Mohon tunggu...
Adha Nadjemuddin Nadjemuddin
Adha Nadjemuddin Nadjemuddin Mohon Tunggu... -

Tinggal di Kota Palu, Sulawesi Tengah. \r\n\r\nhttp://www.adhanet.wordpress.com\r\nhttp://www.kompasiana.com/adhanadjemuddin

Selanjutnya

Tutup

Politik

Alkhairaat dan Posisi Kita

15 Agustus 2015   14:58 Diperbarui: 15 Agustus 2015   14:58 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh Adha Nadjemuddin

Saat pikiran ini hendak saya tuangkan dalam tulisan, dari hati kecil terbesit permohonan maaf yang dalam kepada ulama besar pendiri Perguruan Islam Alkhairaat Habib Idrus bin Salim Aljufri. Kepada seluruh turunan beliau dan Kepada seluruh keluarga besar Alkhairaat dimana saja.

Saya melihat ada nuansa kebatinan yang telah terbangun erat antara Wali Kota Palu Rusdy Mastura dengan Habib Saggaf Aljufri, Ketua Utama Alkhairaat. Kebetulan nuansa itu secara politik menguntungkan Rusdy Mastura menjelang pemilihan gubernur. Setidaknya tiga faktor yang menguatkan jalinan itu.

1. Kawasan Wisata Religi

Gagasan itu muncul karena setiap tahun, kompleks Alkhairaat di jalan Sis Aljufri selalu dikunjungi puluhan ribu masyarakat dari berbagai penjuru nusantara untuk Haul Guru Tua (Panggilan Habib Idrus bin Salim Aljufri). Di sana juga ada cagar budaya yang penting diabadikan berupa sekolah Alchairaat dan makam Guru Tua beserta turunannya. Itu antara lain potensi besar yang harus dijaga dan terus dilestarikan sepanjang hayat.

Panggilan hati nurani warga untuk menghadiri Haul Guru Tua, tidak sekadar memperingati jejak-jejak perjuangan Guru Tua, tetapi telah menjadi tradisi perjalanan rohani bagi warga Alkhairaat. Dan itu mengakar sekaligus menjadi daya tarik dan simbol kekuatan Kota Palu.
Pemerintah berkewajiban melestarikan seluruh rangkaian tradisi itu. Tidak saja sekadar mempertahankan tradisi tetapi sekaligus sebagai potensi destinasi wisata religi di tengah minimnya tempat wisata di Kota Palu.

Peluang itulah ditangkap Wali Kota Palu Rusdy Mastura dan ditindaklanjuti dengan peraturan daerah dan didukung dengan anggaran melalui berbagai program. Kota Palu sebagai pusat kegiatan Alkhairaat, maka pemerintah wajib menjaga itu. Gagasan ini harus diteruskan kepada siapapun Wali Kota Palu terpilih nanti.

Keunggulan Alkhairaat sebagai kawasan religi itu sekaligus diharapkan menggemahkan Kota Palu ke berbagai penjuru nusantara. Jika penataan lokasi wisata religi ini baik dan mengesankan tamu dari perjalanan spritual mereka, maka baiklah Kota Palu di mata para tamu-tamu Guru Tua yang datang ke kota ini. Pemerintah Kota Palu tentu saja tidak ingin memberi kesan buruk.

Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah juga melakukan hal sama. Melalui APBD dari tahun ke tahun, pemerintah provinsi juga membantu perbaikan sarana seperti jalan di lingkungan Alkhairaat bahkan sampai pagar. Begitu besar perhatian pemerintah pemerintah provinsi dan kota. Keputusan itu tentu saja bukan keputusan yang diambil sendiri oleh wali kota ataupun gubernur, tetapi keputusan bersama dengan DPRD. Banyak sekali pihak yang terlibat di sana. Karenanya tidak elok jika ada klaim personal terhadap niat baik mengembangan Alkhairaat.

2. Perubahan Bandara Mutiara

Jalinan kebatinan Habib Saggaf dengan Wali Kota Palu itu juga terbangun dari upaya pemerintah Kota Palu mengubah nama Bandara Mutiara Palu menjadi Bandara SIS Aljufri Palu. Nama Guru Tua diabadikan di sana. Itu akan dikenang sepanjang masa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun