Mohon tunggu...
Adi bustian
Adi bustian Mohon Tunggu... Lainnya - Warga biasa

Warga yang menuliskan catatan, berdasarkan pengalaman pribadi yang belum tentu sama dengan , situasi, kondisi dan pendapat manusia terkini

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Antara Aku, Kau, dan Bekas Tetanggamu

6 Agustus 2021   10:00 Diperbarui: 6 Agustus 2021   10:11 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nah, ini dia pertarungan seru antara dua pemutar pita kaset di era 90-an. Dimana saat itu mungkin masa transisi pada beberapa aspek kehidupan. Dari yang mungkin dianggap "Jadul" kearah yang katanya lebih modern.

Oke...................sebentar , saya berhenti sejenak untuk mereguk susu jahe yang baru saja saya beli di jalan, minuman 'jadul" tapi khasiatnya luar biasa. Apalagi dipadukan info dari internet banking yang memberitakan saldo sudah bertambah walau  dengan potongan pajak penghasilan. Hmmmm mantap.......

Pada era itu pada suatu suuua-at , saya berkesempatan berkunjung ke rumah salah satu rekan kerja yang Alhamdulillah saat ini sudah lumayan kehidupannya.

Beberapa kejadian saat itu menjadi hal yang biasa dan justru sekarang ternyata baru ada hikmah yang bisa saya petik dari peristiwa beberapa tahun yang lalu tersebut, LO-LA kalau kata anak sekarang atau Loading Lama untuk mengambil kesimpulan dari suatu peristiwa.

 Ya seperti "anak tongkrongan"yang tertawa belakangan setelah salah satu rekannya melucu. Dan saya harap yang membaca tulisan ini tidak seperti saya, kalaupun iya ya nggak apa apa karena "bingung" adalah bagian dari proses berpikir, he he he.

Saat itu saya bertamu dan  kebetulan kawan tersebut tinggal di sebuah rumah petak di pinggiran Jakarta. Petakannya kurang lebih ada sekitar 6 atau 7 petak berjajar dan semuanya menghadap kiblat.

Pada saat bertamu disana saya dengar sekali amat jelas tetangga di petakan sebelahnya sedang memutar kaset yang kebetulan berisi lagu lagu dangdut,  kencang sekali!, bait yang sempat saya ingat kurang lebih seperti ini
" Andaikan kau tiada datang lagi ku mengharap dirimu kembali, aku tak ingin kau pergi lagi, tinggalkan aku sendiri, Maya aaaaaa jangan kau tinggalkan diriku". Ternyata lagunya "enak" dan akhirnya saya mulai tertarik dengan musik dangdut sehingga saya bisa hapal 1 lagu dangdut lainnya yang berjudul Nada Nada Cinta, evie Tamala, waduh.. ngelantur jadinya.

 Oke saya nyalakan dulu sebatang rokok agar lebih fokus lagi pada cerita.

Begini selanjutnya............Akan Tetapi!!!!!, yang menjadi masalah adalah volume kaset itu yang besar sekali sehingga kamipun harus menyingkir pergi kesebuah warung untuk sekedar ngobrol.  Kawan yang satu ini mengeluh " gila tu tetangga Gua! Tiap hari kalau nyetel kaset kayak begitutuh mentang mentang baru beli tape double deck keluaran baru yang iklannya ada  di TV, nggak peduli sama orang, nggak tau waktunya sholat di geber terus.

Terus saya balik tanya "emang lu sholat?", dia jawab iye ye gua kan sama ama lu!', ya memang saat itu kami ini adalah para ahli wudhu, tapi wudhu aja sholatnya nggak. He he......TER....LAM.....PAU .....................mungkin ini versi   Siti Nurhaliza    Men " Translate" ungkapan TER.....LA......LU nya bang Haji Rhoma Irama,...

"Bulan depan gue beli tape juga" katanya biar imbang". "Oke itu baru mantap, !! biar besok gua dateng lagi, pengin lihat gua hasilnya gimana" kata saya sambil mensupport dan memberi semangat atau dalam istilah kerennya memprovokasi".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun