Mohon tunggu...
Adi Setiawan
Adi Setiawan Mohon Tunggu... Koki - Masih belajar

Tulisan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sarjana Baru Bisa Apa?

27 Mei 2020   09:06 Diperbarui: 27 Mei 2020   09:05 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Adikku mempunya sebuah penyakit mental yakni skizofrenia. Selain itu dia juga agak terbelakang dibanding yang lainya karena dia lamban saat mempelajari sesuatu. Sebenarnya bukan hanya adikku yang punya penyakit skizofrenia, meskipun belum pernah diperiksakan ke dokter jiwa tapi saya tahu kalau ayahku juga menderita skizofrenia. 

Saya bisa mengatakan ayahku sakit karena ciri-cirinya sama dengan penderita skizofrenia. Dia setiap hari berbicara sendiri padahal tak ada lawan bicara, sering tiba-tiba marah, suka kawatir, selalu berprasangka buruk kalau barang-barang seperti beras katanya habis dicuri orang, padahal habis dikonsumsi keluarga sendiri. 

Tak seprti adikku yang aku peruksakan ke dokter jiwa, Ayahku tidak diperiksakan karana kami bingung bagaimana cara mengajakmya. Kalau diajak secara paksa kami kawatir kalau nanti  ada dendam yang muncul. Ibuku kadang-kadang sampai setres karena mau keluar rumah tidak diperbolehkan oleh ayahku. Dan ayahku saat ini tidak peduli dengan kondisi ekonomi keluarga, bahkan diam-diam dia malah hutang rokok ke warung.

Saat ini untuk biaya  makan mbak Rini lah yang diandalkan, karena satu-satunya orang di rumah ini yang masih bekerja di tengah-tengah wabah covid 19 ini dan untungnya dia orangnya sangat legowo, setidaknya kelihatan seperti itu, saya tidak tahu di dalam batinnya seperti apa. Tentu saja aku merasa terpukul dengan kondisi seperti ini. 

Saya sudah beberpa kali melamar kerja tapi belum dapat. Sebenarnya ada beberapa kali panggilan wawancara tapi tidak diperbolehkan kakakku. Katanya disuruh menunggu sampai habis lebaran. Sebenarnya saya sudah bekerja di sebuah rumah makan, akan tetapi sudah hampir dua bulan libur karena wabah covid 19. Selain itu saya juga sudah  sekitar dua bulan lulus kuliah tapi belum wisuda.

Sedih hatiku karena seharusnya disaat seperti ini sebagai anak lelaki bisa meringankan beban orang tua, akan tetapi kenyataanya sebaliknya masih suka rebahan tanpa ada yang dihasilkan, masih suka malas-malasan. 

Padahal diusia seperti ini harusnya sudah ada pandangan arah hidup mau kemana. Yang ada dipikiranku saat ini adalah segera dapat kerja, penghasilannya buat bantu orang tua, sebagian dikumpulkan untuk modal usaha supaya bisa mewujudkan mimpiku jadi pengusaha mengentaskan ekonomi keluarga, lalu bisa kuliah S2, membangun keluarga dan menciptakan lapangan kerja. Semoga Allah mengabulkan apa yang aku hajatkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun