Heni cerita juga. Ia sempat kasih tahu satpam dan petugas di bawah supaya bantu agar orang yang mau bunuh diri itu bisa selamat. Heni bilang, ia minta satpam mengambil kasur pegas atau springbed di beberapa toko di lantai dasar untuk ditaruh di bawah. Logika Heni, kalau orang itu lompat, ada kans selamat karena menghantam kasur pegas.Â
Heni, masih dengan suara tersengal-sengal bilang, ia jijik dengan kelakuan orang-orang. Banyak warga merekam kejadian itu. Termasuk saat orang itu benar-benar bunuh diri.Â
Heni cerita, ada ibu-ibu yang masih menggendong anak, sempat-sempatnya merekam orang yang baru saja meninggal usai jatuh dari atas gedung mal itu. Heni meracau kepada saya.
Saya hanya menekankan kepada Heni, informasi itu benar adanya. Heni mengiyakan. Yang saya yakin, karena Heni bilang ia ada di lokasi kala kejadian.
"Aku ada di lokasi, Bang. Ini aku udah pulang terus aku telepon Abang. Itu orang-orang, ya Allah tega amat foto dan rekam orang yang jatuh bunuh diri."
Usai Heni menutup telepon, saya telepon reporter mengabarkan soal itu. Andi Apriyadi namanya. Ia sigap bergerak ke lokasi kejadian. Informasi dari Heni, karena saya yakin sahih, saya tulis. Dua menit kemudian berita itu tayang di media internet yang dulu saya kelola, jejamo.com namanya.
Namanya berita berbasis peristiwa apalagi jadi tren di media sosial, artikel itu segera banyak diakses. Saya tak memedulikan itu. Tugas saya berikutnya menunggu informasi yang reporter dan menaikkannya menjadi berita lanjutan.
Malam hari saya dikirimi pesan WhatsApp dari seorang mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Raden Intan Lampung. Saya memang dosen dia saat semester III.Â
Dia bilang, berita orang bunuh diri lompat dari atas Transmart di web yang saya kelola paling atas dalam pencarian, mengungguli berita di web lain, bahkan Tribunnews yang biasanya paling duluan memberitakan. Saya hanya ucapkan terima kasih.
Cerita ini saya sampaikan agar kita saksama dalam mendapat informasi. Kalau belum apa-apa sudah kita beritakan, tanpa berusaha melakukan verifikasi maksimal, berita yang kita bikin akan salah. Kalau sudah salah, informasi jadi salah berjamaah.
Maka itu, kepada warganet, penting juga untuk dididik agar bisa disiplin dalam verifikasi. Jangan tergoda untuk meneruskan pesan yang belum tentu sahih kebenarannya.Â