Mohon tunggu...
Adian Saputra
Adian Saputra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Menyukai tema jurnalisme, bahasa, sosial-budaya, sepak bola, dan lainnya. Saban hari mengurus wartalampung.id. Pembicara dan dosen jurnalisme di Prodi Pendidikan Bahasa Prancis FKIP Unila. Menulis enggak mesti jadi jurnalis. Itu keunggulan komparatif di bidang kerja yang kamu tekuni sekarang."

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengelola Edukasi, Mengoptimalkan Potensi, Menajamkan Visi-Misi, dan Semesta Pun Berseri

29 Mei 2016   13:13 Diperbarui: 29 Mei 2016   13:30 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Menemukan potensi terbesar setiap siswa adalah hal yang sejak awal semestinya digali oleh sekolah dengan guru kelas, guru bimbingan konseling sebagai ujung rombak. Taruhlah misalnya kita mulai dari masa SMA. Dalam bayangan penulis, sejak kelas X atau kelas I SMA, siswa sudah diarahkan oleh sekolah untuk mencari jurusan yang paling tepat untuk dirinya.

Maka, setiap siswa mesti diketahui talenta yang paling optimal dimilikinya. Guru kelas, guru bimbingan konseling bisa mengetahuinya dengan beragam tes dan wawancara. Biarkan anak mengutarakan pendapatnya. Biarkan mereka bicara tentang visi dan misi hidupnya, hendak menjadi apa mereka nanti. Termasuk pelajaran apa yang paling mereka suka, hal apa yang paling mereka suka, apakah mereka suka berorganisasi atau tidak, apakah mereka suka olahraga tertentu atau tidak.

Dari sana kemudian bisa disimpulkan, apa talenta yang paling tinggi dari peserta didik kita. Dari situ, sekolah kemudian mengarahkan anak. Memang, jurusan yang ada di Indonesia, seperti IPA, IPS, Bahasa untuk sekolah  umum, mungkin belum begitu menjawab persoalan paling hakiki. Namun, setidaknya, peserta didik akan dimasukkan ke dalam kelas yang mereka suka dengan mayoritas pelajaran yang diberikan guru di dalam kelas. Mereka akan menikmatinya. Mereka akan enjoy. Setiap kesulitan dalam mata pelajaran tertentu pasti mereka sukai karena sudah tahu plus minus dari pelajaran yang diberikan.

Potensi lain mereka pun bisa digarap. Misalnya, mereka yang suka dengan organisasi, diarahkan untuk aktif di dalamnya, memiliki peran dalam organisasi, dan berusaha menyinkronkan pelajaran dengan aktivitas organisasi. Jika ada yang benar-benar menonjol sebagai pemimpin, sekolah dengan pemandu dari guru pembina OSIS, bisa memolesnya menjadi ketua OSIS atau ketua organisasi lainnya. Aktif dalam organisasi adalah pengejawantahan kecerdasan interpersonal yang mereka miliki.

Dengan berorganisasi, mereka akan terbiasa melontarkan gagasan, berani mengakui kesalahan, dan mau mendengar saran orang. Organisasi dalam noktah ini akan memberikan basis kesadaran mereka untuk menjadi pemimpin di masa mendatang.

Menajamkan Visi

Satu poin yang juga urgen dilakukan entitas pendidikan kita, plus orangtua adalah, membantu anak-anak menyusun visi dan misi hidup mereka. Poin apa yang hendak mereka raih dalam konteks yang paling tinggi. Cita-cita apa yang hendak mereka gapai di masa depan. Misi yang seperti apa yang hendak mereka lakukan dalam setiap satuan waktu yang mereka jalani.

Ini menjadi penting supaya persiapan mereka memasuki kehidupan di masa depan lebih terstruktur, punya capaian, dan dibikin dalam tahapan-tahapan waktu.

Mungkin ada yang berkomentar ini seperti pelatihan motivasi diri. Memang benar. Bedanya, ini memang masuk dalam "kurikulum" pendidikan kita dan menjadi tanggung jawab sekolah dengan wali kelas, guru bimbingan konseling, serta orangtua sebagai pemandu utamanya.

Ajaklah anak berpikir, dengan talenta yang mereka punya, apa visi hidup mereka. Kita ambil rata-rata, akan sukses dunia akhirat dengan berkontribusi pada lingkungan sosial. Tajamkan lagi visi mereka sehingga benar-benar tergambar secara jelas dan terukur.

Misalnya, menjadi pengusaha sukses dengan total penghasilan Rp100 miliar dan mempunyai yayasan sosial. Kira-kira mungkin demikian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun