Berjalan beriringan dengan pengurus panti, Ibu Noza. Di sini, aku bertemu dengan Lala, seorang gadis kecil berusia lima tahun. Lala tampak begitu ceria meskipun usianya masih sangat muda."Bu Noza, kenapa Lala bisa ada di sini, Bu?" tanyaku karena penasaran.Â
Bu Noza menjelaskan dengan lembut, "Bagi Lala, tempat ini adalah rumah kedua untuk anak-anak yang tidak punya keluarga. Kau tahu? Ia telah ditinggalkan oleh orantuanya karena kecelakaan sejak usia enam belas bulan. Bahkan ia punya kakak, namun tidak mau menganggap kehadiran Lala."Â
Bu Noza menjelaskan dengan menitikkan air mata. Aku turut sedih, dan hatiku terenyuh. Bagaimana rasanya ditinggalkan oleh orang terkasih, padahal kita belum sempat menikmati hidup bersamanya? Aku berpelukan dengan Bu Noza, berharap Lala bahagia.
 Lala bermain berlari ke sana ke mari dengan bahagia. Ia turut memperhatikan kami tadi, meski sepertinya masih bingung. Matanya yang besar menyiratkan keinginan untuk mengetahui lebih banyak.
Seiring berjalannya waktu, aku melihat betapa penuh kasih sayangnya para pengasuh di panti tersebut. Mereka memastikan bahwa anak-anak selalu merasa nyaman dan aman. Di sini, mereka juga diajarkan untuk selalu berdoa dan menjaga akhlak dengan baik.
Aku berbincang lebih dalam dengan beberapa anak perempuan di sana. Mereka menceritakan rutinitas mereka yang sangat teratur, mulai dari puasa bersama hingga makan bersama. Panti Asuhan Tri Murni mendukung perempuan bertumbuh.
 "Kami selalu makan bersama dan saling berbagi. Setiap sholat isya, kami selalu mendengar ceramah agama. apabila ada waktu luang, kami diajarkan menjahit dan membuat kerajinan," kata Ana, salah seorang anak di panti itu.
Aku juga sempat mendengarkan ceramah agama bersama mereka, yang menyentuh hati. Ceramah yang membahas tentang pentingnya menjaga perilaku dan akhlak dalam kehidupan sehari-hari. Aku merasa senang bisa menjadi bagian dari kebersamaan mereka meskipun hanya sejenak.
Namun, ada satu hal lagi yang sangat menyentuh hatiku. Kak Karin, siswa kelas tiga SMA. Bercerita bahwa ia ingin tetap sukses walaupun tidak mempunyai privillage yang bagus seperti di luaran sana. Ia kekeuh, ingin melanjutkan setiap mimpinya kuliah psikologi. Agar kelak, dapat menjadi psikiater anak, yang berlatar sama dengannya.
Kata orang, jangan pernah takut dalam bermimpi. Bermimpilah engkau setinggi langit. Agar kelak jika jatuh, kau akan terjatuh di antara bintang-bintang.
Di Panti Asuhan Tri Murni, aku melihat semangat yang sama dengan yang ada di Panti Asuhan Aisyiyah. Meski mereka tinggal di panti, mereka tetap bisa berkembang dan mengejar impian mereka. "Kehidupan di panti bisa jadi baik jika kita ikhlas menerima semuanya," kata Kak Karin dengan penuh keyakinan.