Mohon tunggu...
Adian Saputra
Adian Saputra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Menyukai tema jurnalisme, bahasa, sosial-budaya, sepak bola, dan lainnya. Saban hari mengurus wartalampung.id. Pembicara dan dosen jurnalisme di Prodi Pendidikan Bahasa Prancis FKIP Unila. Menulis enggak mesti jadi jurnalis. Itu keunggulan komparatif di bidang kerja yang kamu tekuni sekarang."

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Outing Kantor, Bonus Akhir Tahun, dan Isu Kenaikan Gaji

28 Desember 2022   10:57 Diperbarui: 28 Desember 2022   11:05 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Program acara bareng awak kantor pada akhir tahun banyak dilakukan perusahaan. Dulu juga saya demikian, sewaktu masih bergabung di sebuah harian.

Sewaktu ada informasi itu, respons karyawan beda-beda. Ada yang antusias, tapi lebih banyak yang malas-malasan. Intinya sih, buat yang kontra, acara semacam itu tidak perlu. Mungkin semua sudah merasa dewasa baik dari sisi umur maupun pengalaman. Bagi kelompok ini, outing dengan beragam kegiatan, seperti materi motivasi, mancakrida alias outbound, sudah tidak penting lagi.

Saya juga termasuk yang kelompok ini. Soalnya, sejauh ini kerja sudah maksimal. Semua kemampuan sudah dikerahkan untuk menjaga mutu produk jurnalistik tempat kami bekerja. Pun demikian dengan karyawan di bagian lain. Sebetulnya sih yang ditunggu karyawan itu adalah informasi kenaikan gaji di setiap akhir tahun. Atau katakanlah ada perubahan meski tak revolusioner amat dari sisi penghargaan kepada karyawan. Misalnya ada tambahan untuk slot uang kerajinan, uang makan, dan lainnya. Atau bisa juga ada tawaran untuk pensiun dini dengan nominal rupiah yang lumayan.

Outing kantor dari sisi manajemen kadan sekadar gugur kewajiban. Kantor berusaha memenuhi keinginan agar karyawan bisa healing dan bisa merajut silaturahmi lebih mendalam. Juga supaya target perusahaan tercapai. Maka, dibuatlah outing dengan target capaian ada peningkatan kerja sama tim dengan mancakrida yang dilakukan.

Biasanya bagian sumber daya manusia yang merancang ini. Biayanya disiapkan kantor. Yang rada kritis, paling bilang, mendingan duitnya dipakai untuk tambahan bonus akhir tahun saja. Paling nanti dijawab lagi sama bagian SDM. Bahwa biaya untuk menyelenggarakan outing ini semua dipenuhi oleh klien semua. Nah...

Outing

Sekarang kita ulik satu per satu saja. Kita mulai dari outing kantor. Apa pun alasannya, outing ini memang penting kok. Karyawan itu manusia. Sebab itu, mereka dimanusiakan. Perusahaan ada target, misalnya dari sisi kenaikan produksi maupun jasa plus keuntungan. Untuk mewujudkan itu, karyawan mesti paham misi besar kantornya, minimal setahun ke depan. Untuk itulah outing diadakan.

Lazimnya, outing itu ada yang bermalam ada juga yang tidak. Sekalian dibungkus dengan wisata, beberapa kantor malah memang menyuruh karyawan bawa anak dan istri. Outing diharapkan bisa membuat karyawan segar dari sisi pikiran dan fisik. Sebab, ada banyak aktivitas fisik yang dipandu oleh pelatih yang dihadirkan.

Intinya sih, outing bikin semua karyawan akrab, bisa memahami satu dan lainnya, kerja sama makin erat, dan semua janji semua masalah kantor akan diselesaikan di kantor, tidak malah keluar menjadi nyanyian di media sosial.

Bagusnya memang sejak awal bagian SDM sudah kasih informasi kepada karyawan. Ditambah lagi tujuan acara itu apa. Bagian SDM mesti sudah siap dengan jawaban dari karyawan yang menilai outing tidak penting. Siapkan jawaban yang mencerahkan. Siap-siap juga jika pertanyaan menjurus sensitif seperti soal bonus akhir tahun dan kenaikan gaji, hahaha.

Bonus Akhir Tahun

Siapa sih yang tidak suka dikasih bonus. Di perusahaan, khususnya yang sudah bonafide dan sahamnya sudah di bursa, memang bagusnya ada bonus. Soal diberikan kepada semua karyawan atau kepada mereka yang punya prestasi khusus, itu bisa dibicarakan. Dengan adanya bonus akhir tahun, karyawan akan berusaha semakin meningkatkan kinerja dan kreativitas mereka. Kalau tahun ini tidak dapat, ada harapan tahun depan dapat.

Adanya acara pembagian bonus akhir tahun ini, secara psikologis membuat harapan besar dari wadyabala kantor. Semua karyawan akan berpikir kantor kita baik-baik saja dan ada kans maju pesat tahun depan. Tapi kalau sampai jelang akhir tahun, sepi-sepi saja, tak ada isu ada bonus akhir tahun, jiwa karyawan juga relatif biasa. Ia akan berpikir, ya sudahlah, mungkin kantor sedang sulit karena baru mau bangkit usai dihajar covid.

Jika perusahan siap dan memang memungkinkan, kabari saja di awal tahun nanti, bahwa akhir 2023 ada bonus akhir tahun yang diberikan sama kepada semua karyawan. Atau kalau belum memungkinkan semua, ya silakan diumumkan bonus akhir tahun akan diberikan kepada 10 karyawan terbaik dari semua divisi. Mantap, bukan?

Percayalah, informasi soal bonus akhir tahun, apa pun skemanya, pasti disambut sukacita. Kalau sudah begitu, dan bagian SDM kasih info ada outing, hakulyakin semua menerima. Bungkus.

Naik Gaji

Banyak sih yang bilang kalau kerja itu selain soal gaji juga ada untuk pengembangan diri, menambah pengalaman, dan sebagainya. Ada juga yang sering ngomong kalau kerja itu jangan semata-mata soal gaji. Iya kok benar itu semua. Namun, nawaitu orang untuk kerja itu ya pendapatan alias gaji. Ditambah dengan segala insentif untuk ia bisa hidup layak bersama keluarga. Kalau belum apa-apa sudah diwanti-wanti kalau kerja itu bukan sekadar persoalan gaji, ya repot juga.

Selama dua tahun ini memang kantor banyak yang berbenah setelah dua tahun dihajar pandemi. Ada sih yang bertahan bahkan naik dari sisi keuntungan. Tapi pukul rata, semua sulit di dua tahun masa pandemi.

Namun, demikian, kenaikan gaji yang teratur akan membuat karyawan merasa dihargai. Bahwa biaya hidup tiap tahun naik. Pemerintah pun bikin aturan upah minimum itu untuk ditaati. Namun, soal gaji ini memang kompleks. Kantor yang memasang palfon gaji sekian, kadang enteng saja bilang ke karyawan. Kalau kamu sudah tidak mau kerja di sini lagi dengan gaji sekian, silakan saja keluar, masih banyak yang mau kerja di sini.

Sebagai bekas karyawan, pernah juga kerja dan dikasih saham, serta sekarang mengelola usaha sendiri meski kecil-kecilan, saya memahami begitu kompleksnya soal gaji ini. Apalagi bagi unit usaha yang baru merintis, pasti ada riak-riak yang dialami. Demikian juga perusahan besar. Apalagi kantor yang tidak cepat beradaptasi dengan situasi dan kondisi lingkungan serta teknologi. Begitu ada perubahan dan korporasi tak siap, bisa runyam urusan. Ya paling mudah jadi contoh Nokia deh. Dulu kayak mana, sekarang kayak mana.

Maka itu, saat perencanaan, manajemen perusahaan sudah bisa mengukur apakah tiap tahun bisa menaikkan gaji karyawan. Selain wujud penghargaan kepada mereka, juga taat dengan aturan pemerintah soal upah. Mesti benar-benar dikalkulasi matang, apakah semua sumber pendapatan bisa memenuhi itu semua. Termasuk biaya rutin, produksi, pemasaran, dan lainnya.

Satu yang bikin sulit kantor menaikkan gaji adalah karena jumlah pekerjanya ternyata kebanyakan. Ada kapasitas mereka yang belum optimal. Istilah kata, ada kerjaan yang mestinya bisa dilakukan satu orang tapi ini dikerjakan 2 sampai 3 orang. Kalau ada evaluasi soal itu, mesti ada penyesuaian. Nanti akan ketemu jumlah ideal pekerja disesuaikan dengan item pekerjaan. 

Ringkas kata, naik gaji akan disambut sukacita. Ihwalnya naik gaji saja dulu, soal nominal bisa menyesuaikan. Usai dengar kantor akan ada kenaikan gaji tahun depan, outing yang direncanakan bakal direspons bagus oleh pekerja. Kuy lah. [Adian Saputra]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun