Mohon tunggu...
Adhif Mambaul Ilmi
Adhif Mambaul Ilmi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, NIM 23107030122

Sura Dira Jayaningrat,Lebur Dining Pangestuti

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Tanda Tanya Besar, Kanjuruhan Sampai Mana?

18 Februari 2024   20:39 Diperbarui: 18 Februari 2024   21:33 475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1 Oktober 2022, Tragedi terbesar dalam pesepakbolaan tanah air.

Kekisruhan ini terjadi pasca pertandingan Arema FC melawan rivalnya Persebaya Surabaya, kala itu tim tuan rumah Singo Edan kalah 2 - 3 dari sang tamu Bajol Ijo.

Usai pertandingan sejumlah penonton turun ke lapangan dengan alasan tertentu, banyak yang bilang ingin memberikan semangat kepada pemain agar tidak berlarut - larut dan kecewa karena keadaan tim yang sedang kalah tersebut.

Situasi semakin tak terkendali ketika aparat menembakan gas air mata kearah tribun penonton. Akses stadion yang tak mampu menampung ribuan orang dalam waktu bersamaan membuat penonton terjebak diambang pintu keluar arena.

Apabila kita ingat kembali seakan sangat sakit untuk diingat, tapi bagaimana lagi? Semua harus segera dituntaskan.

Bukan hanya gencar di tanah air tetapi kabar ini gencar di seluruh dunia, sampai presiden FIFA Gianni Infantino sempat berkunjung ke Indonesia tak lama setelah tragedy itu, FIFA ingin transformasi sepakbola di Indonesia.

Sempat kompetisi sepakbola Indonesia pun diberhentikan dengan tujuan menyelesaikan kasus yang terjadi di Kanjuruhan ini. Tapi ternyata pemberhentian kompetisi ini pun tidak menemui titik terangnya.

Duka itu benar benar terasa bagi seluruh pecinta sepakbola tanah air, hingga seluruh elemen supporter mencoba menggaungkan perdamaian antar rival masing - masing.

Mereka mengesampingkan rivalitas itu dan serentak memberikan duka cita kepada para korban, dengan acara doa bersama di masing - masing kota.

Jakarta,Surabaya,Bandung,Jogja,Madura,Semarang dan banyak kota lain juga yang ikut dalam momen duka cita ini dengan doa bersama.

Sungguh benar benar pilu sampai saat ini tanpa ada titik terang yang datang untuk mereka,sejenak kita mencoba untuk merasakan duka itu lagi dan mencoba untuk tidak lupa akan tragedy itu.

Tangis air mata yang tak lagi bisa dibendung oleh keluarga korban, 794 Korban 695 orang luka - luka dan 135 orang dinyatakan meninggal dunia.

Ya, Sudah 2 Tahun berlalu tragedi memilukan ini, tapi tak kunjung menemui sebuah keadilan yang dinantikan oleh pihak korban maupun pecinta bola tanah air.

Sungguh amat memilukan tragedi yang telah berlalu itu, rentetan jalur yang telah ditempuh para Aremania dan para pihak Korban yang menanti keadilan yang dinantikan.

Seakan hanyut ditelan huru - hara yang terjadi di negeri ini, tetap air mata itu  tak kunjung usai setelah 2 tahun kejadian memilukan tersebut.

Bicara tentang siapa yang salah pun sampai saat ini tak kunjung menemui titik terang, seakan tragedi itu telah usai berlalu dan tak diperlukan lagi untuk diingat.

Tapi semua ini belum usai, coba kita rasakan seberapa dalam tangis yang di rasakan pihak korban maupun Aremania sendiri, lalu apa yang  bisa kita lakukan? Apakah kita hanya bisa berdiam diri? Atau mencoba selalu menggaungkan bahwa masalah ini belum usai?

135 korban jiwa bukanlah sekedar angka tapi itu adalah nyawa yang tumbang dalam tragedy tersebut. Lalu siapa yang salah? Apakah kita hanya bisa menyalahkan satu sama lain? Atau kita lebih memilih untuk tetap berjuang demi keadilan yang dinantikan?

Yang bisa kita lakukan adalah tetap berjuang untuk keadilan yang kita nantikan, tapi apakah perjuangan kita akan bisa lekas menemui titik terang? Atau malah tragedy ini hanya sebuah kenangan yang akan hilang larut dan tak kunjung usai?

 Tanpa adanya keadilan yang menemui titik terang, negeri ini tetap menjalankan kompetisi sepakbolanya, padahal masih ada urusan yang lebih besar dan belum usai.

Tanda tanya besar adalah isi dalam artikel ini, untuk apa? Untuk kita bertanya pada diri kita sendiri, masih ingatkah kita tentang peristiwa itu? Masih bisakah kita memperjuangkan hal itu?  Bisakah kita merasakan apa yang mereka rasakan selama 2 tahun ini?

Hal yang bisa kita lakukan adalah saling menguatkan dan memperjuangkan keadilan, terus menggaungkan bahwa semua ini belum usai.

Mari kita rapatkan barisan untuk selesaikan dan tuntaskan semua ini.

Aremania kalian tidak sendiri, mari kita tuntaskan semua ini dan temukan keadilan yang kita nanti!

Keadilan itu pasti akan datang! 

USUT TUNTAS KANJURUHAN tetap kita gaungkan!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun