Dulu masyarakat satu sama lainnya sama-sama berjuang untuk kepentingan tanah air, sekarang cenderung berjuang untuk kepentingan kelompok dan menomorduakan tanah air. Kita bahkan mengorbankan pertemanan dan persaudaraan karena beda dukungan politik. Bahkan tidak malu-malu mengumbar aib saudara sendiri.
Lebih ironi lagi kita tidak segan-segan menyeret agama atau organisasi keagamaan untuk kepentingan politik pragmatis. Nyaris kita sulit menemukan sosok negarawan.
Tengok saja di beberapa daerah, kekuatan agama dan etnis kerap menjadi pertimbangan politik untuk mengusung satu pasang calon kepala daerah. Alasannya supaya adil dan sama-sama memiliki pendukung dari dua kelompok agama yang berbeda. Urusan apakah orang yang akan dijadikan calon kepala daerah itu memiliki kemampuan sumber daya atau tidak, itu urusan nanti. Yang penting mewakili populasi agama atau etnis. Yang penting punya modal uang, populer dan jaringan. Urusan etika, urusan nanti, yang penting rebut dulu.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H