Oleh: Adi Suhenra Sigiro, M.Th
Sahabat Pembaca!
Apakah Sahabat Pembaca sedang bergumul untuk keberhasilan hidup dalam hal studi, berbisnis, berusaha, atau dalam pekerjaan? Mungkin Sahabat Pembaca selama ini sudah berjuang sedemikian rupa namun masih mengalami kegagalan. Untuk mengatasinya, Saya mengajak Sahabat Pembaca untuk belajar kepada Yusuf.Â
Dalam Nats Kej. 41:37- 45 ini dikisahkan bahwa Firaun mengangkat Yusuf menjadi penguasa kedua di Mesir untuk mengelola pemerintahan di Mesir khususnya dalam hal perekonomian dan pangan. Pada waktu itu usia Yusuf sangat tergolong muda, karena usianya masih tiga puluh tiga tahun.
 Di tangan Yusuf bangsa Mesir dapat mengatasi kelaparan yang sedang terjadi pada waktu itu. Sahabat Pembaca, Yusuf bukan saja menyelamatkan bangsa Mesir dari kelaparan, tetapi juga bangsa lain yang membutuhkan bahan pangan termasuk Israel.Â
Seumur hidupnya, Yusuf tetap mendapat pengaruh dan kedudukan penting di tanah Mesir. Namun, sebelum Yusuf yang masih muda menjadi pemimpin di Mesir ada beberapa prinsip hidup yang dimilikinya, di mana Sahabat Pembaca pun dapat menerapkannya sehingga Sahabat Pembaca menjadi orang berhasil dalam bekerja, berusaha, maupun berbisnis. Sahabat Pembaca, prinsip yang dimasuk adalah sebagai berikut:
Satu, melibatkan Tuhan. Sahabat Pembaca, dalam Kejadian 39:2 dituliskan bahwa: "TUHAN menyertai Yusuf, sehingga ia menjadi seorang yang selalu berhasil dalam pekerjaannya......" Penyertaan Tuhan telah membuat apa yang dikerjakan Yusuf menjadi berhasil, baik ketika di rumah Potifar maupun di penjara.Â
Melalui kehadiran Yusuf di rumah Potifar, maka keluarga Potifar mengalami berkat Tuhan (Kej. 39:4-5). Selain itu, ketika Yusuf di penjara karena fitnahan istri Potifar, kepala penjara mendapat kemudahan karena tanggung jawabnya sebagai kepala penjara telah dipercayakan kepada Yusuf. Yusuf yang mengalami penyertaan Tuhan berhasil melakukan pekerjaannya dalam penjara (Kej. 39:21-22). Demikian juga bagi Sahabat Pembaca, selain bekerja keras, maka kita harus senantiasa meminta penyertaan Tuhan.Â
Dengan meminta penyertaaan Tuhan melalui doa dan persekutuan berarti kita sedang melibatkan Tuhan. Jika kita melibatkan Tuhan, maka Tuhan akan bertindak memberikan keberhasilan dalam pekerjaan dan usaha yang kita kelola. Ingat, apapun yang kita usahakan dan kerjakan, kita tidak boleh bersandar kepada kekuatan dan pengertian kita sendiri, melainkan harus melibatkan dan mengandalkan Tuhan, sebab Tuhanlah yang memberikan keberhasilan dan keberuntungan (Ams. 3:5-6; Band. Yer. 17:5-8).
Dua, menjaga integritas. Sahabat Pembaca, sikap yang menjaga integritas ditunjukkan oleh Yusuf ketika Yusuf digoda oleh istri Potifar untuk tidur dan bersetubuh dengannya.Â
Walaupun tidaÄ· ada yang menyaksikan dan melihat, namun Yusuf dengan tegas menolak ajakan istri potifar. Walaupun istri Potifar mencoba berulang-ulang untuk membujuk Yusuf untuk tidur bersamanya, namun Yusuf dengan sikap yang konsisten tetap menolak ajakan istri Potifar. Yusuf menjaga sikap hati untuk takut akan Tuhan, walaupun ia harus menanggung resiko, yakni dipenjara akibat fitnahan istri Potifar.Â
Dengan menjaga integritas, Yusuf mendapat perkenanan dari Tuhan. Dengan perkenan dari Tuhan, Yusuf mampu melewati setiap proses dan tantangan yang dialaminya sampai Tuhan mengangkatnya menjadi pemimimpin di Mesir. Sahabat Pembaca, demikian juga dengan kita orang percaya, kita harus hidup menjaga integritas, dengan menjaga kesucian dan kekudusan hidup, tidak kompromi dengan dosa dan kejahatan.Â
Dengan cara hidup yang demikian, maka Sahabat Pembaca akan mendapat perkenanan dari Tuhan. Perkenan dari Tuhan akan menolong dan memampukan kita untuk melewati proses dan tantangan hidup yang kita alami sampai Tuhan mengarunikan keberhasilan dan rencana-Nya dalam hidup kita.
Tiga, bertanggung Jawab. Sahabat Pembaca, saat melakukan tugasnya, Yusuf selalu melaksanakannya dengan sepenuh hati dan bertanggung jawab sehingga dia diangkat menjadi kepala rumah tangga dan kepala di penjara, bahkan menjadi orang kedua yang berkuasa atas Mesir.Â
Dengan demikian, keberhasilan hidup pun akan kita terima manakala kita mengerjakan tugas dan pekerjaan kita dengan penuh tanggung jawab. Sika kita mengerjakan tugas dan tanggung jawab dengan sepuh hati tepat pada waktunya Tuhan akan memberi promosi dalam hidup kita.
Empat, berpikir positif. Sahabat Pembaca, sebelum Tuhan mengaruniakan keberhasilan bagi Yusuf, yakni menjadi pemimpin dan penguasa di tanah Mesir, Yusuf terlebih dahulu melewati proses hidup yang sangat panjang dan pahit.Â
Saudara-saudaranya yang semestinya mendukung dan melindunginya, ternyata merencanakan yang jahat bagi Yusuf karena mereka cemburu dan iri hati setelah Yusuf menceritakan mimpinya kepada saudara-saudaranya. Saudara-saudaranya awalnya berencannya membunuh Yusuf, karena itulah Yusuf dimasukkan ke dalam sumur. Namun, rencana tersebut berubah dan mereka menjual Yusuf kepada orang Ismael untuk mendapatkan uang sebesar 20 syikal perak.Â
Kemudian di Mesir orang Ismael kembali menjual Yusuf kepada Potifar, pegawai pengawal Firaun (Kej. 37:28-36). Jadi selama hidupnya Yusuf telah dua kali diperjualbelikan, layaknya barang-barang yang dujual di pasaran. Namun, dalam Alkitab tidak ada kalimat yang keluar dari mulut Yusuf berupa keluhan, kekecewaan dan menyalahkan siapapun. Dia mengikuti seluruh proses yang sedang dialaminya dengan sabar sampai Tuhan mengangkat Yusuf menjadi pemimpin di tanah Mesir.Â
Ketika Yakub, ayah mereka meninggal, saudara-saudara Yusuf mulai ketakutan dan menduga kalau Yusuf akan balas dendam atas perbuatan saudara-saudaranya. Namun dalam sebuah pertemuan dengan saudara-saudaranya, Yusuf berkata kepada saudara-saudara: "Memang kamu telah merekarekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar." (Kej. 50:20).Â
Sahabat Pembaca, selain mengampuni saudara-saudaranya, ternyata Yusuf juga mampu berpikir postif atas perlakukan saudaranya dan akan proses hidup yang pahit yang ia lalui. Yusuf menyadari justru semua proses yang dialami adalah cara Tuhan untuk membuat Yusuf berhasil dan menjadi pemimpin di tanah Mesir.Â
Melalui kedudukannya di tanah Mesir, Yusuf telah memelihara bangsa Mesir, termasuk bangsanya yang mengalami dampak bahaya kelaparan. Sebagai orang percaya, tentu kita juga harus belajar berpikir positif atas perlakukan orang disekitar kita yang mungkin kurang menyenangkan atau bahkan telah menyakiti kita. Kita juga harus berpikir positif atas tantangan dan badai hidup yang Tuhan ijinkan terjadi dalam hidup kita. Jangan gampang mengeluh, bersungut-sungut, menyalahkan dan menghakimi orang lain. Jangan gampang putus asa.Â
Sahabat Pembaca, kita harus meyakini bahwa proses yang Tuhan ijinkan adalah batu loncatan untuk meraih keberhasilan dan rencana Tuhan dalam hidup kita. Ingat, dalam segala situasi yang sulit dan sukar, selagi kita menghadapinya dengan sabar, mengasihi Tuhan, dan tetap menyadari status kita sebagai anak-anak Tuhan, maka semua yang Tuhan ijinkan terjadi semata-mata untuk mendatangkan kebaikan hidup kita (Rom. 8:28). Karena itu, tetaplah belajar berpikir postif atas apapun yang terjadi sampai keberhasilan dan rencana Tuhan terjadi dalam hidup kita.
Sahabat Pembaca, jika kita belajar mengikuti prinsip hidup yang dimiliki oleh Yusuf maka seperti Yusuf yang mengalami keberhasilan sejak masa mudanya maka Sahabat Pembaca juga akan mengalami keberhasilan dalam studi, usaha, pekerjaan, bisnis, karir sesuai dengan yang direncanakan Tuhan bagi Sahabat Pembaca.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H