Mohon tunggu...
Adhea Tsabitah S
Adhea Tsabitah S Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pascasarjana Linguistik

Bahasa, Budaya, Korea, dan Linguistik.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Idulfitri: Makna dan Romantika

17 Mei 2022   08:50 Diperbarui: 17 Mei 2022   09:00 2386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar laa ilaaha illallaahu wallaahu akbar, Allaahu akbar wa lillaahilhamd. Gema takbir kembali bersaut-sautan menggetarkan hati setiap umat muslim, serta menandakan bahwa hari kemenangan itu telah tiba. 

Kemenangan dari mengendalikan hawa nafsu, amarah dan segala keburukan yang biasa dilakukan, pada hari itu tiap-tiap insan muslim kembali kepada fitrahnya. 

Peningkatan keimanan dan ibadah yang telah terlatih dan dilakukan selama bulan Ramadhan idealnya tidak berkurang pada bulan-bulan berikutnya dan seyogyanya tetap bertahan hingga tiba bulan Ramadhan berikutnya agar hidup di dunia menjadi lebih bermakna.

Makna Idulfitri

Menelik makna dari Idulfitri yang berarti kembali ke fitrah semula yaitu yang suci. Makna dari Idulfitri tentu saja bukan hanya sekedar tradisi tahunan yang akan berlalu begitu saja, lebih dari itu, keistimewaannya justru terletak pada bulan Ramadhan yang dilewati sebelumnya. Idulfitri tidak akan terlaksana sebelum umat muslim melaksanakan rukun islam yang ketiga yaitu berpuasa.

Idulfitri juga dapat dimaknai berbeda berdasarkan perspektif masing-masing individu. Namun satu hal yang pasti dirasakan oleh semua umat muslim adalah keberkahan dari hari raya Idulfitri itu sendiri yang merupakan karunia kasih sayang dari Allah yang tiada hentinya Ia berikan kepada hamba-hambanya.  

Romantika dan karunia Allah kepada hambanya saat Idulfitri 

Kumandang takbir, berkumpul bersama keluarga, baju baru, ketupat dan sederet makanan khas lebaran lainnya menjadi kenikmatan dan sukacita serta merupakan karunia dari Allah yang harus dirayakan pada hari raya Idulfitri. 

Dilansir dari portal berita iNews.id, berbahagia karena keutamaan dan karunia Allah adalah perintah Allah 'azza wa jalla seperti dalam Al Qur`an dalam surat kesepuluh yaitu surat Yunus ayat 58:

"Katakanlah: "Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan."

Pada bulan Ramadhan, Allah menurunkan berbagai rahmat beserta romantika dan karunia-Nya kepada hamba-hamba-Nya. Seperti dituliskan Dr. HM. Zainuddin, MA dari laman uin-malang.ac.id ada tujuh macam karunia yang diturunkan oleh Allah pada bulan Ramadhan dan setelahnya yaitu: pertama, rahmat (yang telah diturunkan pada putaran sepuluh malam pertama (al-'asyr al awwal); kedua, maghfirah (yang telah diturunkan pada putaran sepuluh malam kedua atau pertengahan (al-'asyr al-ausath); ketiga, pembebasan (yang telah diturunkan pada putaran sepuluh malam terakhir (al-'asyr al-awakhir); keempat, lailatul qadar yang diturunkan pada malam-malam ganjil (malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan); kelima, zakat fitrah, (dapat membersihkan harta dan manusia dari dosa-dosa); keenam, pahala puasa 6 hari bulan syawal, (yang nilainya setara dengan puasa satu tahun); ketujuh, halal bi halal (saling memaafkan di antara manusia, yang dapat menghapus dosa antarsesama). 

Bersama dengan ketujuh karunia tersebut, diharapkan setiap individu umat muslim dapat merasakan romantika kasih sayang dari Allah yang maha Rahman dan Rahim serta maha pemberi ampunan.

Romantika dan karunia Allah kepada antar-hambanya saat Idulfitri 

Tidak hanya romantika kasih sayang dan karunia Allah kepada umatnya saja yang bisa dirasakan ketika hari raya Idulfitri, tetapi juga habluminannas atau antara hubungan sesama manusia seperti orang tua kepada anaknya, antar tetangga, keluarga besar, pertemanan dan lain sebagainya. 

Halal bi halal maupun tradisi seperti sungkem kepada yang lebih tua menjadi bentuk romantika hubungan antar umat muslim dan dapat memperkuat ukhuwah Islamiyah. 

Lalu tradisi mudik yang akhirnya pada lebaran 1443 Hijriah ini dapat dirasakan kembali setelah dua tahun pandemi Covid-19 pemerintah mengeluarkan kebijakan larangan untuk mudik. Mudik atau pulang ke kampung halaman dapat dikatakan sebagai ikhtiar untuk menjalin tali silaturrahim agar tidak terputus. 

Rasulullah SAW menegaskan dalam hadist bahwa "Barangsiapa yang ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka sambunglah tali silaturahmi," (HR. Bukhari--Muslim), maka hal tersebut menjadi suatu hal yang penting dilakukan oleh umat muslim sebagai bentuk kecintaan kepada sunnah dan Rasulullah SAW itu sendiri. 

Pada hari nan fitri itu, Allah lagi-lagi memberikan karunia-Nya dengan melembutkan hati para umatnya agar bisa saling memaafkan satu sama lain yang jika pada hari--hari biasa, kata maaf menjadi sesuatu yang sulit diucapkan disebabkan berbagai hal seperti termakan oleh gengsi atau terpengaruh era modern yang karakteristik manusianya sudah berubah menjadi sangat individualis seperti tidak membutuhkan orang lain, namun karena keberkahan pada hari raya Idulfitri semua menjadi cair dan baur sehingga setelahnya benar-benar menuju kepada arti fitrah yang sesungguhnya dan utuh seperti membuka lembaran baru dengan mengisi pada kebaikan-kebaikan.

Pengingat

Dari semua keberkahan dan rahmat yang diberikan oleh Allah pada saat Idulfitri, sangat disayangkan apabila hanya berhenti pada hal-hal yang dilakukan saat Ramadhan atau lebaran saja, kebahagiaan dan kemenangan yang telah dirasakan dan digapai pun jangan sampai ternodai oleh hal-hal yang berkaitan dengan kemaksiatan. 

Ungkapan kebahagiannya harus tetap disesuaikan dengan koridor yang telah ditetapkan oleh agama dan jangan sampai mencampur adukkan antara yang haq dengan yang batil. Alangkah luar biasanya jika kita bisa terus konsisten mempertahankan ibadah-ibadah yang dilaksanakan selama bulan Ramadhan hingga seterusnya, karena sejatinya hal tersebutlah yang dilatih oleh Allah.

Harapan dan Doa

Semoga kita menjadi hamba yang merasakan kemenangan dari hari raya Idulfitri serta dapat senantiasa istiqomah dalam kebaikan dan dapat bertemu dengan Ramadhan berikutnya. 

Meskipun berat menjadi umat akhir zaman dengan segala fitnahnya, kita harus selalu berdoa agar dapat menjadi hamba yang diberikan nikmat iman dan islam dari Allah SWT sampai akhir hayat dan kembali kepada sang Pencipta dalam keadaan husnul khotimah juga berakhir di sebaik-baiknya tempat kembali yaitu surga-Nya, aamiin ya rabbal alamin. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun