Mohon tunggu...
adham Maliks
adham Maliks Mohon Tunggu... Freelancer - Universitas Pamulang

nikmati saja, selagi nikmat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Analisis Pesan Moral dalam Naskah Drama "Tutut Ingin Kaya"

11 Januari 2020   14:24 Diperbarui: 18 Juni 2021   16:35 2490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Pesan Moral dalam Naskah Drama "Tutut Ingin Kaya" (unsplash/jason-leung)

BERSYUKUR DENGAN APA YANG ENGKAU MILIKI.

1.  Latar Belakang Masalah

Sastra merupakan karya seni yang menggunakan bahasa sebagai medianya, baik bahasa lisan maupun bahasa tulisan. Akan tetapi bahasa yang dimaksud bukan bahasa yang digunakan dalam percakapan sehari-hari, melainkan bahasa yang mempunyai nilai seni, mempunyai kekhasan, serta mengandung unsur imajinasi.

Belajar sastra adalah belajar tentang kehidupan, sebab segala aspek kehidupan dipelajari dalam ilmu sastra. Oleh sebab itu, tidak heran ketika mempelajari ilmu sastra akan berkaitan dengan cabang ilmu yang lain, karena pada prinsipnya belajar sastra adalah belajar tentang segala hal

Karya sastra lahir karena dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan dirinya yang menaruh perhatian serius terhadap manusia dan kemanusiaan, dan menaruh minat terhadap dunia realitas yang berlangsung sepanjang waktu (Sugiantomas, 2012: 1). 

Sebagaimana karya seni lainnya, karya sastra adalah wujud ekspresi kegelisahan manusia yang di dalamnya memuat pokok-pokok pikiran, perasaan, sikap, serta tujuan yang ingin diungkapkan pengarang sesuai pengalaman imajinasinya (Jaelani, 2009: 1). 

Ada tiga bentuk karya sastra yang merupakan wujud ungkapan ekspresi manusia mengenai persoalan hidup dan kehidupannya, yaitu; puisi, prosa fiksi, dan drama.

Baca juga : Konsep Karakteristik Naskah Drama dan Pertunjukan

Karya sastra akan tetap ada selama masih ada orang yang mau membaca karya sastra (penikmat sastra). Misalnya karya sastra jenis drama yang lebih kita kenal dengan istilah teater. 

Drama merupakan komposisi syair atau prosa yang diharapkan dapat menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku (peran) atau dialog yang dipentaskan (KBBI, 2008: 342). 

Adanya pementasan drama tidak semata-mata karena kebetulan, akan tetapi karena adanya apresiator yang mencoba menganalisis naskah dan kemudian mementaskannya di atas panggung.

Maka dari itu, sampai kapanpun drama tidak akan pernah punah selama masih ada penikmat sastra yang melakukan kegiatan membaca naskah drama disertai kesungguhan yang mendalam, mempertanyakan, memikirkan, merasakan, serta menganalisisnya. 

Sehingga akan tumbuh kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra. Tentu saja pada akhirnya akan sampai pada sebuah apresiasi.

      A. . Rumusan Masalah

             1. Apa tema pada naskah drama tutut ingin kaya?

            2. Apa amanat pada naskah drama tutut ingin kaya?

     B. Tujuan Penelitian

            1. Ingin mengetahui tema pada naskah drama tutut ingin kaya

           2. Ingin mengetahui amanat pada naskah drama tutut ingin kaya

A.   PEMBAHASAN

Mengisahkan seorang gadis desa bernama Tutut yang terobsesi ingin menjadi kaya raya. Setelah ditinggalkan oleh kedua orangtuanya, ia puun menggunakan satu cara untuk memenuhi kehidupannya yang serba mewah itu dengan pergi ke dukun di desa tersebut. Dukun itu pun menyuruh Tutut untuk menggali lubang wc yang ada di rumah Tutut, tak pikir panjang. Tutut pun melaksanakan perintah si dukun.

Tutut pun menggali lubang wc yang ada di rumahnya, menggali terus menggali sampai akhirnya ia mendapatkan sebuah patung emas. Ia pun menghampiri cinta lamanya, Ashari, seorang kolektor barang antik. 

Ashari kaget dengan apa yang ditemukan oleh Tutut. Ashari pun menjelaskanpada Tutut kalau apa yang ia temukan adalah sebuah Arca Syiwa. Namun, Tutut tak peduli akan penjelasan Ashari, yang jelas ia hanya ingin menjual barang tersebut demi memenuhi kehidupannya.

Ashari yang masih memendam rasa dengan Tutut pun memikirkan berbagai cara, pada akhirnya Arca Syiwa itu pun dijual kepada kolektor asing dan mereka menjalin hubungan lebih serius menjadi pasangan suami istri.

Baca juga : Mempelajari Nilai Moral dari Cerita Rakyat "Si Pahit Lidah"

Arca Syiwa tersebut pun terjual. Mereka pun bersenang-senang berencana menghabiskan hasil penjualan benda tersebut untuk hidup bersama. Namun tak disangka mereka ditangkap dan menjalani persidangan. 

Tutut dan Ashari terbukti menjual Arca Syiwa yang merupakan benda cagar budaya, yang di mana benda tersebut peninggalan sejarah dan dilindungi oleh pemerintah. Niat bulan madu di awan biru justu bulan madu di balik jeruji besi.

  • Tema

Dalam naskah tersebut bertemakan tentang apa yang dimaksud melindungi cagar budaya dari hal-hal yang bisa menghilangkan kekayaan intelektual yang dimiliki Negara. 

Di tengah arus peradaban yang penuh dengan rasa ketergantungan akan hal-hal yang bersifat materi, membuat siapa saja akan mudah takluk dan tunduk, ketika pancangan kuda-kuda tidak segera dipasang untuk bisa menyeimbangkan nafsu yang ada di dalam diri. 

Ketika manusia telah terlingkupi nafsu semu, segala budi pekerti musnah, abai pada sang pencipta apalagi sejarah perjalanan bangsanya. Rela melakukan apapun untuk mewujudkan keinginan termasuk mencederai peraturan undang-undang.

Tutut Suhartini, salah-seorang gadis asal Desa Sukasari, berjanji untuk mengubah nasibnya sendiri menuju ke suasana hidup yang lebih baik, setelah ditinggal Ibu dan Bapaknya mangkat ke langit. 

Hanya dengan cara meminta saran kepada seorang Dukun, yang kesaktiannya tidak perlu dikhawatirkan dan dicemaskan lagi. Benda berharga ini dijual oleh Tutut demi menjadi kaya raya. 

Tanpa ia sadari, hal itu telah menjerumuskannya ke sebuah lubang yang amat dalam. Sekaligus telah mencederai suatu nilai yang tidak bisa diukur hanya dengan sejumput materi.

Baca juga : Seni Terintegrasi Antara Musik dan Aktor dalam Pengadeganan Naskah Drama

  • Tokoh dan Penokohan

A. Ketua Peneliti 45 tahun : Sorang yang mengawasi cagar budaya yang memiliki nilai budaya tinggi pada derah yang di lindungi negara. Sosok             yang sangat lugas, pintar, berani.

B. Anggota peneliti 1 30 tahun : pembantu ketua peneliti, sigap, tanggap, humoris

C. Anggota peneliti 2 27 tahun : pembantu ketua peneliti, sigap, tanggap, akurat, humoris.

D. Dukun 65 tahun : menjadi dukun sejak lama, ia sudah sering menemukan pasien seperti tutut. Yang serakah dan tamak.

E. Pasien Dukun 1 50 tahun : meminta ingin mendjadi pejabat

F. Pasien Dukun 2 35 tahun : meminta ingin dagangannya laris

G. Pasien Dukun 3 20 tahun : meminta ingin mendapatkan kembang desa

H. Tutut 25 tahun : seorang wanita yang ingin kaya dan menghalalkan segala cara

I. Kartinem 29 tahun : teman julid tutut

J. Kartinah 35 tahun : Teman julid tutut

K. Tukan Sayur 40 tahun : pedagang sayur yang selalu di kerubungi ibu-ibu dan di hutangi oleh tutut.

L. ASHARI 29 tahun : seorang pemuda yang mengoleksi barang antik dan dia adalah

mantan tutu. Hingga menjadi kekasihnya kembali

M. Bule 45 tahun : pembeli barang cagar yang di lindungi negara dari tutut dan ashari

N. Hakim 50 tahun : pemberi hukuman untuk tutut dan ashari yang telah menjual cagar budaya

O. Reporter 23 tahun : peliput

P. Kameramen 28 tahun : peliput

Q. Wartawan 1 30 tahun : peliput 4

R. Wartawan 2 27 tahun : peliput

S. Wartawan 3 22 tahun : peliput

T. Warga-warga ------

  •   Amanat yang disampaikan

Menghormati segala hal yang berkaitan dengan pesan moral agar kita terhindar dari hal-hal yang terkadang membuat kita lupa bahwa apa yang kita miliki tidak akan selamanya menjadi milik kita.

Memahami dan menghormati peraturan perundang-undangan. Tidak melakukan tindakan perusakan atau pelanggaran nilai-nilai cagar budaya yang berimbas pada rusak, hancur dan musnahnya cagar budaya.

Baca juga : Dekandensi Moral di Kalangan Remaja yang Tak Pernah Padam

Kampanye tentang cagar budaya dengan cara pementasan teater ternyata jauh dari kata membosankan. Drama dan percakapan yang ringan, sindiran halus, kerap kali mengundang tawa penonton. Tak lupa pesan-pesan tentang cagar budaya tetap diselipkan di beberapa kesempatan.

Dari kisah Tutut banyak hal yang dapat dipelajari, salah satunya agar tidak dibutakan nafsu materi yang mematikan budi pekerti dan mencederai undang-undang.

Adam Malik (171010700007)

Universitas Pamulang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun