Pertama, agar kita senantiasa menjaga puasa dengan baik, khusyu dan ikhlas, puasa yang kita lakukan benar-benar karena Allah SWT bukan karena yang lain. pantas pula dalam sebuah hadits qudsi Allah sampaikan kespesialan puasa ramadhan
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلا الصِّيَامَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ
Semua amal anak Adam untuknya kecuali puasa, Ia untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya."
Kedua, pentingnya melaksanakan amalan-amalan sunnah selain amalan yang wajib. Kita tidak boleh puas dengan hanya tuntas menjalankan ibadah wajib saja tapi harus dilanjutkan dengan ibadah sunah lainnya. Kisah tadi memberikan pelajaran kepada kita tentang besarnya pahala puasa sunnah enam hari di bulan syawal, bahkan dalam sebuah hadits dijelaskan:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ وَ سِتَّةَ أَيَّامٍ بَعْدَ الْفِطْرِ كَانَ تَمَامَ السَّنَةِ وَ مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا .
Barangsiapa berpuasa Ramadan dan enam hari sesudah Idul Fitri, maka itu sama pahalanya dengan puasa genap setahun. Dan barangsiapa melakukan satu kebaikan, maka ia akan memperoleh (pahala) sepuluh kali lipat.
Ketiga, hendaknya kita tidak terlalu bersandar kepada manusia, walau kita juga tentu butuh doa dari orang lain, terlebih dari orang shaleh. Selama kita masih diberikan kesehatan dan kesempatan hidup, maka hendaknya kita mengoptimalkan ibadah kepada Allah SWT.
Bersyukur saat ini kita masih diberikan kesempatan bertemu bulan Ramadhan, beberapa saudara kita hanya sampai di ramadhan-ramadhan sebelumnya, dan kita pun tidak tahu berapa kesempatan ramadhan lagi jatah untuk kita, semoga saja ini bukan yang terakhir.
Untuk itu, mari kita optimalkan kesempatan berharga ini agar ramadhan kali ini lebih berkualitas dibanding ramadhan sebelumnya, dan pada akhirnya ramadhan akan menjadi penjaga dan penuntun kita di kubur nanti, seperti yang didapat lelaki di kisah tadi.
Wallohu'alam
1 Ramadhan 1445 H.