Mohon tunggu...
Ade Tanesia
Ade Tanesia Mohon Tunggu... Freelancer - Pemerhati Budaya

Antropolog

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Indonesia Bermartabat Lewat Sepak Bola

7 Juli 2024   10:45 Diperbarui: 8 Juli 2024   10:10 591
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto : Tribunnews.com 

Proses ini sering kali harus melewati ujian-ujian yang cukup sulit, misalnya mereka diasingkan dari masyarakatnya dan harus mampu bertahan. Tradisi kuno ini telah menciptakan metode untuk membangun mental seseorang menjadi manusia yang berintegritas. Tradisi penggemblengan inilah yang semakin surut di era modern.

Sekolah memang merupakan salah satu institusi yang menempa mentalitas seseorang. Tapi kita tahu bahwa proses ini sering kali dilewati melalui berbagai jalan pintas dan kualitas moral guru yang tidak merata. Sepak bola yang dikategorikan sesuai kelompok usia bisa menjadi wadah inisiasi bagi kaum muda untuk membangun mentalitas yang kuat. 

Pemain Ke-12 dan Menjadi Indonesia

Suporter sepak bola Indonesia juga sebuah gejala yang fenomenal. Perannya sangat penting dalam membakar semangat para pemain di lapangan. Para pemain Timnas Garuda selalu berterima kasih kepada para suporter usai pertandingan, baik menang atau kalah. Ultras Garuda, salah satu klub suporter terbesar dan ada di berbagai kota selalu hadir di setiap pertandingan di Indonesia. Tidak heran suporter kemudian disebut "pemain ke-12."

Melalui mereka pula nasionalisme sebagai bangsa menemukan bentuknya. Dengan adanya teknologi digital, maka nasionalisme begitu cepat menjalar ke berbagai pelosok Indonesia. Di setiap pertandingan, maka kita menjadi satu bangsa, baik offline maupun online.

Fenomena ini seperti yang didalilkan oleh Benedict Anderson mengenai "imagined community" bahwa bangsa adalah komunitas terbayang yang mempunyai kesadaran sebagai suatu entitas dengan adanya wilayah yang berdaulat, bahasa yang sama, dan nilai-nilai hidup bersama yang diyakininya. Bahkan prasyarat utama sebagai entitas bangsa yang tidak dimiliki pemain naturalisasi (pemain yang memiliki darah Indonesia yang mengubah kewarganegaraan menjadi WNI), telah diganti nama-nama ala Indonesia oleh para pencinta sepak bola, seperti Nathan Tjoe-A-On dipanggil mas Tejo, Ragnar disebut Wak Haji, Jay Idzes dipanggil Bang Jay.

Kesadaran ini  terus menerus diproduksi dan direproduksi, dan industri adalah salah satu yang mampu menduplikasinya. Percetakan massal, dan sekarang media sosial merupakan mekanisme untuk reproduksi kesadaran nasionalisme satu bangsa. 

Di dalam dunia sepak bola terkini, reproduksi ini terus berlangsung karena tidak hanya memperkuat identitas kebangsaan, tetapi juga menghasilkan cuan yang besar. Berapa perputaran uang dari penjualan merchandise yang bisa menghidupi UMKM, penjualan tiket, dan lain-lain. Reproduksi citra para pemain juga memungkinkan warga mengidentikkan dirinya dengan pemain kebanggaannya.

Orang miskin yang tak mampu sekolah, bisa memiliki harapan karena pemain-pemain itu berasal dari keluarga yang tidak berbeda nasib dengan dirinya. Pencapaian Timnas Garuda yang gemilang serta membuat sejarah dalam beberapa tahun terakhir juga merasuk cara pandang kaum muda bahwa setiap orang di negeri ini bisa memiliki cita-cita besar dan kaya.

Ada sebuah keyakinan "saya bisa kelak menjadi pemain seperti Marselino" ketimbang bermimpi "saya suatu saat bisa menjadi presiden" karena kini panggung politik sarat dengan nepotisme.

Kaum muda juga diajarkan bahwa pencapaian itu melalui proses panjang yang tidak mudah. Timnas Garuda menjadi pilihan panutan ketimbang para pemimpin atau politisi yang integritasnya semakin merosot.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun