Bersama dengan ketujuh karunia tersebut, diharapkan setiap individu umat muslim dapat merasakan romantika kasih sayang dari Allah yang maha Rahman dan Rahim serta maha pemberi ampunan.
Romantika dan karunia Allah kepada antar-hambanya saat IdulfitriÂ
Tidak hanya romantika kasih sayang dan karunia Allah kepada umatnya saja yang bisa dirasakan ketika hari raya Idulfitri, tetapi juga habluminannas atau antara hubungan sesama manusia seperti orang tua kepada anaknya, antar tetangga, keluarga besar, pertemanan dan lain sebagainya.Â
Halal bi halal maupun tradisi seperti sungkem kepada yang lebih tua menjadi bentuk romantika hubungan antar umat muslim dan dapat memperkuat ukhuwah Islamiyah.Â
Lalu tradisi mudik yang akhirnya pada lebaran 1443 Hijriah ini dapat dirasakan kembali setelah dua tahun pandemi Covid-19 pemerintah mengeluarkan kebijakan larangan untuk mudik. Mudik atau pulang ke kampung halaman dapat dikatakan sebagai ikhtiar untuk menjalin tali silaturrahim agar tidak terputus.Â
Rasulullah SAW menegaskan dalam hadist bahwa "Barangsiapa yang ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka sambunglah tali silaturahmi," (HR. Bukhari--Muslim), maka hal tersebut menjadi suatu hal yang penting dilakukan oleh umat muslim sebagai bentuk kecintaan kepada sunnah dan Rasulullah SAW itu sendiri.Â
Pada hari nan fitri itu, Allah lagi-lagi memberikan karunia-Nya dengan melembutkan hati para umatnya agar bisa saling memaafkan satu sama lain yang jika pada hari--hari biasa, kata maaf menjadi sesuatu yang sulit diucapkan disebabkan berbagai hal seperti termakan oleh gengsi atau terpengaruh era modern yang karakteristik manusianya sudah berubah menjadi sangat individualis seperti tidak membutuhkan orang lain, namun karena keberkahan pada hari raya Idulfitri semua menjadi cair dan baur sehingga setelahnya benar-benar menuju kepada arti fitrah yang sesungguhnya dan utuh seperti membuka lembaran baru dengan mengisi pada kebaikan-kebaikan.
Pengingat
Dari semua keberkahan dan rahmat yang diberikan oleh Allah pada saat Idulfitri, sangat disayangkan apabila hanya berhenti pada hal-hal yang dilakukan saat Ramadhan atau lebaran saja, kebahagiaan dan kemenangan yang telah dirasakan dan digapai pun jangan sampai ternodai oleh hal-hal yang berkaitan dengan kemaksiatan.Â
Ungkapan kebahagiannya harus tetap disesuaikan dengan koridor yang telah ditetapkan oleh agama dan jangan sampai mencampur adukkan antara yang haq dengan yang batil. Alangkah luar biasanya jika kita bisa terus konsisten mempertahankan ibadah-ibadah yang dilaksanakan selama bulan Ramadhan hingga seterusnya, karena sejatinya hal tersebutlah yang dilatih oleh Allah.
Harapan dan Doa