Mohon tunggu...
ade susriyawati
ade susriyawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

ade susriyawati, singaraja, jurusan S1 manajemen

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Panca Sradha "Percaya Akan Adanya Karmaphala"

17 April 2022   20:16 Diperbarui: 17 April 2022   20:37 1804
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

           Moksa yang berarti kebebasan. Kamoksan berarti kebebasan, dimana kita bebas dari pengaruh ikatan duniawi, bebas dari karma phala, bebas dari samsara, dan lenyap dalam kebahagiaan yang tiada tara. Karena sudah lenyap dan tidak mengalami lagi hukum karma, samsara, maka alam kamoksam itu akan bebas dari urusan -- urusan kehidupan duniawi, tidak mengalami kelahiran kembali berada pada alam Parama Siwa.

           Sesungguhnya alam moksa bisa juga dicapai semasa masih kita hidup di dunia, keadaan bebas di alam kehidupam disebut Jiwan Mukti atau moksa semasa masih hidup. Moksa sering diartikan bersatunya kembali atma dengan Parama Atma di alam Parama Siwa. Dialam ini tidak ada kesengsaraan, yang ada hanya kebahagiaan yang sulit dirasakan dalam kehidupan di dunia ini ( Sukha tan pawali Duhka ). Berbhakti pada dharma merupakan syarat utama untuk mencapai alam moksa , berbhakti dengan pikiran suci. Kesucian pikiran merupakan jalan utama untuk mendapatkan anugrah utama dari Sang Hyang Widhi Wasa. Hal tersebut dapat dibandingkan dengan besi yang bersih dari karatan, maka dengan mudah dapat ditarik oleh magnet. Akan tetapi besi kotor itu penuh dengan karatan maka sangat sukar dapat ditarik oleh magnet.

          Moksa merupakan tujuan akhir yang harus dicapai oleh setiap orang, yang dijelaskan menurut ajaran agama Hindu. Dinyatakan dengan kalimat "Mokharatam Jagadhita ya ca iti Dharma ". Yang berarti dengan dharma kita mewujudkan kedamaian semua mahluk dan keharmonisan alam semesta "jagadhita", serta mencapai pembebasan dari roda samsara "moksartham".

         Moksa sebagai tujuan akhir dapat dicapai melalui empat jalan yang disebut dengan Catur Marga yang terdiri dari :

  1. Bhakti Marga ( jalan Bhakti ). Dimana jalan untuk menuju Tuhan dengan cara menunjukan Bhakti kita (berbakti, cinta pada Tuhan dan sesama). Contoh Pelaksanaan Bhakti Marga yaitu dengan Melakukan persembahyangan pada Tuhan , menyanyikan nama nama Ketuhanan, melaksanakan Japa. Dengan melakukan hal tersebut dan dilandasi penuh rasa Bhakti kepada Tuhan, maka kita telah berhasil melaksanakan Bhakti Marga.
  2. Karma Marga( jalan Perbuatan ) merupakan jalan meuju Tuhan dengan cara bekerja / melakukan pelayanan tampa pamrih. Melakukan semua pekerjaan / pelayanan sebagai persembahan kepada Tuhan dan jangan pernah mengharapkan pamrih /hasilnya. Contoh Pelaksanaan Karma Marga yaitu ketika kita memberi bantuan kepada pengemis, jangan pernah kita mengharapkan suatu saat kita akan di bantu oleh orang lain dan jangan pula  mengharapkan sesuatu pada pengemis tersebut, bahkan jangan pernah kamu mengharapkan suatu saat kamu akan mendapat rezeki karena kamu telah menolong pengemis tersebut. Yang kamu harus lakukan adalah memberi bantuan pada pengemis itu dengan tulus ikhlas hanya ingin membantu pengmis itu. Yakinlah, dengan cara itu Tuhan akan memberikan sesuatu yang lebih (pencerahan / kemajuan spiritual) kepada kita.
  3. Jnana Marga( Jalan Ilmu Pengetahuan merupakan cara mencapai Tuhan dengan cara mempelajari kitab Suci Veda. Jnana Marga ini cukup sulit untuk dilakukan oleh orang biasa, karena tidak semua orang mampu untuk memahami secara benar apa maksud yang terkandung dalam Veda.
  4. Raja Marga ( Jalan Yoga ) merupakan cara mencapai Tuhan denga cara Meditasi, Perenungan Tuhan, Pengendalian (Tapa). Cara ini juga sulit dilakukan oleh orang yang tidak terlatih.

           Dalam perjalanan kehidupan terkadang kita melupakan apa itu karma sehingga menyalahkan apa yang terjadi dan kita hadapi seolah -- olah orang lain bahkan di sekitar kita yang menjadi penyebabnya. Seringnya kita melupakan apa yang diucapkan, lakukan/ perbuat bahkan pikirkan. Demi kebenaran yang disebabkan dan dirasakan oleh individual berdasar perasaan hati hingga ego dalam tercapainya akan kebenaran sendiri, sehingga kita  melupakan kebenaran secara kebersamaan.

          Apa yang berasal dari kita sesungguhnya akan kembali ke kita begitulah hukum karma, jadi dalam menghadapi kehidupan hendaknya kita tetap berpikir, berbuat dan berucap yang baik tanpa memperhitungkan balasannya karna semua hukumnya sudah pasti akan kembali ke diri kita entah itu kapan waktunya sesuai dengan karma masing -- masing. Jadi berhentilah memperhitungkan apapun yang sudah menjadi siklus karma, bijaksana lah dalam menjalani kehidupan sehingga menjadi pribadi yang dewasa dalam memperbaiki diri dalam karma.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun