Mohon tunggu...
Adian Saputra
Adian Saputra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Menyukai tema jurnalisme, bahasa, sosial-budaya, sepak bola, dan lainnya. Saban hari mengurus wartalampung.id. Pembicara dan dosen jurnalisme di Prodi Pendidikan Bahasa Prancis FKIP Unila. Menulis enggak mesti jadi jurnalis. Itu keunggulan komparatif di bidang kerja yang kamu tekuni sekarang."

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Darojat-Susi Bikin “Pesantren” Kikis Stigma Kampung dari Maksiat ke Sholih-sholihat

30 Januari 2016   08:41 Diperbarui: 30 Januari 2016   19:39 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang yang ada di sini bukan suka minum tuak, melainkan pembikin tuak. Beberapa kawan juga bercerita, kalau sering ada pesta-pesta di sini. Menyewa perempuan-perempuan cantik untuk menghibur. Yah mungkin seperti biduanita. Herannya, kebanyakan yang datang, ya bukan penduduk asli, tapi dari daerah lain.

[caption caption="Rebana di Al Faatih. "]

[/caption]Susi bercerita, suatu kali ada beberapa teman kantornya datang. Mereka takjub dengan suasana islami di sekitaran Al Faatih. Susi kemudian bercerita, kalau dahulu, daerah ini malah lebih dikenal karena sesuatu yang negatif. Seorang kawan kantor Susi juga mengakui, kalau daerah ini memang kerap dijadikan lokasi aktivitas negatif.

“Anak-anak di sini kan ada juga, Bang, yang ayahnya bikin tuak. Ya kami fokus ke anak-anak aja. Siapa sih yang mau kampungnya dikenal karena maksiat. Tapi yang kami lakukan insya Allah suatu waktu mengubah itu. Sekarang mungkin begini saja dulu. Anak-anaknya saja yang kami didik,” ujar Susi.

Kerja Darojat bisa dibilang 24 jam penuh. Hampir tiada hari libur buatnya. Jika pagi sampai jelang malam ia mengurusi anak-anak, malamnya ia mengajak beberapa bapak di lingkungan untuk ngaji. Jumlahnya tidak sebanyak anak-anak yang mencapai total seratusan itu.

“Kalau bapak-bapaknya paling belasan, kadang juga hanya sepuluh orang. Ya sama kayak anak-anaknya, mereka ngaji juga. Ada yang sama sekali belum bisa, ada yang belajar tajwid, dan sebagainya. Kadang juga diisi tausiyah. Kadang juga Yasinan berjamaah, dan sebagainya,” ujar Darojat.

Darojat cukup memperhatikan renegerasi Al Faatih. Maka itu, anak-anak yang sudah lumayan dalam mengaji dan menghafal, ia berikan tugas “asistensi” untuk adik-adiknya. Memang masih dikontrol sepenuhnya oleh tenaga guru dan Darojat sendiri. Namun, setidaknya, anak-anak yang sudah pandai, bisa menjadi panutan buat yang lain.

Susi menambahkan, sejak 2011 memulai Al Faatih, ia merasakan betul efek psikologis dari anak-anak di kampungnya itu. Dari yang semula enggan mengaji, menjadi gemar mengaji. Dari yang tidak disiplin, sampai yang malu sendiri kalau sampai telat datang ke Al Faatih.

“Ini mengimbas ke kampung lain. Sedikit demi sedikit nama Al Faatih mulai dikenal. Banyak juga dari Bandar Lampung yang ngaji di sini. Padahal jaraknya kan lumayan jauh,” urai Susi.

Darojat menambahkan, saban tahun, Al Faatih mengadakan perayaan kelulusan. Acara dibikin meriah. Semua dibiayai sendiri dan dibantu ibu-ibu sekitar lembaga ini. Tetamu juga diundang. Ustaz yang lumayan kondang pun didatangkan. Kebetulan Susi punya banyak kenalan penceramah atau mubalig yang lumayan enak didengar saat tausiyah.

Dengan begitu, kata Susi, syiar lembaga pun bisa diketahui khalayak ramai. Tentu bukan bermaksud sombong atau riya.

“Yang jelas, kami juga enggak nyangka perkembangan Al Faatih bisa seperti sekarang, Bang. Punya tempat belajar sendiri. Guru-guru setia mengajar meski honorariumnya tidak menentu. Warga di sini akhirnya mendukung. Suami juga totalitas. Aku juga semakin terkonsentrasi mengembangkan lembaga, dan sebagainya,” urainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun