Mohon tunggu...
Adian Saputra
Adian Saputra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Menyukai tema jurnalisme, bahasa, sosial-budaya, sepak bola, dan lainnya. Saban hari mengurus wartalampung.id. Pembicara dan dosen jurnalisme di Prodi Pendidikan Bahasa Prancis FKIP Unila. Menulis enggak mesti jadi jurnalis. Itu keunggulan komparatif di bidang kerja yang kamu tekuni sekarang."

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Paspampres dari Bank Sampah

22 Desember 2022   20:57 Diperbarui: 22 Desember 2022   21:07 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dari kiri, Lukman Riyadi, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Pringsewu Nurpajri, dan saya. | Dokumentasi Pribadi

Konsep bank sampah juga masih dipakai sampai sekarang. Mereka "merayu" keluarga di sekitar untuk mau menukarkan sampahnya dengan bahan pokok, seperti beras dan minyak goreng. Yang mau dicatat sebagai tabungan pun boleh.

Meski namanya tempat sampah, TPS 3R Jejama Secancanan ini sama sekali tidak berbau. Lukman dkk memang berusaha tidak menimbulkan bau dari sampah yang mereka kelola. Jika sampah organiknya banyak, ia dkk segera mengolahnya menjadi kompos. Pada proses itulah selama dua harian baunya agak lain ketimbang hari biasa. Tapi, jangan khawatir, pengelola di tempat ini berupaya dengan triknya agar baunya tidak menyeruak kemana-mana.

Soal kompos, Lukman menjualnya. Satu karung kompos dengan massa kurang lebih sepuluh kilogram dijual Rp5.000. Sebagian langsung diambil oleh mereka yang berminat saat kompos jadi. Sebagian lagi Lukman simpan di sini. Jika ada berminat, boleh membeli. Kadang ia pakai juga untuk tanaman yang ia pelihara di sekitar TPS 3R ini.

Meski tempat sampah, Lukman membuat suasananya asri. Soal tata letak atau display TPS 3R ini memang lain ketimbang yang lainnya. Gedung yang dibangun Kementerian PUPR ini luas sekali. Di dalamnya layaknya sebuah hall pertemuan. Mampu menampung rarusan orang. Kursi plastik ditata rapi di dalamnya. Foto-foto kunjungan dibingkai manis dan dipasang di tembok sisi sebelah kanan dari pintu masuk.

Di pojok ruangan, suasananya bahkan menyerupai kafe. Ada sepeda tua, radio tua, koper besar tua, dan lainnya. Lukman memberikan lampu-lampu kecil di pojok ruangan sehingga enak dijadikan tempat mengobrol. Andai Anda ditutup mata kemudian langsung duduk di situ, hakulyakin tak mengira itu ternyata tempat sampah.

"Pernah juga dipakai untuk hajatan pernikahan. Ya unik aja. Yang hadir sampai geleng-geleng, kok bisa mengadakan hajatan di sini, kan tempat sampah, kotor. Tapi ternyata bisa juga tuh dan enggak ada komplain, malah pada seneng dan foto-foto di sini," ujar lulusan pendidikan konseling STKIP Pringsewu yang sekarang berubah menjadi Universitas Muhammadiyah Pringsewu itu.

TPS 3R Jejama Secancanan ini dua lantai. Lantai atas ada kamar tidurnya. Lukman dkk menyulap ruangan atas menjadi homestay yang nyaman dan segar. Ia sering menginap di sini membawa anak dan istrinya. Kecintaan Lukman terhadap tempat ini patut diacungi dua jempol. Meski gila kerja, pengelola di sini tetap punya waktu libur. Ahad dipilh sebagai hari libur. Kalau Sabtu mereka buka setengah hari. Libur mereka paling "terganggu" jika ada tamu yang hendak datang atau meminjam tempat untuk pertemuan semacam rapat bahkan seminar.

Panggung yang didesain di sini pun unik. Karena panggung tentu letaknya agak tinggi. Dan tidak banyak yang tahu, persis di bawah panggung itu tersimpan kompos yang sudah matang dan siap dijual. Keren dan sungguh kreatif bukan?

Kreativitas Lukman ini sudah diakui banyak lembaga. Ia misalnya pernah memperoleh penghargaan Kabupaten Kota Sehat (KKS). Pemerintah Provinsi Lampung juga pernah memberinya penghargaan.

Sertifikat yang diteken Wakil Gubernur Lampung Chusnunia Chalim itu menyatakan bahwa Lukman Riyadi, S.Pd punya prestasi dalam pengelolaan persampahan sebagai manajer bank sampah Jejama Secancanan.

Bicara dengan Lukman memang tiada habisnya. Banyak ide yang keluar dari kepalanya. Ia memang bukan orang baru dalam pemberdayaan di masyarakat. Sejak lama ia memang menyukai dunia kerelawanan. Pertemuannya dengan Homsi Wastobir, salah seorang tokoh Pringsewu, membuatnya makin lekat dengan dunia pemberdayaan di masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun