Rokok berkelanjutan bro dan menyangkut hajat hidup orang banyak Cukainya seratus trilyunan bro dan tiap tahun ditingkatkan oleh Negara dan  dipenuhi kaum perokok, aseeek.  Masuk ke kas Negara, masuk dalam APBN yang alokasinya untuk pembangunan rumah sakit, gaji dokter dan untuk fasilitas pendidikan. Jadi setidaknya dan sedikit banyaknya  karena kami para perokok ada, maka ada rumah sakit, ada jalan, ada kesejahteraan pekerja sektor kesahatan dan ada subsidi untuk mereka mereka yang membenci perokok, aneh kan?
Karena kami merokok, ada kemungkinan terjadi pekerja pabrik rokok bisa sekolahkan anaknya, petani tembakau bisa kuliahkan anaknya hingga jadi dokter dan kemudian melarang sebagian pasien rumah sakit untuk merokok.
Kampanye kapitalis " perokok pasif lebih berbahaya dari perokok aktif" lihat kan betapa provokatifnya kampanye ini. Pembenturan kepentingan perokok dan bukan perokok, padahal sesungguhnya analogi yang tepat adalah " kalau ada satu gelas racun dan satu gelas susu , bapak pilih mana? Tentu orang akan pilih susu. Nah kalau perokok pasif lebih berbahaya sebaiknya aktiflah merokok, he he he
Ya begitulah guyonan aja bro, ngga serius buat lucu lucuan aja agar Imun rasa takut kita tidak menurun karena pandemi.
Ssssst, dikalangan perokok ada mereka lho, Albert Einstein, Pramudya Ananta tour, Winston Churcil, Sukarno, Che Ghuavara, Chairil Anwar, Hemingway, Kennedy dan ada Adi Bustian , he he he
Â
Terima kasih untuk Bapak HM Sampoerna, Bapak Robert Budi Hartono, Bapak Surya Wonowidjoyo.
Â
TERIMA KASIH UNTUK TIDAK MEROKOK DAN TERIMA KASIH UNTUK MEROKOK
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H