Mohon tunggu...
Adi Putra
Adi Putra Mohon Tunggu... Dosen - Dosen STT Pelita Dunia

Bonum est Faciendum et Prosequendum et Malum Vitandum

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perjumpaan yang Mengubahkan

4 November 2021   19:51 Diperbarui: 4 November 2021   20:07 1115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: kumparan.com

Berdasarkan kalender gerejawi, akhir bulan ini tepatnya tanggal 28 November 2021, sudah memasuki minggu adven yang pertama. Istilah adven diambil dari istilah Latin adventus yang berarti kedatangan. Dalam masa Advent umat Kristen Katolik Roma maupun Protestan menyiapkan diri untuk menyambut pesta Natal dan memperingati kelahiran dan kedatangan Yesus yang kedua kalinya pada akhir zaman.

Ketika Kristus datang, maka akan terjadi perjumpaan dengan kita, sebagai umat Allah (gereja). Di mana melalui perjumpaan itu pasti akan berdampak kepada perubahan atau bisa disebut perjumpaan yang mengubahkan. Seperti yang pernah dialami oleh perempuan Samaria yang berjumpa dengan Yesus kemudian mengalami perubahan atau pertobatan (Yoh. 4:1-42). Kemudian pascakebangkitan Yesus, ketika para murid berjumpa dengan Yesus, mereka yang sebelumnya ragu, kuatir dan takut, kemudian mengalami perubahan (Yoh. 20:11-18; 20:24-29; dan Luk. 24:13-35). Artinya, perjumpaan dengan Yesus dapat memberikan perubahan yang signifikan dan mentransformasi kehidupan kita.

Kita juga akan mengulas tentang sebuah perjumpaan yang mengubahkan seperti yang dialami oleh Zakheus ketika berjumpa dengan Yesus (Luk. 19:1-10). Kiranya ulasan reflektif ini dapat menolong kita mempersiapkan diri menyongsong dan masuk ke dalam minggu-minggu adven, minggu di mana kita selaku umat Allah sedang menantikan kedatangan Kristus, sang Mesias dan Juruselamat kita.

Zakheus adalah tokoh yang sudah sangat familiar bagi kita. Sejak masih duduk di Sekolah Minggu, kita sudah seringkali mendengar kisah tentang Zakheus. Saya juga tidak tahu mengapa guru sekolah minggu begitu sering menceritakannya. Mungkin saja karena kisahnya sangat menarik, sangat terkesan, dan sangat memberkati kita di saat membaca sambil menghayatinya. Tapi ini hanya perkiraan saya saja, belum tentu itulah alasannya.

Zakheus adalah seorang kepala pemungut cukai di Yerikho. Mungkin saja dia adalah pengumpul pajak umum, dan hampir tidak diragukan lagi bahwa dia seringkali menyalahgunakan kedudukannya untuk memperkaya diri sendiri (korupsi). Oleh karena hal ini, para pemungut cukai dipandang rendah oleh masyarakat. Karena sosoknya yang pendek, maka dia harus memanjat pohon ketika hendak melihat Yesus.

Apabila memperhatikan perikop ini (19:1-10), maka bagian ini sebenarnya menceritakan tentang Yesus yang sedang dalam perjalanan menuju Yerusalem, namun Dia harus melewati kota Yerikho dan Yesus memutuskan untuk singgah di kota itu setelah Dia menyembuhkan seorang yang buta di dekat kota tersebut. Namun, itu bukanlah kebetulan, karena Yesus tahu bahwa kedatangan-Nya ke sana untuk mencari dan menyelamatkan yang terhilang (sesuai dengan konteks Lukas). Yesus datang ke Yerikho ternyata untuk menjangkau dan menyelamatkan seorang yang bernama Zakheus. Oleh karena perjumpaan-Nya dengan Zakheus ternyata memberikan perubahan. Lalu, perubahan seperti apa yang dialami oleh Zakheus?

  • Perjumpaan dengan Yesus memberikan sukacita baru bagi Zakheus (ay. 5-6)

Setiap perubahan yang dialami oleh Zakheus harus dilihat sebagai dampak dari apa yang dilakukan oleh Yesus sebelumnya. Seperti ketika Zakheus dikatakan, segera turun dan menerima Yesus dengan sukacita, sebagai dampak atau respons terhadap tindakan Yesus sebelumnya. Apakah tindakan Yesus sebelumnya?

Yesus melihat ke atas dan berkata kepada Zakheus supaya segera turun, karena Dia harus menumpang di rumahnya.

Kristus memandang ke atas pohon, dan melihat Zakheus. Dia memang datang dan memanjat pohon itu untuk melihat Kristus dan bertekad untuk secara khusus memperhatikan Dia. Namun Zakheus tidak pernah menyangka bahwa Kristus akan memperhatikannya. Ini suatu kehormatan yang terlalu besar dan jauh melebihi apa yang layak ia dapatkan, jauh melebihi apa yang pernah dipikirkannya. Bagian ini menegaskan bagaimana Kristus mendahului Zakheus dengan berkat-berkat kebaikan-Nya dan bertindak melampaui harapan-harapannya. Bagian ini juga bagaimana Yesus membesarkan hati orang-orang yang baru mulai dan membantu mereka untuk maju. Mereka yang berniat untuk mengenal Kristus akan dikenal oleh-Nya. Mereka yang hanya sekadar ingin melihat-Nya akan disambut untuk berbincang-bincang dengan-Nya.

Sikap Yesus ini merupakan panggilan keselamatan sekaligus anugerah terbesar yang diberikan oleh Allah kepada Zakheus. Dan Zakheus meresponsnya dengan kesediaan untuk menerima Yesus dengan sukacita. Zakheus sangat bersukacita karena telah memperoleh anugerah dan kasih karunia dari Yesus (ay. 6). Sambutan ini menjadi awal dan tanda bahwa ia menerima Kristus ke dalam hatinya.

Dengan demikian, ini dapat menjadi pelajaran penting bagi kita bahwa saat ini Yesus sedang mengetok pintu hati kita, karena Dia akan masuk dan tinggal di sana (Why. 3:20). Ketika kita mengizinkan Dia masuk dan tinggal di dalam hati kita, maka Dia akan memberikan sukacita kepada kita. Sehingga akan memberikan dampak yang signifikan bagi hidup kita.

  • Perjumpaan dengan Yesus membuat perubahan pada tindakan praktis Zakheus (ay. 8)

Apabila memperhatikan pada ayat 8, sebenarnya ada pengakuan dosa yang telah dilakukan oleh Zakheus. Di mana, dia secara tidak langsung telah mengakui bahwa dia sering menagih cukai dengan cara memeras. Pengakuan yang terhadap dosa yang telah dilakukan dan iman percaya kepada Yesus Kristus akan menghasilkan kebulatan tekad untuk mengubah kehidupan lahiriah kita. Tidak seorang pun dapat mengenal Yesus, menerima tawaran keselamatan-Nya, dan pada saat yang sama tinggal di dalam dosa, ketidakjujuran, dan sifat tak mengenal belas kasihan terhadap orang lain.

Ketika Zakheus mengatakan akan mengembalikan empat kali lipat dari apa yang telah diperasnya, maka Zakheus sedang mengenakan pada dirinya sendiri hukuman yang lebih berat, bahkan sebanding dengan hukuman bagi seorang perampok (Kel. 22:1). Oleh karena hukum Taurat menuntut pengembalian dengan bunga hanya sebesar dua puluh persen (Im. 6:5; Bil. 5:7). Artinya, dalam hal ini Zakheus sedang memposisikan dirinya sama dengan seorang perampok.

Tetapi sekarang, setelah berjumpa dengan Yesus, Zakheus mau berubah, mau bertobat, bukan hanya dengan perkataan saja tetapi juga melalui tindakan. Perubahan tindakan harus dimulai dari sebuah pengakuan dosa di hadapan Tuhan dan sebuah komitmen untuk memperbaiki hidup melalui tindakan praktis.

  • Perjumpaan dengan Yesus membuat Zakheus mengalami perubahan status (ay. 7,9-10)

Apabila membaca ayat 7, di sana dijelaskan bahwa orang banyak protes dan bersungut-sungut, mengapa Yesus harus datang ke rumah Zakheus. Alasannya karena Zakheus adalah orang berdosa. Artinya, mereka tahu bahwa Zakheus bukanlah orang baik, bukanlah orang jujur atau dia adalah orang berdosa.

Namun dalam ayat 9-10, Yesus mengkonversi status Zakheus dari orang berdosa menjadi orang benar. Hal itu terlihat jelas dalam pernyataan Yesus bahwa hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak Abraham. Di dalam konteks ini keselamatan yang dimaksud mengacu kepada keselamatan jiwa atau kehidupan kekal. Lalu apakah maksudnya ungkapan "Orang inipun anak Abraham"? perlu untun digarisbawahi, bahwa perjanjian berkat Allah telah diberikan kepada Abraham, tidak diperolah melalui status keturunan jasmani, melainkan iman kepada Yesus (bdk. Gal. 3:7). Itulah sebabnya, keselamatan yang diperoleh dan diberikan kepada Zakheus bukan karena dia adalah keturunan Abraham secara jasmani, melainkan oleh imannya kepada Yesus dan itu merupakan iman yang sama dengan iman Abraham.

Dengan demikian, dalam mempersiapkan diri memasuki minggu-minggu adven atau masa penantian kedatangan Yesus, marilah kita renungkan firman Tuhan ini. Mari kita persiapkan kehidupan kita untuk berjumpa dengan-Nya dengan menerima-Nya dalam hati kita sehingga memberikan sukacita baru bagi kita; dengan mengaku dosa dan mengalami pembaruan dalam tindakan praktis; sehingga kita akan memperoleh pengakuan dari Yesus bahwa kita pun adalah anak Abraham. AP/PG

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun