Mohon tunggu...
Adi Putra
Adi Putra Mohon Tunggu... Dosen - Dosen STT Pelita Dunia

Bonum est Faciendum et Prosequendum et Malum Vitandum

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Berpaling kepada Sang Hidup

2 Agustus 2021   12:50 Diperbarui: 2 Agustus 2021   13:09 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Image: http://pejesdb.com/2013/04/02/renungan-2-april-2013/

Sudah lebih dari setahun dunia dilanda dan berada dalam suasana mencekam karena pandemi covid-19. Sejak awal kemunculannya hingga kini, jumlah jiwa yang positif terinfeksi virus covid-19 tidak kurang dari 128 juta jiwa di seluruh dunia dengan jumlah jiwa yang akhirnya mengalami kematian sekitar 2,8juta jiwa. 

Jumlah ini tentunya bukanlah jumlah yang sedikit. Itulah sebabnya WHO menetapkan pandemi covid-19 sebagai pandemi global.

Untuk memutus mata rantai penyebaran covid-19 maka pemerintah Indonesia menetapkan social distancing yang berdampak kepada tidak diperbolehkannya beribadah secara konvensional di gedung gereja dan digantikan dengan ibadah online. Banyak pro dan kontra mengemuka menanggapi kebijakan ini.

Kondisi ini sebenarnya tidak sepenuhnya baik, karena ternyata membuat banyak anggota jemaat mengalami "kehausan rohani" dan mereka merindukan diadakan kembali ibadah offline.

Setiap hari banyak orang yang meregang nyawa karena virus covid-19 tidak terkecuali anggota gereja. Pendeta, hamba Tuhan, penatua, jemaat biasa, tua dan muda bahkan anak-anak banyak yang meninggal karena covid-19. Sehingga kondisi ini menciptakan ketakutan tersendiri dalam diri setiap orang.

Banyak yang akhirnya takut keluar rumah hingga bersikap radikal untuk bersentuhan dan berkomunikasi dengan orang. Mengapa? Karena mereka umumnya takut terinfeksi virus ini yang dapat mengantarkan mereka kepada kematian.

Dengan demikian, akibat pandemi covid-19 ini menjadikan banyak orang mengalami ketakutan yang meningkat, khususnya takut untuk mati. 

Hal ini masuk akal karena setiap hari pasti ada yang meninggal karena covid-19. Akan tetapi, kita patut bersyukur bahwa dalam suasana seperti ini, kita kemudian diberikan sebuah berita pengharapan melalui tema Paskah yang sangat kontekstual dengan kondisi dunia hari ini, yakni: "Berpaling kepada Sang Hidup" yang didasarkan pada teks Yohanes 20:14-16.

Paskah yang kita rayakan adalah peringatan kepada kebangkitan Yesus. Di mana kebangkitan Yesus adalah peristiwa yang penting bagi iman Kristen karena melalui peristiwa ini menjadikan iman Kristen adalah iman yang efektif menyelamatkan dan memerdekakan dari kematian. 

Yesus telah mati menggantikan kita, dan Dia telah bangkit untuk memerdekakan kita dan membuat kematian-Nya sebagai kematian yang memberikan hidup, karena Dia adalah Sang Hidup itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun