Mohon tunggu...
Adhwa Nabiila
Adhwa Nabiila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Akademisi

On my journey

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Strolling Around Jakarta

7 Februari 2024   20:13 Diperbarui: 5 Juni 2024   18:16 903
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi penduduk yang tinggal di kota kecil seperti saya, Jakarta adalah sebuah kota besar yang luar biasa dengan segala kemajuannya. 

Mulai dari kemudahan untuk pergi ke mana saja dengan banyaknya angkutan umum yang memberikan tarif yang sangat terjangkau untuk pelajar, dan juga megahnya gedung - gedung yang tidak bisa dilihat di kota tempat saya tinggal. 

Pergi ke Ibukota Indonesia bukanlah pertama kali untuk saya, tapi beberapa kali ke Jakarta saya hanya singgah ke rumah kerabat saya, dan tidak pernah menelusuri sudut Jakarta sendirian. 

Untuk kedatangan saya ke Jakarta kali ini, sungguh pengalaman yang menyenangkan untuk saya. 

Sebelum artikel ini di upload, saya menerbitkan artikel tentang solo traveling. Awalnya saya bukanlah penyuka jalan - jalan sendirian, karena saya takut akan merasa kesepian atau takut jika saya terkendala suatu masalah. 

Namun, kali ini saya mencoba memberanikan untuk mencoba hal baru. Saya pergi ke beberapa tempat dengan menaiki angkutan umum. Ini pertama kalinya saya menaiki angkutan umum di Jakarta sendiri. Sebelumnya saya pernah pergi ke suatu tempat dengan saudari saya yang tinggal di sini. 

Awalnya saya bimbang haruskah saya pergi dengan menaiki busway/kereta karena saya takut jika saya naik di jalur yang salah. 

Akhirnya saya memutuskan untuk naik busway dari RS. Hermina Jatinegara dengan tujuan simpang RP Soeroso. Saat perjalanan saya berulang kali mengecek handphone saya yang menunjukkan panduan halte mana saja yang harusnya saya lewati untuk menuju ke tempat yang saya tuju. 

Tujuan pertama saya adalah Jakarta Public Library Cikini yang berada di Jakarta Pusat. Karena ini adalah pertama kalinya saya ke sana, jadi saya diarahkan untuk membuat akun keanggotaan terlebih dahulu. Diperlukan scan QR keanggotaan untuk masuk ke perpustakaan dan tidak perlu membayar apa pun. 

Foto: Dok. Pribadi
Foto: Dok. Pribadi
Setelah check in, saya diberi kunci loker untuk menitipkan barang dan mendapat sebuah tas bening untuk membawa barang yang diperlukan. 

Saya menghabiskan waktu sekitar 45 menit di perpustakaan, lalu berlanjut ke destinasi selanjutnya yang berada di sebelah perpustakaan, yaitu taman Ismail Marzuki.

Sumber Gambar: inews.id
Sumber Gambar: inews.id

Taman Ismail Marzuki sendiri memiliki bangunan arsitektur yang unik dengan warna yang tidak terlalu mencolok. Biasanya digunakan untuk pagelaran seni ataupun pameran karya. 

Sayangnya pada saat saya berkunjung ke sana, saya tidak kedapatan melihat pameran. Saya hanya berkeliling taman sambil menikmati suasana yang cukup berawan serta angin yang lumayan kencang pada saat itu. 

Di lingkup TIM juga terdapat planetarium dan observatorium, tempat wisata edukasi bertemakan luar angkasa. Lagi - lagi saya tidak kedapatan untuk berkunjung ke planetarium dikarenakan sedang dilakukan perbaikan. Setelah lelah berkeliling akhirnya saya memutuskan untuk kembali ke tempat tinggal saudari saya. 

Keesokan harinya, saya melanjutkan rencana jalan - jalan saya ke Kota Tua. Kali ini saya pergi dengan naik KRL dari stasiun tebet dan turun di stasiun Jakarta Kota. 

Karena saya berkunjung pada saat weekend, kota tua terlihat sangat ramai pengunjung pada saat itu, namun tidak mengurangi rasa semangat saya untuk berkeliling. 

Saya datang sendiri, saya jadi tidak punya teman untuk meminta bantuan untuk memfotokan saya sendiri di ikon kota tua yaitu area taman Fatahilah, akhirnya saya menerima tawaran dari seorang fotografer dan membayar sebesar 5.000 rupiah. Setidaknya bisa saya gunakan sebagai kenang - kenangan. 

Foto: Dok. Pribadi
Foto: Dok. Pribadi

Berlanjut saya mengunjungi museum seni rupa dan keramik, museum ini masih di dekat taman Fatahilah. 

Untuk tiket masuk pada saat weekend akan dikenakan biaya 15.000, weekdays 10.000, dan untuk kalian yang masih pelajar/mahasiswa cukup dengan menunjukkan kartu pelajar/mahasiswa, kalian akan mendapatkan tiket dengan harga sebesar 5.000 rupiah saja. 

Foto: Dok. Pribadi
Foto: Dok. Pribadi
Pada saat saya memasuki ruangan, langsung dihadirkan beberapa kerajinan keramik dan beberapa alat yang biasa digunakan untuk melukis dari berbagai zaman. 

Masuk ke dalam lagi, terlihat banyak lukisan seni rupa dari berbagai macam teknik melukis dan dengan berbagai macam tema. Bangunan ini terdiri dari 2 tingkat di dalamnya. 

Setelah selesai melihat - lihat museum, saya berniat untuk berjalan - jalan di sekitar kali besar dan berencana mampir ke sebuah cafe. Tiba-tiba hujan mengguyur dengan derasnya. 

Alhamdulillah, saya membawa payung, tapi anginnya tetap membuat saya basah. Awalnya saya tetap melanjutkan perjalanan, tapi dikarenakan kondisinya semakin tidak memungkinkan saya untuk berjalan-jalan, karena anginnya membuat payung saya sampai terbalik. 

Akhirnya saya memutuskan untuk berteduh di teras sebuah bangunan tua bersama orang - orang. Setelah beberapa saat, hujan mulai mereda dan saya memilih untuk mencari sebuah cafe agar baju saya tidak semakin basah. 

Sumber Gambar: exibartstreet.com
Sumber Gambar: exibartstreet.com

Saya mencari referensi di google dan menemukan beberapa cafe dengan harga yang terjangkau untuk di tempat wisata yang banyak di datangi wisatawan asing. 

Saya mampir ke bootcheen cafe untuk bersantai sejenak dengan menikmati segelas ice vanilla latte dan membaca buku sambil menikmati hujan. 

Dokpri
Dokpri
Karena sudah memasuki waktu dhuhur saya memutuskan untuk mencari mushola, tapi saya tidak menemukan plakat mushola jadi saya bertanya ke petugas keamanan di sana dan diarahkan ke kantor pos, dan benar, disana ada mushola dan tentunya kamar mandi. 

Setelah sholat saya memutuskan untuk kembali ke apartemen karena saya juga sudah mulai lelah. Sebenarnya ada beberapa museum lagi yang tidak saya kunjungi, seperti museum wayang, museum bank Indonesia, museum bahari, dan museum Fatahilah. 

Untuk hari terakhir saya di Jakarta, alias keesokan harinya. Saya tidak berkeliling sendiri, kali in saya ditemani sahabat saya sejak SD yang tinggal di Depok. Kami pergi ke Bundaran HI, lagi-lagi ikon Jakarta. Tujuan utama saya adalah SkyDesk bundaran HI, yang berada di atas halte busway bundaran HI astra.  

Foto: Dok. Pribadi
Foto: Dok. Pribadi

Di sini dapat terlihat jelas penampakan bundaran HI yang dihiasi dengan keramaian lalu lintas. Kami hanya singgah sebentar, sekedar berfoto karena cuaca yang terik lalu melanjutkan perjalanan ke Mall Grand Indonesia untuk mengunjungi pameran galeri Indonesia kaya. 

Itu yang bertemakan budaya Indonesia dengan menggunakan teknologi digital. Kita dapat mempelajari budaya Indonesia, mulai dari makanan, hewan, dan juga dikenalkan tempat - tempat di penjuru nusantara dengan berbasis game. 

Foto: Dok. Pribadi
Foto: Dok. Pribadi
Kami dapat menikmati pameran ini tanpa membayar tiket, hanya perlu scan sebagai pengganti buku tamu dan bebas menikmati pameran di dalamnya. 

Mengunjungi beberapa tempat di Jakarta sendirian akan menjadi pengalaman yang tak terlupakan bagi saya, mungkin saja ini adalah langkah awal saya untuk melakukan solo traveling ke seluruh penjuru dunia. Aamiin. 

Perjalanan kali ini tentunya memberikan pelajaran yang baik bagi saya,  membuat saya semakin mandiri dan lebih bertanggung jawab dengan diri saya. 

Terima Kasih telah membaca hingga akhir!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun