakah ini salah? Insyaallah tidak. Media massa punya fungsi edukasi dan hiburan. Ia mewartakan sesuatu yang bisa berdampak kepada publik. Mungkin nadanya serius, tapi ini penting. Berita-berita serius, apalagi yang cantelannya peristiwa, pasti banyak peminat. Khususnya soal bad news. Entah soal pembunuhan, korupsi pejabat, kebakaran, dan sebagainya.

Media massa juga hadir sebagai sarana hiburan. Menghibur bukan berarti tak memberikan makna atau sesuatu yang bersifat khazanah tentang sesuatu yang baru. Termasuk soal yang cantik-cantik tadi dalam ranah yang umumnya langka dijumpai yang kinclong dan bening di ruang-ruang semacam itu. Maka, memang menjadi menarik ada Ninih penjual getuk cantik dan Sasa penjaga warteg yang cantik.

Unik, ya unik. Menarik, ya menarik. Cantik, sudah tentu. Dan ini tetap menjadi alasan buat pengelola media massa menjadikannya objek liputan. Ketika di Bandar Lampung ada sosok Nisa, penjaga pompa bensin cantik di SPBU Jalan Wolter Monginsidi, Bandar Lampung, media massa, daring dalam hal ini, juga menuliskannya.

Dalam batas-batas tertentu, sesuatu yang disajikan proporsional tentu saja sedap dinikmati. Ketika saban hari bacaan kita adalah berita-berita kriminal, membaca sesuatu yang cantik menjadi sebuah oasis. Kita menemukan sesuatu yang baru. Kita menikmati ceruk yang lain. Dan itu sesuai dengan kepribadian kita sebagai manusia biasa. Manusia yang jiwanya memang menyukai perihal yang cantik (buat laki-laki) dan tampan untuk kaum Hawa.

Dan fenomena ini pasti menemui pasang surutnya. Mungkin beberapa bulan lalu dan sampai sekarang, fenomena itu masih sering kita jumpai. Kita masih membaca perihal yang kinclong-kinclong. Ada polisi cantik, lurah cantik, dan sebagainya. Mantan Gubernur Lampung M Ridho Ficardo juga sering jadi perhatian. Bukan sosoknya, melainkan istrinya, Aprilani Yustin Ficardo. Meski newspeg-nya ada pada peristiwa tertentu, kecantikan Yustin tentu tidak bisa dilepaskan begitu saja.

Barangkali, jika Yustin tidak jelita, kita tak bakal menyaksikannya diundang pada acara Hitam Putih di Trans7 yang dipandu presenter terkenal Deddy Corbuzier. Itu membuktikan, pada ranah lokal saja, sesuatu yang cantik itu bisa menjadi berita. Menjadi oasis, melengkapi senarai bacaan kita pada ihwal-ihwal yang relatif "berat".

Kita barangkali tidak menyadari, sedikit banyak pasti ada pengaruhnya terhadap objek yang diberitakan. Lagu "Keong Racun" yang dulu pernah melambungkan Sinta-Jojo sehingga mereka kerap diundang televisi. Keduanya relatif terbilang cantik. Dari diundang televisi sampai main iklan, pastilah pundi uang mereka bertambah. Setidaknya, akses mereka untuk menjajal dunia hiburan makin terbuka meski itu tak dilakukan. Soal mereka kini tenggelam dan anak zaman sekarang mungkin tak kenal, itu poin lain.

Yang ingin disampaikan tentu saja, imbas pemberitaan media massa tetap saja ada buat Ninih, Sasa, Nisa, dan cantik-cantik lainnya. Mereka dikenal, diwawancarai, diberi sesi di televisi, dan diberikan honor. Tentu signifikan buat mereka. Andaipun mereka tetap dengan pekerjaan semula dan enggan "memanfaatkan" kecantikannya, itu sikap pribadi mereka yang perlu dihargai. Dengan redaksi lain, sedikit banyak pasti ada pengaruh sebuah pemberitaan terhadap objek liputan. Entah dia cantik atau tidak. Entah berita hard, entah berita soft.

Jurnalisme memang tidak mengenal diksi berikutnya pasca-lema "jurnalisme" itu sendiri. Jurnalisme ya jurnalisme yang menghadirkan fakta, memverifikasinya dengan disiplin, memberikan ruang kritik publik, dan menyajikannya secara menarik, serta ditingkahi kerendah-hatian pewartanya.

Diksi cantik yang dipadupadankan di sini sehingga menjadi "jurnalisme lipstik" sekadar frasa untuk menjadikannya diskursus meski dalam tataran yang ringan. Ia tetap menarik jika disajikan proporsional. Cantik tetap indah dibaca dan dinikmati jika porsinya pas dan tak berlebihan. Dan selama ini, menurut penulis, masih dalam ranah itu. Sehingga, masih bisa dinikmati dengan selera tinggi. Bahwa ia adalah bagian dari produk jurnalistik yang unik, menarik, dan cantik. [Adian Saputra]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun