Oleh: Adi Suhenra Sigiro, M.Th
Sahabat Pembaca!
Setiap pasangan yang membangun rumah tangga pasti merindukan keturunan baik laki-laki maupun perempuan. Jika ada pasangan yang telah lama menikah, namun belum punya anak, maka pasangan tersebut akan berupaya melakukan berbagai macam cara supaya mereka punya keturunan.
 Bagi pasangan yang sama-sama memiliki iman yang teguh, mereka akan terus berdoa kepada Tuhan dan menunggu saat yang tepat Tuhan mengaruniakan keturunan. Namun, bagi sebagian pasangan yang kurang beriman, mereka rela pergi ke dukun dan para normal.Â
Sementara bagi pasangan yang memiliki kekayaan materi, mereka rela membayar mahal untuk program bayi tabung. Beragam cara yang dilakukan oleh pasangan yang sudah menikah supaya mereka punya anak. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa punya anak merupakan dambaan semua pasangan yang sudah berumahtangga, supaya ada yang menjadi ahli waris dan meneruskan garis keturunan pasangan yang bersangkutan.Â
Namun, bagi beberapa pasangan ada yang bisa menerima kenyataan kalau mereka tidak bisa punya keturunan, pasangan tersebut menyerahkan sepenuhnya kepada kedaulatan Tuhan. Sedangkan beberapa pasangan lagi ada yang rela mengadopsi anak demi meneruskan garis keturunan.
Sahabat Pembaca, terlepas dari cara-cara tindakan atau dilakukan oleh pasangan untuk mendapatkan anak, namun jika Tuhan sudah mengijinkan pasangan tersebut untuk punya anak, maka tentu ada tanggungjawab yang harus dilakukan orangtua terhadap anaknya. Tanggung jawab pasangan tersebut tidak saja sekedar hanya untuk mencari nafka demi memenuhi kebutuhan biologis maupun jasmani anak.
Lebih dari itu, orangtua punya tanggung jawab untuk mendidik anak. Bagi pasangan Kristen, tentu anak yang lahir dalam rumah tangganya, harus didik dalam kebenaran supaya anaknya mengenal dan takut akan Tuhan. Karena itu, pasangan yang sudah menikah memiliki peran menjadi pengajar atau guru bagi anak-anak mereka.
Sahabat Pembaca, berdasarkan Ulangan 6:1-6, maka pola yang dapat diterapkan oleh pasangan yang sudah menikah, sebagai guru supaya anaknya mengenal dan takut akan Tuhan adalah sebagai berikut, yakni:
Satu, mengajar dengan menjadi role model. Sebelum bangsa Israel menyeberangi Sungai Yordan menuju ke tanah Kanaan, Musa mengingatkan bangsa Israel supaya mereka mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa dan akal budi. Pesan ini disampaikan Musa pertama-tama harus diterima oleh orang dewasa maupun yang sudah berkeluarga.Â
Jika orang dewasa maupun yang sudah berkeluarga menerima dan melakukan pesan ini, maka anak-anak bangsa Israel akan secara langsung melihat contoh atau teladan bagaimana hidup mengasihi Tuhan.Â
Demikian juga pada masa sekarang, langkah pertama yang harus diperlihatkan oleh pasangan yang sudah punya anak dalam menjalankan perannya sebagai guru, dengan menjadi role model bagi anak. Pasangan tersebut harus menjadi teladan dalam berdoa, beribadah, serta dalam membaca firman Tuhan. Pasangan tersebut harus menunjukan cara hidup yang mengasihi dan melayani Tuhan.Â
Sahabat Pembaca harus mengetahui bahwa anak merupakan peniru ulung. Maksudnya adalah anak sangat mudah meniru dan menerapkan perilaku yang diperlihatkan oleh orangtuanya.Â
Ada juga yang mengatakan bahwa perilaku anak merupakan citra dari orangtuanya. Karena itu, jangan buruh-buruh menyalahkan dan memarahi anak, apabila perkataan maupun tindakan anak ada yang salah. Barangkali apa yang mereka katakan dan lakukan adalah perkataan dan perbuatan yang sehari-hari mereka saksikan dari orangtuanya.Â
Singkatnya, kualitas perkataan, perbuatan dan rasa hormat anak kepada Tuhan dan kepada sesama manusia ditentukan sejauh mana orangtua menunjukkan keteladanan bagi anaknya.
Kedua, mengajar secara berulang-ulang. Setelah Musa mengingatkan bangsa IsraeL, supaya mereka mengasihi Tuhan, Selanjutnya, Musa mengingkatkan orangtuanya untuk mengajarkan hukum tersebut kepada anak-anak mereka secara berulang-ulang.
 Hal ini jugalah yang harus diterapkan oleh pasangan yang sudah punya anak. Mereka harus mengajarkan hukum Tuhan kepada anak-anaknya secara berulang-ulang. Namun, sebelum anak menerima pengajaran firman Tuhan dari orangtuanya maka terlebih dahulu orangtuanya harus rela dan bersedia memberikan waktu untuk terlbih dahulu belajar firman Tuhan.Â
Untuk itu, setiap pasangan yang sudah berumah tangga harus mengikuti pembinaan iman yang dilakukan oleh gereja, seperti komsel, PA, dll.Â
Tujuanya supaya pasangan tersebut mendapatkan pemahaman yang benar akan firman Tuhan, sehingga ketika mereka mengajarkannya kepada anak-anaknya, kebenaran yang disampaikan utuh dan tidak menyimpang. Pada umumnya, anak belum bisa berpikir kritis, sebaliknya anak biasanya mudah mempercayai dan menerima apa yang disampaikan oleh orangtuanya.Â
Setiap pasangan yang sudah punya anak harus memperhatikan bahwa apabila anak mendapat pengajaran firman Tuhan yang keliru maka Tuhan akan meminta pertanggungjawaban dari pasangan tersebut.
Namun ingat, sebagaimana yang disampaikan Musa, pasangan yang sudah menikah harus mengajar dan menyampaikan kebenaran bagi anaknya secara berulang-ulang, tujuannya supaya anak lebih mudah mengingat pengajaran yang disampaikan.Â
Untuk itu, pasangan yang sudah menikah jangan pernah merasa bosan dan jenuh dalam mengajarkan kebenaran bagi anaknya. Kemampuan anak untuk menerima pengajaran dari orangtuanya memerlukan waktu dan proses.
Ketiga, mengajar dengan berbagai media dan metode yang kreatif. Musa menyampaikan bagi orangtua bangsa Israel bahwa hukum Tuhan yang mereka terima harus diajarkan kepada anak-anak pada saat duduk, berdiri, bahkan bisa dituliskan dalam dingding rumah mereka.
Tujuannya supaya hukum Tuhan yang mereka pelajari dapat melekat dalam ingatan anak dan bertahan lama. Demikian jugalah pada masa sekarang, bagi pasangan yang sudah menikah, sebagai guru bagi anaknya, mereka harus mengajarkan hukum Tuhan dengan berbagai media dan metode yang bervariasi.Â
Sebagai guru, orangtua juga bisa mengajarkan hukum Tuhan dengan menggunkan ilustrasi atau alat peraga. Dalam mengembangkan kemampuanya mengajar, orangtua bisa belajar dari buku, media sosial seperti Youtobe, dll. Di jaman yang modern ini, sudah banyak media internet yang bisa menjadi sumber informasi tentang cara mendidik anak yang kreatif.Â
Selain, mengajar dengan menggunakan media dan metode, gaya bahasa dan penggunaan kalimat harus disesuaikan oleh orangtua. Supaya anak lebih mudah menangkap dan mengerti pengajaran yang disampaikan oleh orangtuanya.
Sahabat Pembaca, berdasarkan cara di atas maka peran orangtua sebagai guru bisa berhasil dalam membawa dan menuntun anak untuk mengenal Tuhan dan melakukan kebenaran-Nya dalam kehidupan sehari-hari.Â
Ingat, jika anak sejak dini diajar untuk mengenal Tuhan dan kebenaran-Nya maka kelak ketika anak berprestasi dan berhasil maka anak tersebut akan hidup mempersembahkan hidupnya kepada Tuhan serta memuliakan Tuhan. Ingat! Anak anda tanggungjawab anda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H