Mohon tunggu...
Adi SuhenraSigiro
Adi SuhenraSigiro Mohon Tunggu... Dosen - Melayani Tuhan, Keluarga, Negara, Gereja, Sesama, serta Lingkungan merupakan panggilan sejak lahir

Pendidikan S1: Sekolah Tinggi Teologi Kharisma Bandung (Lulus 2016). Pendidikan S2: Sekolah Tinggi Alkitab Tiranus Bandung (Lulus 2020). Pelayanan: Perintisan dan Pemuridan di Gereja Bethel Indonesia Jl. Pasirkoja 39 Bandung, tahun 2012-2022. Pekerjaan: Dosen PNS IAKN Tarutung

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Orangtua adalah Guru bagi Anak: Bagaimana Cara Mengajarnya?

12 Mei 2022   14:57 Diperbarui: 12 Mei 2022   15:31 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Demikian juga pada masa sekarang, langkah pertama yang harus diperlihatkan oleh pasangan yang sudah punya anak dalam menjalankan perannya sebagai guru, dengan menjadi role model bagi anak. Pasangan tersebut harus menjadi teladan dalam berdoa, beribadah, serta dalam membaca firman Tuhan. Pasangan tersebut harus menunjukan cara hidup yang mengasihi dan melayani Tuhan. 

Sahabat Pembaca harus mengetahui bahwa anak merupakan peniru ulung. Maksudnya adalah anak sangat mudah meniru dan menerapkan perilaku yang diperlihatkan oleh orangtuanya. 

Ada juga yang mengatakan bahwa perilaku anak merupakan citra dari orangtuanya. Karena itu, jangan buruh-buruh menyalahkan dan memarahi anak, apabila perkataan maupun tindakan anak ada yang salah. Barangkali apa yang mereka katakan dan lakukan adalah perkataan dan perbuatan yang sehari-hari mereka saksikan dari orangtuanya. 

Singkatnya, kualitas perkataan, perbuatan dan rasa hormat anak kepada Tuhan dan kepada sesama manusia ditentukan sejauh mana orangtua menunjukkan keteladanan bagi anaknya.

Kedua, mengajar secara berulang-ulang. Setelah Musa mengingatkan bangsa IsraeL, supaya mereka mengasihi Tuhan, Selanjutnya, Musa mengingkatkan orangtuanya untuk mengajarkan hukum tersebut kepada anak-anak mereka secara berulang-ulang.

 Hal ini jugalah yang harus diterapkan oleh pasangan yang sudah punya anak. Mereka harus mengajarkan hukum Tuhan kepada anak-anaknya secara berulang-ulang. Namun, sebelum anak menerima pengajaran firman Tuhan dari orangtuanya maka terlebih dahulu orangtuanya harus rela dan bersedia memberikan waktu untuk terlbih dahulu belajar firman Tuhan. 

Untuk itu, setiap pasangan yang sudah berumah tangga harus mengikuti pembinaan iman yang dilakukan oleh gereja, seperti komsel, PA, dll. 

Tujuanya supaya pasangan tersebut mendapatkan pemahaman yang benar akan firman Tuhan, sehingga ketika mereka mengajarkannya kepada anak-anaknya, kebenaran yang disampaikan utuh dan tidak menyimpang. Pada umumnya, anak belum bisa berpikir kritis, sebaliknya anak biasanya mudah mempercayai dan menerima apa yang disampaikan oleh orangtuanya. 

Setiap pasangan yang sudah punya anak harus memperhatikan bahwa apabila anak mendapat pengajaran firman Tuhan yang keliru maka Tuhan akan meminta pertanggungjawaban dari pasangan tersebut.

Namun ingat, sebagaimana yang disampaikan Musa, pasangan yang sudah menikah harus mengajar dan menyampaikan kebenaran bagi anaknya secara berulang-ulang, tujuannya supaya anak lebih mudah mengingat pengajaran yang disampaikan. 

Untuk itu, pasangan yang sudah menikah jangan pernah merasa bosan dan jenuh dalam mengajarkan kebenaran bagi anaknya. Kemampuan anak untuk menerima pengajaran dari orangtuanya memerlukan waktu dan proses.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun