Saya dan Basir memesan kopi hitam khas Vietnam kemudian saling diam untuk menikmati atmosfer dan/atau dinamika yang berlangsung di warung kopi yang dikelola oleh laki-laki setengah baya berkepala plonthos yang dengan percaya dirinya melayani pembeli dengan bertelanjang dada, hanya pakai kolor. Memang hari itu Ho Chi Minh City cukup terik. Basir sibuk dengan imajinasinya sendiri, sementara saya menerka-nerka topik apa yang mereka obrolkan? Kenapa mereka (yang hampir didominasi kaum adam) tidak bekerja? Apakah mereka para wirausahawan?
Terlepas dari setiap pengalaman yang tercecap pada hari itu, satu hal yang cukup mengganggu saya adalah aroma kayu manis yang sangat kuat atau medhok menyeruak dari kedai-kedai makanan dan rumah-rumah warga yang tersebar di tiap-tiap lorong gang. Kebanyakan kedai Pho. Sebelumnya saya tidak bermasalah dengan aroma kayu manis. Akan tetapi di Ho Chi Minh City, hidung saya seolah dibombardir aroma kayu manis. Bertubi-tubi. Saking masifnya, seolah setiap kendaraan mulai dari jenis roda dua, roda tiga, roda empat, roda delapan, hingga roda yang tak terhitung, mengeluarkan asap dengan aroma kayu manis dari knalpotnya.Â
Saya muak hingga sempat melempar ide untuk segera keluar dari Ho Chi Minh City malamnya menuju ke destinasi selanjutnya yang telah direncanakan, Phnom Penh, Cambodia. Tapi, Basir tidak setuju dengan ide saya tersebut. Basir menyarankan pada hari atau malam kedua untuk melanjutkan perjalanan agar uang yang sudah dikeluarkan untuk penginapan tidak mubazir, mengingat spirit yang diusung adalah Backpacker/Backpacking. Saya mengiyakan.
Saat  mencari makan malam di hari pertama tersebut, Basir yang memegang teguh ajaran agama sangat berhati-hati memilih tempat makan. Setelah berjalan cukup jauh dari hostel, saya dan Basir sempat melalui area prostitusi yang dilegalkan. Bukan disengaja. Beberapa kupu-kupu malam saling berebut menawarkan diri ke Basir. Mungkin karena Basir secara fisik bertubuh tambun sehingga dianggap punya duit banyak. Saya sama sekali tidak dilirik. Syebel!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H