Mohon tunggu...
Adi Putra
Adi Putra Mohon Tunggu... Dosen - Dosen STT Pelita Dunia

Bonum est Faciendum et Prosequendum et Malum Vitandum

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Memahami Makna Gereja dan Bergereja

19 Maret 2020   17:49 Diperbarui: 20 Maret 2020   17:18 1805
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gereja ini tidak mengindahkan anjuran pemerintah dengan terus mengadakan ibadah raya di tengah-tengah wabah virus corona yang sedang meluas. Dan berdasarkan hasil pemeriksaan pemerintah menunjukkan lebih dari 266 ribu orang berhubungan langsung dengan jemaat GYS. Dan jumlah tersebut dikuatirkan akan memperparah penyebaran wabah virus corona di Korea Selatan. Bahkan seorang jemaat yang juga mengikuti empat kali ibadah raya di Daegu, sebelumnya telah dinyatakan terinfeksi Covid-19.

Apabila mencermati kisah di atas, maka pastinya kita akan sependapat bahwa sudah tepat kebijakan gereja untuk tidak mengadakan ibadah raya dan menggantinya dengan ibadah online atau kalau menurut saya ibadah bersama keluarga masing-masing di rumah. Sikap ini jauh lebih bijak, lebih elegan dan tentunya juga tidak melanggar prinsip Alkitab. Apa alasannya?

Pertama, bukankah era gereja sudah meninggalkan sistem ibadah PL yang terpusat di Yerusalem (Bait Allah)? Melalui Yesus, kita dapat memuji, menyembah, dan beribadah tidak lagi dibatasi oleh tempat. Sehingga kapan pun, baik itu di rumah, di kantor, di sekolah, di kebun, kita bisa beribadah. Secara etimologis, kata "ibadah" berasal dari Bahasa Ibrani "abodah" yang berarti "ibadah atau pekerjaan"; dan dalam Bahasa Yunani menggunakan istilah "latreia atau leitourgia" yang dapat diartikan seorang yang mempunyai pekerjaan sebagai budak atau hamba.

Berdasarkan pengertian dari dua istilah di atas, maka seharusnya memberikan kita wawasan yang luas dalam memahami makna ibadah dan beribadah. Beribadah bukan hanya dilakukan pada hari minggu saja, tetapi setiap hari; dan tidak harus di (gedung) gereja saja melainkan di rumah, di kantor, di sekolah; kita harus beribadah.

Kedua, gereja yang sejati adalah orang Kristen bukan gedung gereja. Oleh karena itu ketika ada pembakaran gereja, pelarangan pembangunan gereja; seharusnya hal ini tidak menghalangi gereja untuk terus bertumbuh dan berkembang. Oleh karena, gereja yang sebenarnya adalah kehidupan kita. Gereja adalah mereka yang telah dimerdekakan dari dosa dan secara merdeka dan bebas untuk memuji, melayani dan menyembah Tuhan Yesus. Sehingga jangan lagi kita diperbudak oleh aturan-aturan manusia yang dapat mengkebiri kemerdekaan kita menyembah Tuhan. Misalnya: beribadah yang sah harus di gedung gereja.

Menurut saya ini betul-betul keliru. Karena di rumah pun apabila memungkinkan untuk kita bersekutu maka hal itu harus dilakukan. Dalam Matius 18:20 dikatakan, "Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka". Artinya, di rumah kita juga, Yesus bisa hadir apabila kita beribadah dengan sungguh-sungguh.

Ketiga, berdasarkan teks Roma 12:1, maka sebagai orang yang telah dimerdekakan oleh Yesus Kristus, marilah kita memiliki keinginan yang tulus dan ikhlas untuk menyenangkan hati Allah dalam kasih, kesetiaan, penyembahan serta senantiasa menjaga kekudusan kita dengan mempersembahkan tubuh kita untuk pekerjaan Tuhan. yang prioritas dalam hidup kita adalah hidup kudus dan berkenan bagi Allah, dengan melakukan pekerjaan yang baik, mengimitasi Kristus, mengikuti-Nya, melayani-Nya, hidup sesuai dengan Roh dan dipenuhi oleh Roh. Jadi ibadah yang sejati adalah mempersembahkan totalitas hidup kita kepada Tuhan, karena Dia telah mati menggantikan kita untuk menebus hidup kita dari dosa.

Dengan tiga poin di atas, kita harusnya menyadari diri kita sebagai gereja, dan sekaligus bagaimana kita harus bergereja, terutama dalam situasi wabah penyebaran virus corona. Kita harus tahu bahwa iman dan hikmat yang Tuhan anugerahkan kepada kita dapat menuntun dan menolong kita untuk melihat situasi dan mengambil tindakan yang bijaksana. Terutama dalam situasi ini, pemerintah membutuhkan kerjasama dari semua masyarakat termasuk masyarakat gereja untuk secara aktif meminimalisir penyebaran virus corona.

Dengan demikian, keputusan untuk tidak mengadakan ibadah raya untuk sementara waktu, seyogyanya kita taati sembari kita juga senantiasa berdoa dan beribadah di rumah. Mungkin saja momentum ini kembali dapat mempererat ikatan kasih antara suami-istri, atau orangtua dan anak. Karena bukan tidak mungkin, setiap hari minggu kita pergi ke gereja namun di rumah suami dan istri masih bertengkar; orangtua dan anak juga saling bertengkar.

Melalui momen ini, setidaknya membuka mata kita bahwa ibadah di rumah sangatlah penting -- jadi kalau selama ini sudah mulai vakum maka sekarang kembali diaktifkan. Sekaligus dengan ibadah di rumah, maka kepala keluarga dapat kembali menyadari posisinya sebagai imam dalam keluarga yang akan memimpin istri dan anak-anaknya untuk belajar Firman Tuhan. Jadi, keluarga kita bebas virus corona, dan juga bebas virus dosa.  Adi Putra    

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun