Karakteristik manusia adalah khas, dalam artian manusia memiliki pribadi dan jati diri yang berbeda antara satu individu dengan yang lainnya. Tak terkecuali dari segi interaksi, beberapa karakter dari individu yang berbeda tentunya akan menghasilkan interaksi sosial yang beragam di sekitar kita.Â
Menyinggung tentang interaksi, maka cakupan utama yang dibahas adalah mengenai ilmu sosiologi. Tidak jauh dari namanya, istilah 'sosiologi' sangat erat kaitannya dengan interaksi dan kehidupan sosial manusia, baik itu individu dengan individu, individu dengan kelompok, bahkan kelompok dengan kelompok.Â
Tulisan ini tidak akan fokus membahas mengenai apa itu sosiologi, tetapi saya akan coba mengupas mengenai salah satu dari banyaknya cabang ilmu sosiologi yang sangat menarik untuk di bahas, yaitu sosiologi keluarga dan gender, yang dimana konsepnya akan dibahas satu persatu.Â
Apa itu keluarga? Berbicara mengenai konsep dari keluarga, beberapa ahli --bahkan bisa saja setiap orang memiliki pemikiran yang berbeda (tenang saja, disini semua pendapat akan tetap diterima). Akan tetapi, dari banyaknya definisi dari keluarga itu sendiri, penulis hanya akan mengutip 3 definisi yang masing-masingnya memiliki konsep berbeda.Â
Berangkat dari definisi keluarga yang termaktub dalam UU No. 10 Tahun 1992, menjelaskan bahwa keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami-istri atau suami-istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya.Â
Sayekti, menjelaskan bahwa keluarga adalah sutu ikatan atau persekutuan atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama, atau seorang laki-laki atau perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak baik anak sendiri atau adopsi yang tinggal dalam sebuah rumah tangga.Â
Kemudian, Salvicion dan Celis menjelaskan bahwa keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan setiap individu memiliki peran masing-masing.
Dari ketiga definisi keluarga tersebut, penulis menyimpulkan dua kata kunci yang dapat menjelaskan keseluruhan konsep dari sebuah keluarga, yaitu hubungan perkawinan dan hubungan emosional (yang mana ini adalah hal yang menarik).Â
Ketika mendengar sebuah ikatan perkawinan antara dua individu (pasangan), tanpa berpikir pun orang-orang bisa dengan mudah mengklaim bahwa pasangan tersebut adalah sebuah keluarga, tanpa mengetahui bagaimana keadaan hubungan emosional antara dua individu tersebut.Â
Namun lain halnya apabila kita berbicara dari perspektif utama hubungan emosional itu sendiri. Katakanlah seperti yang terjalin antara si A dan si B, orang lain belum tentu bisa menyebutkan bahwa si A dan si B adalah keluarga, meskipun sebenarnya si A dan si B ini sudah saling menganggap satu sama lain sebagai keluarga meskipun tidak terikat hubungan darah ataupun hubungan yang resmi seperti penikahan yang diakui oleh negara dan disahkan oleh agama.Â
Sekarang apabila seseorang berkata, "Ani dan Ina mereka itu tidak bukan keluarga, mereka hanya tinggal di panti asuhan yang sama sejak bayi," pernyataan tersebut tidak dapat 100% dibenarkan, karena terdapat konsep "hubungan emosional" juga yang dapat melandasi dua individu atau lebih dikatakan atau mendeklarasikan diri sebagai keluarga.Â
Contoh lain adalah keluarga kohobitasi, atau masyarakat Indonesia lebih familiar dengan istilah kumpul kebo, yang banyak terjadi di luar negeri. Bagaimana menurut kalian? Â
Lalu apa hubungannya dengan sosiologi? Tentu ada. Keluarga merupakan aspek yang juga dapat dikaji dari sudut pandang sosiologi, melalui sosiologi keluarga. Masih ingat, kan, sosiologi itu sangat erat kaitannya dengan interaksi? Di dalam sebuah keluarga pun akan selalu terjadi sebuah interaksi antar individu yang ada di dalamnya.Â
Menurut Salvicon dan Celis, sosiologi keluarga adalah studi pengetahuan yang fokus pada kajian interaksi keluarga dalam perannya masing-masing, sehingga menimbulkan konsekuensi untuk mempertahankan kebudayaan melalui lembaga terkecil dalam masyarakat yaitu keluarga.Â
Kemudian Sigmund Freud, Sosiologi keluarga dalam pandangan Freud adalah ilmu yang mempelajari tentang terbentuknya keluarga karena adanya perkawinan pria dan wanita yang secara sah di mata hukum agama serta negara memlakukan peranannya untuk pembentukan generasi dengan perkawainan. Sehingga singkatnya, dapat disimpulkan bahwa sosiologi keluarga mempelajari bagaimana interaksi terjadi di dalam sebuah keluraga.Â
Kemudian kita beralih pada bahasan gender. Di zaman sekarang ini, bisa dibilang bahwa kajian mengenai gender adalah isu yang akan selalu banyak dibicarakan. Akan tetapi, sebelum teman-teman menggali isu-isu mengenai gender di media massa, sebelum itu perlu diketahui terlebih dahulu apa itu gender, dan apa perbedaannya dengan istilah-istilah yang sejenis, seperti seks, jenis kelamin, dan lain sebagainya.Â
Apakah teman-teman pernah mengisi suatu formulir, dan terdapat kolom isian jenis kelamin atau gender? Meskipun secara sekilas bisa saja kita berpikir keduanya adalah hal yang mirip, tetapi nyatanya sangat berbeda jauh, lho!Â
Simpelnya, jenis kelamin atau seks itu sangat erat kaitannya dengan aspek fisiologis dan biologis manusia. Istilah awamnya, katakanlah jenis kelamin ini merupakan kodrat yang diberikan oleh Tuhan YME kepada manusia. Contohnya laki-laki yang memiliki penis dan sepasang testis, sementara wanita memiliki vagina. Sementara gender merupakan sebuah konsep yang terbentuk dari konstruksi sosial yang membedakan (peran) antara maskulinitas dan femininitas.Â
Perbedaannya dengan jenis kelamin (seks), gender tidak berpatok kepada laki-laki maupun perempuan, contoh sederhananya, laki-laki bisa saja berperilaku feminin seperti perempuan, begitu pula dengan perempuan yang bisa saja berperilaku maskulin seperti laki-laki. Intermezzo, jadi, kolom isian di formulir-formulir itu lebih tepatnya 'gender' atau 'jenis kelamin', nih? Tergantung keperluan formulirnya juga mungkin ya..Â
Sekarang kita sudah mengetahui apa itu sosiologi keluarga dan gender, tetapi, kenapa sosiologi keluarga dan gender itu perlu dipelajari? Bukannya konsep-konsep itu sudah sangat familiar di kehidupan bermasyarakat? Justru karena kita dekat dengan konsepkonsep tersebut, kita juga perlu mempelajarnya agar tidak salah kaprah. Buktinya, antara gender dan seks saja masih sering kali tertukar, bukan? Juga, keluarga dan gender itu erat kaitannya, lho!Â
Kita telah memahami bahwa sosiologi keluarga membahas mengenai interaksi yang terjadi di dalam suatu keluarga. Namun apakah teman-teman juga menyadari bahwa suatu interaksi itu tidak selama berjalan dengan positif? Salah satu urgensi dan manfaat dari kita mempelajari sosiologi keluarga adalah kita akan diberi pengetahuan mengenai sebab dan akibat atas suatu fenomena yang terjadi di dalam keluarga, terlepas dari apakah fenomena tersebut bernilai positif maupun negatif.Â
Apabila dihadapkan dengan skenario negatif, sosiologi keluarga juga akan menyediakan bagaimana cara kita menyelesaikan suatu permasalahan di dalam keluarga. Begitu pula dengan gender, kajian mengenai gender akan memberikan kita informasi mengenai bagaimana suatu konstruksi sosial dapat memengaruhi seseorang dalam berperilaku dan membuat keputusan. Selain interaksi, pada sosiologi keluarga pula tentu akan membahas seputar peran-peran anggota keluarga, yang juga akan sangat erat kaitannya dengan konsep gender. Sehingga sosiologi keluarga dan gender akan menghasilkan berbagai isu-isu menarik yang menambah pengetahuan dan wawasan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H