Natal merupakan salah satu hari raya orang Kristen yang rutin diselenggarakan setiap tahun. Sekalipun sebenarnya perayaan natal tidak hanya sekadar perayaan karena ada makna yang jauh lebih substansial dan urgen apabila dibanding hanya sebuah perayaan saja. Kalau saya bertanya, "Apa makna natal bagimu?" Pasti akan muncul banyak sekali argumentasi.
Bisa saja kita akan memberikan argumentasi bahwa: Natal adalah pengurbanan, Natal adalah solidaritas, Natal adalah kesederhanaan, Natal adalah universalitas, Natal adalah sukacita yang besar, Natal adalah penggenapan, Natal adalah kemenangan, dll. Akan tetapi, apa pun argumentasi yang kita kemukakan perihal natal, satu hal yang menjadi kabar gembira bagi seluruh umat manusia dari Natal adalah lahirnya sang Juruselamat atau Tuhan itu telah menjadi manusia.
Mengapa pesan di atas begitu penting? Satu-satunya cara untuk menyelesaikan dosa adalah Allah harus menjadi manusia, dan itu berarti janji keselamatan yang sudah sejak lama dijanjikan Allah sejak zaman PL sekarang tergenapi dan terealisasi. Beribu-ribu tahun lamanya manusia dirundung kekuatiran, ketakutan, kejahatan karena dosa telah mendistorsi kehidupan manusia. Akan tetapi sontak diruntuhkan dengan berita lahirnya sang Juruselamat, yang akan memberikan kelepasan dan kemerdekaan bagi semua umat manusia.
Kita kembali ke teks Matius 1:23. Ayat ini sebenarnya berisi penggalan perkataan malaikat kepada Yusuf. Di mana Yusuf sedang diperhadapkan dengan masalah yang begitu rumit, karena tunangannya ternyata telah mengandung. Tetapi yang membuat dia gelisah, ketakutan dan kuatir adalah mengapa Maria bisa mengandung padahal mereka belum melakukan apa-apa?
Akhirnya Yusuf pun berniat menceraikannya diam-diam. Karena dia tidak ingin mempermalukan tunangannya itu. Dalam situasi ini, Yusuf disebut orang yang tulus hatinya. Akan tetapi, karena Maria juga tidak melakukan kesalahan dan tindakan-tindakan yang salah, maka Tuhan pun mengutus malaikat-Nya untuk memberitahukan fakta yang sebenarnya kepada Yusuf (dalam mimpi) sebelum dia mengambil sebuah keputusan yang fatal.Â
Apabila melihat perikop Matius 1:18-25 secara utuh, maka perkataan malaikat itu mulai dari ayat 20-23 yang mana dapat dikelompokkan ke dalam tiga bagian besar, yakni:
Ayat 20 bertujuan untuk memberikan klarifikasi kepada Yusuf tentang Maria yang mendandung dari Roh Kudus. Konfirmasi ini penting untuk menenangkan hatinya sekaligus menghilangkan prasangka yang buruk terhadap Maria.
Ayat 21 bertujuan untuk menegaskan tentang tujuan kelahiran Yesus yakni menyelamatkan manusia dari dosa. Hal ini sesuai dengan makna yang terkandung dalam nama Yesus.
Ayat 22-23 bertujuan untuk menegaskan bahwa kelahiran Yesus telah dinubuatkan dalam PL, sehingga dengan lahirnya Yesus sebagai manusia maka itu menggenapi setiap janji-janji Allah.
Lalu bagaimana memahami tema natal ini dalam konteks Matius dan Yesaya sekaligus membuatnya relevan dengan situasi masa kini? Ungkapan "Mereka akan menamakannya Immanuel" dikutip oleh penulis Injil Matius dari Yesaya 7:14. Ini merupakan firman yang disampaikan oleh Yesaya tentang Yehuda dan Yerusalem. Pada waktu itu mereka diserang oleh gabungan tentara Kerajaan Aram dan Israel Utara. Itulah sebabnya, Ahas, raja Yehuda diberitahukan oleh Yesaya tentang adanya kelepasan dari Allah -- tetapi Ahas menolaknya. Dia malah meminta bantuan kepada Asyur.
Malaikat Tuhan kembali mengumandangkan ungkapan kelepasan itu pada saat memberitakan tentang kelahiran Yesus. Di mana berdasarkan ungkapan itu, jelas menunjukkan kepada kita bahwa nubuat yang dulu pernah disampaikan oleh Yesaya ternyata tergenapi dalam kelahiran Yesus. Karena Dialah Immanuel.
Pada zaman dulu, orang Yehuda yang menggunakan kata ini terutama saat mereka berada dalam masa kesesakan. Berkat pertolongan Imanuel, bangsa Yehuda berhasil lepas dan bebas dari kesesakan yang mereka rasakan. Kebebasan juga mereka rasakan karena mereka percaya akan janji Tuhan bagi orang percaya. Itulah sebabnya mengapa mereka sangat menghargai kata "Imanuel" ini.
Bahkan sekarang, kita memahami bahwa Yesus adalah Imanuel itu. Bahwa dalam kelahiran-Nya terdapat kehadiran Allah. Allah telah datang kepada umat-Nya di dalam seorang Anak. Anak yang istimewa khusus itu, yang di kemudian hari Yesaya menamakan-Nya, el-Gibor (Allah Mahakuasa). Penafsiran ini telah diperkuat oleh kenyataan, bahwa Yesaya mencoba menghindarkan orang-orang mempercayai raja Asyur. Pertolongan atas bangsa itu bukan terletak di tangan Asyur, melainkan di tangan Allah. Di dalam keadaan kritis ini Allah hadir menyertai umatNya. Allah ditemukan dalam kelahiran seorang Anak.
Nama/gelar Imanuel ini mengungkapkan sifat keilahian yang merujuk kepada keberadaan, kedekatan, dan peran aktif Yesus dalam sejarah manusia di sepanjang waktu. Perjanjian Baru cukup memberikan bukti bahwa Yesus lahir dari seorang perempuan muda yang masih perawan, yang bernama Maria. Dengan jelas Malaikat Gabriel menjelaskan bahwa Maria akan mengandung seorang Anak tanpa pembuahan atau pertemuan gen-perempuan dan gen-laki-laki.
Berbeda dengan apapun dan siapapun, kelahiran Yesus sungguh bukan kelahiran yang "muatan-Nya" berasal dari fisik dunia. Ia tidak diciptakan dari debu dan tanah seperti Adam. Juga tidak dari tulang rusuk dunia seperti Hawa. Dia tidak membawa gen-debu, gen-tulang, atau bahkan gen ibu-Nya! KelahiranNya yang dari Roh Kudus yang bukan pembuahan hasil gen-laki-laki dan perempuan.Â
KelahiranNya itu merupakan peristiwa yang unik, karena Dia yang adalah Allah sendiri itu memilih cara yang begitu humble, meminjam rahim seorang perawan dan Dia lahir sebagaimana biasa seorang bayi lahir. Dari latar belakang ini Yesus disebut "Keturunan Perempuan". Yesus Kristus telah membeberkan kepada semua, dari mana Anda, saya dan Dia berasal : "Kamu berasal dari bawah, Aku dari atas; kamu dari dunia ini, Aku bukan dari dunia ini, sebab Aku keluar dan datang dari Allah" (bdk. Yoh. 8:23-42).
Jadi, bagaimana kita memaknai Natal tahun ini dengan tema "Mereka akan menamakan-Nya Immanuel". Berikut ini minimal ada tiga hal penting yang perlu kita catat menyangkut tema ini.
Natal adalah momen hadirnya kelepasan dan pembebasan dari Tuhan.
Apakah kita perlu kelepasan dan pembebasan? Untuk konteks sekarang di tengah-tengah kondisi pandemi covid-19 maka semua manusia sangat memerlukan kelepasan.Â
Sudah berbulan-bulan kita bergelut dengan pandemi ini. Pandemi ini telah menjadi ancaman serius bagi kehidupan manusia. Sudah jutaan orang yang telah terinfeksi dan ribuan di antaranya telah meninggal. Tidak hanya itu, pandemi covid-19 telah menjadi pemicu terjadinya krisis ekonomi, krisis sosial, PHK besar-besaran, hingga membuat tidak sedikit orang stress karena kehilangan pekerjaan dan kehilangan orang-orang yang mereka kasihi.
Dalam situasi ini, tentu kita ingin adanya kelepasan. Kita ingin secepatnya keluar dari situasi seperti ini. Dalam situasi seperti ini, pesan Natal menyapa kita bahwa "Allah beserta kita", "Allah akan membebaskan kita". Memang hanya Tuhan-lah satu-satunya sumber pengharapan kita, sumber kekuatan kita. Sebagai catatan, jangan sampai kita sama dengan raja Ahas, yang tidak mau percaya kepada berita kelepasan ini, sehingga lebih memilih untuk mencari pertolongan kepada Asyur.
Kiranya melalui itu, kita belajar untuk terus percaya dan mengandalkan Tuhan. Kiranya melalui natal ini kita betul-betul merasakan kelepasan dari Tuhan. Sehingga kita bisa terlepas dari kekuatiran, kelemahan, penyakit, hingga kelepasan dan pembebasan dari dosa. Karena dosa merupakan problem serius dalam kehidupan seluruh umat manusia.
Natal adalah momen untuk kembali mengingatkan kita tentang "kesetiaan Allah kepada janji-Nya dan kesetiaan Allah memelihara umat-Nya".
Lahirnya Yesus Kristus merupakan momen yang menunjukkan bahwa Tuhan setia kepada janji-Nya. Tuhan tidak pernah ingkar janji. Tuhan selalu mengingat kepada setiap apa yang telah disampaikan kepada umat-Nya.
Ketika semuanya seolah-olah mustahil, tidak mungkin, sulit dipercaya, maka Tuhan hadir dengan berita tentang kelahiran Yesus untuk menyatakan pemulihan dari pada-Nya. Tidak selamanya kita akan berada dalam aniaya, dalam penindasan, dalam kesengsaraan; karena Yesus yang adalah imanuel telah hadir dan lahir bagi kita.
Pemeliharaan Tuhan meliputi pemeliharaan fisik dan pemeliharaan iman. Kelahiran Yesus menjadi bukti bahwa Tuhan adalah Allah yang setia dan Allah yang terus memelihara kita secara fisik (menjauhkan dan menyembuhkan dari sakit-penyakit) dan juga memelihara iman. Di mana Tuhan tidak akan membiarkan kita kehilangan persekutuan karena telah dijaminkan dalam pribadi dan karya Anak-Nya, yaitu Tuhan Yesus Kristus.
Natal adalah momen untuk menyadari bahwa kita tidak sendiri menghadapi segala persoalan tetapi Allah bersama-sama dengan kita.
Pada umumnya, manusia selalu menganggap Allah itu transenden, yakni jauh dan tidak berkaitan sama sekali dengan kehidupan manusia. Akan tetapi, anggapan ini kemudian gugur dalam peristiwa natal. Karena melalui natal, Allah yang transenden menjadi imanen atau dekat dan hadir dalam setiap kehidupan dan pergumulan manusia. Dia pun turut merasakan dan mengalami penderitaan yang kita alami.
Lahirnya Yesus Kristus menjadi sebuah berita besar dan berita penghiburan bagi kita bahwa karena Allah telah dekat dan telah hadir dalam kehidupan kita maka kita tidak seorang diri lagi menghadapi persoalan hidup kita karena Allah telah hadir dan bersama-sama dengan kita. Karena Dia adalah Allah yang imanuel.
Selamat Natal, kiranya Allah yang Imanuel itu selalu memberikan kita kekuatan dan pengharapan menjalani kehidupan di tengah-tengah pandemi covid-19 bahkan juga aniaya dan penolakan dari dunia. AP
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H