Mohon tunggu...
Istiana Nuraini
Istiana Nuraini Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Forever grateful

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Penyakit Hati

3 November 2020   06:56 Diperbarui: 24 Januari 2021   11:57 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"He siti apa kau pikir bisa membeli semua ini" ucap salah satu dari kami. "Kamu saja hanya buruh tani, mana ada uang untuk membayar kami" ujar yang lainnya. Wanita itu bernama siti rupanya, seseorang yang mencoba mendamaikan tapi dirinya sendiri sepertinya terluka.

Wanita itu pun membeli semuanya dari uang tabungannya saat masih menjadi karyawan restoran dulu, mungkin ia sudah tak butuh uang itu, pikir kami. Tapi yang kami butuh kan saat ini hanya uang, sudahlah ini semua juga karena kemauannya, tak ada paksaan sedikit pun dari kami.

Setelah kejadian di pinggir sungai, wanita itu kini berkeliling desa, dari rumah satu ke rumah lainnya. Menawarkan atau bisa dibilang meminta kepada para ibu untuk membantunya, istri dari beberapa petani pun menuruti saja.

Meski kami semua tak mengerti maksud dan tujuannya, yang kami pikirkan wanita itu sedikit gila. Tadi membeli semua hasil panen kami dan sekarang mengajak kami membantunya besok pagi, entahlah  terserah apa maunya.

Sesuai dengan keputusan istri petani, keesokan harinya mereka berbondong-bondong menuju rumah siti. Setelah itu siti mulai sedikit memberikan ulasan tentang maksud dan tujuannya. 

Dari situ tampak wajah istri petani semringah, dengan apa yang telah disampaikan siti. Akhirnya kini semua wanita itu sibuk dengan beberapa pekerjaan, mulai dari mengelupas kulit pisang, menggoreng, mengandung dan lain sebagainya.

Kami memang orang desa masih bodoh akan hal teknologi modern saat ini, tapi adanya siti yang mau membantu membuka pandangan hidup kami, membuat hidup kami lebih tenteram. Kini kami tak akan protes pada kalian, sudah sepatutnya juga kami mendukung semua keputusan. Tanpa harus ada dendam pastinya,

Perlahan-lahan usaha yang didirikan siti, wanita yang sempat dikira gila itu, sekarang mampu membantu perekonomian kami, yang sempat merasa tak diadili. 

Tetapi bukan hanya siti sebenarnya yang patut dihargai atau didukung, karena istri kami juga ikut membantu dalam pembuatan makanan ringan, yang nantinya akan di jual ke beberapa daerah dengan perantara teknologi sekarang ini. Yang mana hal itu hanya siti yang mengerti proses dan caranya, sedangkan kami hanya mengikuti saja selama tak ada yang mengusik.

Kami pun kini tahu, bahwa masalah sekecil yang dihadapi perlu adanya perjuangan bersama, apalagi negara yang besarnya sulit di ukur ini . Pasti sangat membutuhkan juga akan dukungan dari kita dan yang terpenting berjuang bersama. Agar semuanya segera meredah, tak ada dendam, ataupun iri dalam hati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun