Mohon tunggu...
Adhelzy Rahma Fadzrya
Adhelzy Rahma Fadzrya Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar MTsN Padang Panjang

Hobiku bernyanyi, berpuisi, menulis, membaca, menari, dan bersosialisasi. Aku selalu menuangkan hobi dan minatku pada organisasi. Menjadi bagian PIK-R Al-Kindi, Forum Anak, dan Sanggar Palito Alam suatu kebanggaan bagiku. Aku ambivert, tergantung aku sama siapa ya!

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Kenakalan Remaja : Atasi dari Hulu ke Hilir, Apakah Cabut Solusi yang Tepat Menggagalkan Generasi Indonesia Emas 2045?

2 Februari 2025   09:57 Diperbarui: 2 Februari 2025   10:05 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kenakalan remaja adalah perilaku yang melampaui batas norma dan nilai dalam masyarakat yang dilakukan oleh remaja. Masa remaja, yaitu usia 12-18 tahun, adalah masa transisi anak-anak ke dewasa. Mereka cenderung mengalami perubahan fisik, emosi, dan sosial secara signifikan.

Cabut merupakan salah satu isu kenakalan remaja yang marak terjadi. Merujuk pada kejadian melarikan diri dengan beberapa alasan, cabut dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang berwenang di wilayah tersebut. Menjadi isu prioritas yang harus diberi perhatian lebih oleh guru maupun orang tua.

Cabut memiliki dampak signifikan seperti resesi atas Generasi Indonesia Emas 2045. Banyak impact negatif yang diberikan atas perilaku cabut. Mau tahu? Yuk baca.

Cabut dominan terjadi di sekolah dan di asrama. Menjadi akomodasi serta lingkup sosial yang membuat seseorang individu merasa beberapa tekanan ataupun ingin merasakan kebebasan. Cabut juga dominan dilakukan oleh pelajar laki-laki daripada perempuan.

Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab cabut di lingkungan asrama. Seperti rasa ingin tahu bagaimana dunia luar, rasa terkekang atas peraturan ketat oleh asrama, konflik pertemanan, maupun menghindar dari ketidaknyamanan untuk tinggal di asrama itu sendiri.

Maka mereka mengambil jalan pintas, cabut, untuk mencapai keinginan tersebut. Serta, ada juga beberapa faktor pelajar cabut dari lingkungan sekolah. Seperti menghilangkan suntuk pelajaran di kelas, pengaruh lingkup pertemanan, mencari perhatian orangtua atau guru, maupun menghindar dari beberapa struggle yang dimilikinya.

Tentu dari segi manapun, selalu ada faktor untuk melakukan cabut. Namun, dengan adanya lingkup sosial yang terkadang negatif, setiap remaja mempunyai psikis yang berbeda. Dalam segi pergaulan yang tidak pandai memilah, emosional yang tidak teratur, ataupun cenderung pesimis atas pelajaran yang tak ia mengerti.

Cabut menjelaskan dan menunjukkan bagaimana karakter seorang siswa. Di asrama, bagi siswa terkategori baru, mereka akan menelaah beberapa waktu bagaimana kehidupan di asrama. Berupaya mematuhi segala aturan dan kehidupan di asrama yang sangat jauh berbeda dengan kehidupan di rumah.

Asrama, tempat tinggal memiliki penghuni yang banyak, tidak memiliki wewenang untuk berkeliaran selain di asrama. Sebagian senior asrama, mereka akan mendominan sebagai leader atas beberapa perilaku negatif. Tak hanya cabut, merokok, membully, telah menjadi makanan hal biasa bagi mereka.

Setiap perilaku mereka akan mudah ditangkap edaran siswa baru yang psikisnya tergolong mudah goyah atau kepo dan jiwa yang tak ingin di asrama. Fenomena cabut di asrama biasa terjadi pada malam hari. Siswa baru akan mengikuti atau mencontoh bagaimana seniornya melakukan cabut.

Mereka cabut dengan cara menduplikat kunci kamar asrama, mengelabui pengurus untuk membeli sesuatu atau mencuci ke laundry, ataupun melewati tempat yang tidak terjangkau oleh pengurus. Setelah mereka berhasil keluar dari asrama, tentu banyak perilaku negatif yang mereka lakukan.

Dengan membeli rokok, mengikuti balap liar, berpacaran, bahkan bisa terlibat dalam tawuran ataupun pertengkaran. Hak tersebut dapat meluapkan rasa ingin tahu, juga meningkatkan rasa kenyamanan atas cabut yang akan terus menjadi kebiasaan.

Masyarakat memberikan perhatian penuh dengan asrama yang ada di sekitar mereka. Pengelolaan tak hanya dengan pembina asrama, namun juga bekerja sama dengan masyarakat setempat untuk mengontrol tindakan cabut ataupun penjualan rokok.
Setiap masyarakat yang melihat kejadian berkeliaran atau rekaman CCTV mengadukan dan melaporkan tindakan cabut pada pembina asrama.

 Di sekolah, sebagian besar dilakukan oleh siswa nakal, siswa pemalas, cari perhatian, dan ada struggle dengan seseorang atau pelajaran.

Siswa dengan keinginan cabut, sedang dalam masa pencarian jati diri mereka yang sebenernya. Faktor dominan nya adalah tekanan akademis yang tinggi dan kesanggupan tak memadai memahami pelajaran. Bagi siswa terkategori senior, mereka sudah jauh mengetahui tempat-tempat aman untuk bersembunyi atau melarikan diri.

Mereka sudah mengetahui siapa guru piket yang akan mengawasi, jika gurunya lembut dan tak oematah, merka akan membawa abai guru tersebut. Pandai mengelabui guru untuk izin, padahal mereka tidak kembali mengikuti pembelajaran. Bagi siswa terkategori baru, mereka cenderung melihat sifat-sifat tersebut.

Setelah berhasil cabut, tujuan mereka antara lain ke kantin, ke perpustakaan, ke gudang, ke rooftop, bahkan ada yang berkeliaran ke luar perkarangan sekolah. Hal tersebut tentu menjadi peringatan bagi guru untuk memberikan oerhatian lebih.

Setiap siswa cabut, selalu akan ada informasi dari informan dan masyarakat yang selalu memantau siswa-siswi sekolah. Karena takut akan terjadinya tindak kekerasan yang biasa dilakukan. Juga perilaku merokok dan pacaran melewati batas wajar nantinya.

Ketidakhadiran setiap siswa di sekolah ataupun asrama akan merubah mindset atau pola pikir mereka. Mereka akan berpikir bahwa untuk mengetahui dunia luar, melalui cabut bisa dan seru. Padahal, cabut merusak pola pikir mereka.

Kedua, akan turunnya nilai prestasi bidang akademik dan pandangan buruk dari guru. Siswa akan kesulitan memahami pelajarn yang ketinggalan. Serta juga mendapatkan cap sebagai siswa yang nakal dan tidak mematuhi peraturan yang telah dibuat.

Ketiga, melakukan segala kenakalan remaja seperti cabut, merokok, berpacaran, pembullyan, dan lainnya di luaran sana. Dengan keberaniaan untuk cabut, artinya mereka membuka kesempatan untuk menjebak dan merusak diri mereka sendiri pada hal yang negatif.

Pengaruh cabut sangat memberikan impact negatif pada karakter siswa, yang tidak hanya kepada diri sendiri namun masa depannya. Setiap siswa harus sadar bahwa cabut itu termasuk kenakalan remaja yang tidak boleh dinormalisasi kan serta dianggap sepele.

Cabut berbahaya apabila siswa belum menelaah bagaimana seramnya dunia luar. Meminimalisir terjadinya cabut untuk membentuk generasi Indonesia Emas 2045 harus ada partisipasi dari siswa, orang tua, guru, dan masyarakat. Jika tidak, maka meningkatkan angka cabut.

Serta berkurang kualitas pendidikan mereka, rentan kenakalan remajanya, dan kurang pengembangan dirinya. Untuk pencegahan cabut di asrama, setiap penghuni dan pembina harus menjalin komunikasi yang baik. Harus mengetahui hal apa yang mendasari siswa melakukan tindakan cabut.

Juga keterbukaan untuk bertanya dan ditanya. Apabila tidak dihuraukan, pembina asrama harus pandai menata aturan agar setiap siswa bisa mengimbangi. Juga membuat kegiatan yang menarik, seperti perayaan keagamaan dengan menampilkan tarian, nyanyian, dan perlombaan.

Dilakukan agar siswa tidak jenuh. Untuk pencegahan di sekolah ataupun asrama, harus memberi mereka ruang untuk menyampaikan aspirasi dan bimbingan. Guru menggunakan metode pembelajaran yang inovatif. Selalu menasehati dan memberi motivasi agar tetap belajar dan menjauhi keinginan cabut.

Dengan membuat program mentoring, dapat membantu mencapai tujuan bersama. Pembentukan kelompok diskusi, untuk mencari solusi bersama. Serta pengembangan keterampilan, lebih baik mereka mengasah kemampuan dan skill nya. Agar tidak jenuh pembelajaran biasa saja.

Sekolah dapat bekerja sama untuk mengadakan penyuluhan pengembangan karakter siswa. Kalau bisa, mendatangkan OPD seperti polisi daerah memberitahu dampak cabut dan pergaulan bebas. Agar mereka mengetahui secara langsung impact perilaku cabut.

Dengan memberikan waktu untuk mereka mengetahui dunia luar dengan pengawasan. Meningkatkan peraturan/peringatan yang tidak mengekang secara kasar. Mendidik siswa dimanapun ia berada, harus mengajari bagaimana dengan disiplin yang baik, dapat menjadi problem solving, dan merealisasikan karakter yang baik sebagai cerminan.

Dengan mencegah perilaku "Cabut" kita dapat mempersiapkan para generasi muda Indonesia yang berkualitas, berkompeten, dan berdaya saing tinggi. Terjauhi dari aktifitas negatif dan fokus terhadap penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia. Serta kualitas SDM dan kualitas hidup yang jauh lebih baik.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun