[caption caption="Anjeun dokumen pribadi"]Bayang lembutmuÂ
Melintas sekejap
Biasan dalam senja
Mengabur di pelupuk mataku...
Adakah waktu bersama ku?
Sementara senja telah kian rekah
Bagai nafas desah merayu
Dalam degup yang tak beraturan...
Mungkin aku telah tiada
Ataukah rasa yang telah padam
Atau hanya khawatir agaknya
Mungkin hanya resah semata?
Â
Langit ingin bersaksi
Dan laut ingin bernyanyi
Berdampingan dalam bahagia
Bergetar lepaskan hasrat...
Akan kupaksa angin bersuara
Untuk menjelaskan kepada sebentuk jiwa
Ah...sungguh nuansa tergores penuh warna
Dan kemesraan terjelma dalam kekakuan...
Dirimu...embun yang tersisa
Dirimu...bagai sinar rembulan yang redup
Mematut dalam cantik alami
Namun hanya sebatas bayang dalam cermin...
Selepas senja bangkitkan imajinasi
Sambut malam yang akan segera tiba
Iringi nada sendu malam purnama
Hadirkan ragu dalam detik yang sama...
Lama tertunduk merenung
Lama tengadah mendesak
Atau kita lemah bertanya
Adakah debar yang sama...
Dalam kata yang sesungguhnya
Ada aksara yang tersimpan
Yang pasti tersapa berkata
Dimanakah letak hakiki...
Â
Sang waktu bersiap tertawa
Dan anganku terdiam sejenak
Maya atau ilusikah dia
Semu atau khayalkah dia...
Gumpalan mega melirik pongah
Berarak... lantas menghilang
Â
Aku harus mencium panorama
Tanpa memeluknya
Aku mau dia ada
Tanpa lara duka
Meskipun dia hadir dari bagian masa lalu
Tanpa aku tahu
Dan
Kemudian pergi ke masa depan
Tanpa aku sadari
Itulah dia...
Elegi dari sebuah nada yang dimainkan
Terbalut lekat dalam episode kehidupan
Meski hanya sementara
Lantas hilang tak bersisa
Â
Nb : mudah2an anjeun yang kemaren tdk jauh beda dr terjemahannya...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H