Dengan demikian, ini dapat menjadi pelajaran penting bagi kita bahwa saat ini Yesus sedang mengetok pintu hati kita, karena Dia akan masuk dan tinggal di sana (Why. 3:20). Ketika kita mengizinkan Dia masuk dan tinggal di dalam hati kita, maka Dia akan memberikan sukacita kepada kita. Sehingga akan memberikan dampak yang signifikan bagi hidup kita.
- Perjumpaan dengan Yesus membuat perubahan pada tindakan praktis Zakheus (ay. 8)
Apabila memperhatikan pada ayat 8, sebenarnya ada pengakuan dosa yang telah dilakukan oleh Zakheus. Di mana, dia secara tidak langsung telah mengakui bahwa dia sering menagih cukai dengan cara memeras. Pengakuan yang terhadap dosa yang telah dilakukan dan iman percaya kepada Yesus Kristus akan menghasilkan kebulatan tekad untuk mengubah kehidupan lahiriah kita. Tidak seorang pun dapat mengenal Yesus, menerima tawaran keselamatan-Nya, dan pada saat yang sama tinggal di dalam dosa, ketidakjujuran, dan sifat tak mengenal belas kasihan terhadap orang lain.
Ketika Zakheus mengatakan akan mengembalikan empat kali lipat dari apa yang telah diperasnya, maka Zakheus sedang mengenakan pada dirinya sendiri hukuman yang lebih berat, bahkan sebanding dengan hukuman bagi seorang perampok (Kel. 22:1). Oleh karena hukum Taurat menuntut pengembalian dengan bunga hanya sebesar dua puluh persen (Im. 6:5; Bil. 5:7). Artinya, dalam hal ini Zakheus sedang memposisikan dirinya sama dengan seorang perampok.
Tetapi sekarang, setelah berjumpa dengan Yesus, Zakheus mau berubah, mau bertobat, bukan hanya dengan perkataan saja tetapi juga melalui tindakan. Perubahan tindakan harus dimulai dari sebuah pengakuan dosa di hadapan Tuhan dan sebuah komitmen untuk memperbaiki hidup melalui tindakan praktis.
- Perjumpaan dengan Yesus membuat Zakheus mengalami perubahan status (ay. 7,9-10)
Apabila membaca ayat 7, di sana dijelaskan bahwa orang banyak protes dan bersungut-sungut, mengapa Yesus harus datang ke rumah Zakheus. Alasannya karena Zakheus adalah orang berdosa. Artinya, mereka tahu bahwa Zakheus bukanlah orang baik, bukanlah orang jujur atau dia adalah orang berdosa.
Namun dalam ayat 9-10, Yesus mengkonversi status Zakheus dari orang berdosa menjadi orang benar. Hal itu terlihat jelas dalam pernyataan Yesus bahwa hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak Abraham. Di dalam konteks ini keselamatan yang dimaksud mengacu kepada keselamatan jiwa atau kehidupan kekal. Lalu apakah maksudnya ungkapan "Orang inipun anak Abraham"? perlu untun digarisbawahi, bahwa perjanjian berkat Allah telah diberikan kepada Abraham, tidak diperolah melalui status keturunan jasmani, melainkan iman kepada Yesus (bdk. Gal. 3:7). Itulah sebabnya, keselamatan yang diperoleh dan diberikan kepada Zakheus bukan karena dia adalah keturunan Abraham secara jasmani, melainkan oleh imannya kepada Yesus dan itu merupakan iman yang sama dengan iman Abraham.
Dengan demikian, dalam mempersiapkan diri memasuki minggu-minggu adven atau masa penantian kedatangan Yesus, marilah kita renungkan firman Tuhan ini. Mari kita persiapkan kehidupan kita untuk berjumpa dengan-Nya dengan menerima-Nya dalam hati kita sehingga memberikan sukacita baru bagi kita; dengan mengaku dosa dan mengalami pembaruan dalam tindakan praktis; sehingga kita akan memperoleh pengakuan dari Yesus bahwa kita pun adalah anak Abraham. AP/PG
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H