Mohon tunggu...
Adhif Mambaul Ilmi
Adhif Mambaul Ilmi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, NIM 23107030122

Sura Dira Jayaningrat,Lebur Dining Pangestuti

Selanjutnya

Tutup

Diary

Haruskah Aku?

23 Februari 2024   22:18 Diperbarui: 23 Februari 2024   22:25 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi

Kala itu di suatu waktu aku sempat berbincang dengan seseorang yang sedang merintih kepedihan akan masa depan yang dinantikan. Bukan hanya sekedar masa depan yang ia pikirkan,akan tetapi dia sempat menyesali apa yang terjadi di masa lalu.

Tepat setahun yang lalu, saat diriku masih dalam proses belajar di pondok pesantren, tepatnya di kota Pekalongan, ya kota batik dan terkenal juga sebagai kota santri.

Obrolan itu dimulai kala aku mencoba mendekati seorang anak laki - laki yang terdiam dan merenung di depan kamarnya. Tak sengaja aku melihatnya dari kejauhan, ia terlihat benar bener bingung dan merasa kesepian. Tepat terasa didalam benakku sebenarnya kenapa dia seperti itu?

Aku mencoba untuk mulai bertanya padanya, "kenapa kamu didepan kamar dengan wajah yang bingung dan merenung?"

Lalu dia bilang bahwa tidak ada urusannya denganku.

Dari situ aku sempat merasa bahwa anak ini benar - benar sedang merasa gundah dan tak tau harus bagaimana. dari penolakannya itu bukan membuatku pergi tetapi aku mencoba untuk lebih dekat dengannya dan mencoba basa - basi. Hingga akhirnya dia mulai tertarik masuk dalam obrolan.

Dan ternyata benar, dia sedang melalui masa - masa yang sangat berat untuknya. Aku mencoba untuk bertanya sebenarnya apa yang membuat dirinya benar benar gelisah.

Tak lama dari aku bertanya,nampaknya dia mulai mau terbuka akan hal itu, dia berbicara bahwa sedang memikirkan masa depannya. "Aku gatau gimana masadepanku nanti" ujarnya.

Lalu aku balik bertanya "apa yang kau takutkan?". Dan jawaban dari dirinya membuatku merasa lancang untuk bertanya hal itu, tapi setelah kupikir lagi, mungkin dia juga butuh orang yang bisa mendengarkan ceritanya.

" Aku hidup sendiri, sedangkan aku punya impian yang tinggi, bapak dan ibuku sudah ga ada, aku hidup dengan kakakku yang sedang kesulitan dengan biaya hidup untuk terus menyekolahkanku", ujarnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun