"Apan iking janma mangke, pagawayang subhasubhakarma juga ya, ikang ri pena pabhuktyan karmaphala ika, kalinganya, ikang subhasubhakarma mangke ri pena ika an kabukti phalanya, ri pegatni kabhuktyanya, mangjanma ta ya muwah, tumuta wasananing
karmaphala, wasana ngaraning sangakara, turahning ambematra, ya tinutning paribhasa, swargacyuta, narakasyuta, kunang ikang subhasubhakarma ri pena, tan paphala ika, matangnyan mangke juga pengponga subha asubhakarma."
      Terlahir sebagai manusia adalah kesempatan untuk melakukan perbuatan bajik dan jahat, yang hasilnya akan dinikmati di akherat. Apapun yang diperbuat dalam kehidupan ini hasilnya akan dinikmati di akherat; setelah menikmati pahala akherat, lahirlah lagi ke bumi. Di akherat tidak ada perbuatan apapun yang berpahala. Sesungguhnya hanya perbuatan di bumi inilah yang paling menentukan. Sarasamuscaya (1,7).
      Karmaphala merupakan salah satu dari lima keyakinan atau biasa disebut dengan Panca Sradha dari Agama Hindu serta filsafat dari agama Dharmik. Berasal dari dua kata yaitu karma dan phala. Karma berarti "perbuatan/ aksi" dan phala berarti "buah/ hasil". Jadi Karmaphala adalah "buah dari perbuatan", baik yang telah dilakukan maupun yang akan dilakukan.
      Karmaphala memberi keyakinan kepada setiap manusia, bahkan semua makhluk hidup. Dalam ajaran karmaphala semua perbuatan akan mendatangkan hasil. Karma selalu berlaku bagi mereka yang tidak percaya akan apa yang mereka buat, maka hal itu juga yang akan mereka dapatkan. Karma Phala merupakan sebuah Hukum kausalitas bahwa setiap perbuatan akan mendatangkan hasil. Dalam konsep Hindu, berbuat itu terdiri atas tiga perbuatan (Tri Kaya Parisudha) yaitu: perbuatan melalui pikiran, perbuatan melalui perkataan, dan perbuatan melalui tingkah laku, Ketiganya lah yang akan mendatangkan hasil bagi yang berbuat. Kalau perbuatannya baik, hasilnya pasti baik, begitu  juga sebaliknya.
      Perbuatan yang buruk atau Asubha karma mengakibatkan Atma jatuh ke Neraka, dimana ia mengalami segala macam siksaan. Apabila hasil perbuatan jahat itu sudah habis terderita, maka ia akan menjelma kembali ke dunia sebagai binatang atau manusia sengsara (Neraka Syuta). Akan tetapi, jika perbuatan -- perbuatan yang dilakukan baik maka berbagai kebahagiaan hidup akan dinikmati di sorga. Dan bila hasil dari perbuatan -- perbuatan baik itu sudah habis dinikmati, kelak menjelma kembali ke dunia sebagai orang yang bahagia dengan mudah ia mendapatkan pengetahuan yang utama.
Dilihat dari sudut waktu, Karma phala dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu :
- Sancita karma phala merupakan hasil dari perbuatan kita dalam kehidupan terdahulu yang belum habis dinikmati dan masih merupakan benih yang menentukan kehidupan kita sekarang. Apabila karma pada kehidupan terdahulu kita baik, maka kehidupan kita sekarang akan baik pula dan sebaliknya, apabila perbuatan terdahulu kita buruk maka kehidupan kita yang sekarang akan buruk (menderita, sengsara, susah)
- Prarabda karma phala merupakan hasil dari perbuatan kita pada kehidupan sekarang ini tanpa ada sisanya, sewaktu masih hidup telah dapat memetik hasilnya, atas karma yang dibuat sekarang. Nah dengan menanam kebijaksanaan dan kebajikan pada orang lain beberapa waktu kemudian dalam hidupnya akan menerima sebuah pahala, berupa kebahagiaan. Sebaliknya apabila kita berbuat dosa, maka dalam hidup dirasakan dan diterima hasilnya berupa penderitaan akibat dari dosa tersebut.
- Kriyamana karma phala merupakan pahala dari perbuatan yang tidak dapat dinikmati langsung pada kehidupan saat berbuat. Namun, akibat dari perbuatan pada kehidupan sekarang akan di terima pada kehidupan yang akan datang, setelah orang tersebut mengalami proses kematian serta pahalanya pada kelahiran berikutnya. Apabila karma pada kehidupan yang sekarang baik maka pahala pada kehidupan selanjutnya adalah hidup bahagia, dan apabila karma pada kehidupan sekarang perbuatannya buruk maka pahala yang akan diterima nantinya berupa kesengsaraan.
      Cepat atau lambat, dalam kehidupan sekarang maupun nanti, semua pahala dari perbuatan pasti diterima karena sudah merupakan hukum karma bagi kita. Kita tidak bisa menghindari hasil perbuatan yang sudah kita perbuat baik maupun buruk. Oleh karena itu, kita sebagai manusia yang dilengkapi dengan bekal kemampuan berpikir, patutlah sadar bahwa penderitaan dapat diatasi dengan memilih perbuatan baik. Manusia dapat berbuat atau menolong dirinya dari keadaan sengsara dengan jalan berbuat baik, demikianlah keuntungan yang dapat menjelma menjadi manusia.
      Hukum karma ini sangat berkaitan dengan Samsara atau yang biasa disebut Punarbhawa yang artinya lahir kembali ke dunia secara berulang-ulang. Kelahiran kembali ini terjadi karena adanya atma yang masih diliputi oleh keinginan serta kemauan yang berhubungan dengan keduniawian.
      Kehidupan ini sesungguhnya adalah sengsara, sebagai hukuman yang diakibatkan oleh perbuatan atau karma di masa kelahiran yang lampau. Waktu pembebasan diri dari samsara, tergantung pada perbuatan baik kita yang lampau ( atita ) yang akan datang ( nagata ) dan sekarang ( wartamana ).
      Pemberhentian dari samsara yang berarti sudah mencapai penyempurnaan atma dan mencapai moksa yang dapat dicapai di dunia ini juga. Pengalaman kehidupan samsara ini dialami oleh Dewi Amba dalam cerita Mahabharata yang lahir menjadi Sri Kandi, yang selanjutnya keyakinan adanya Punarbhawa ini akan menimbulkan tindakan sebagai berikut :
- Pitra Yadnya dimana kita memberikan korban suci terhadap leluhur kita, karena kita percaya leluhur itu masih hidup di dunia ini yang lebih halus.
- Pelaksanaan dana Punia (amal saleh), karena perbuatan ini akan membawa kebahagiaan setelah meninggal.
- Berusaha menghindari semua perbuatan yang buruk karena jika perbuatan buruk tidak kita hindari akan membawa kita ke alam neraka atau menglami kehidupan yang lebih buruk lagi.
      Jadi dalam kaitannya karma dengan kelahiran kembali yaitu dengan menghindari karma buruk dengan Moksa ( Percaya dengan adanya kebahagiaan rokhani )
      Moksa yang berarti kebebasan. Kamoksan berarti kebebasan, dimana kita bebas dari pengaruh ikatan duniawi, bebas dari karma phala, bebas dari samsara, dan lenyap dalam kebahagiaan yang tiada tara. Karena sudah lenyap dan tidak mengalami lagi hukum karma, samsara, maka alam kamoksam itu akan bebas dari urusan -- urusan kehidupan duniawi, tidak mengalami kelahiran kembali berada pada alam Parama Siwa.
      Sesungguhnya alam moksa bisa juga dicapai semasa masih kita hidup di dunia, keadaan bebas di alam kehidupam disebut Jiwan Mukti atau moksa semasa masih hidup. Moksa sering diartikan bersatunya kembali atma dengan Parama Atma di alam Parama Siwa. Dialam ini tidak ada kesengsaraan, yang ada hanya kebahagiaan yang sulit dirasakan dalam kehidupan di dunia ini ( Sukha tan pawali Duhka ). Berbhakti pada dharma merupakan syarat utama untuk mencapai alam moksa , berbhakti dengan pikiran suci. Kesucian pikiran merupakan jalan utama untuk mendapatkan anugrah utama dari Sang Hyang Widhi Wasa. Hal tersebut dapat dibandingkan dengan besi yang bersih dari karatan, maka dengan mudah dapat ditarik oleh magnet. Akan tetapi besi kotor itu penuh dengan karatan maka sangat sukar dapat ditarik oleh magnet.
     Moksa merupakan tujuan akhir yang harus dicapai oleh setiap orang, yang dijelaskan menurut ajaran agama Hindu. Dinyatakan dengan kalimat "Mokharatam Jagadhita ya ca iti Dharma ". Yang berarti dengan dharma kita mewujudkan kedamaian semua mahluk dan keharmonisan alam semesta "jagadhita", serta mencapai pembebasan dari roda samsara "moksartham".
     Moksa sebagai tujuan akhir dapat dicapai melalui empat jalan yang disebut dengan Catur Marga yang terdiri dari :
- Bhakti Marga ( jalan Bhakti ). Dimana jalan untuk menuju Tuhan dengan cara menunjukan Bhakti kita (berbakti, cinta pada Tuhan dan sesama). Contoh Pelaksanaan Bhakti Marga yaitu dengan Melakukan persembahyangan pada Tuhan , menyanyikan nama nama Ketuhanan, melaksanakan Japa. Dengan melakukan hal tersebut dan dilandasi penuh rasa Bhakti kepada Tuhan, maka kita telah berhasil melaksanakan Bhakti Marga.
- Karma Marga( jalan Perbuatan ) merupakan jalan meuju Tuhan dengan cara bekerja / melakukan pelayanan tampa pamrih. Melakukan semua pekerjaan / pelayanan sebagai persembahan kepada Tuhan dan jangan pernah mengharapkan pamrih /hasilnya. Contoh Pelaksanaan Karma Marga yaitu ketika kita memberi bantuan kepada pengemis, jangan pernah kita mengharapkan suatu saat kita akan di bantu oleh orang lain dan jangan pula  mengharapkan sesuatu pada pengemis tersebut, bahkan jangan pernah kamu mengharapkan suatu saat kamu akan mendapat rezeki karena kamu telah menolong pengemis tersebut. Yang kamu harus lakukan adalah memberi bantuan pada pengemis itu dengan tulus ikhlas hanya ingin membantu pengmis itu. Yakinlah, dengan cara itu Tuhan akan memberikan sesuatu yang lebih (pencerahan / kemajuan spiritual) kepada kita.
- Jnana Marga( Jalan Ilmu Pengetahuan merupakan cara mencapai Tuhan dengan cara mempelajari kitab Suci Veda. Jnana Marga ini cukup sulit untuk dilakukan oleh orang biasa, karena tidak semua orang mampu untuk memahami secara benar apa maksud yang terkandung dalam Veda.
- Raja Marga ( Jalan Yoga ) merupakan cara mencapai Tuhan denga cara Meditasi, Perenungan Tuhan, Pengendalian (Tapa). Cara ini juga sulit dilakukan oleh orang yang tidak terlatih.
      Dalam perjalanan kehidupan terkadang kita melupakan apa itu karma sehingga menyalahkan apa yang terjadi dan kita hadapi seolah -- olah orang lain bahkan di sekitar kita yang menjadi penyebabnya. Seringnya kita melupakan apa yang diucapkan, lakukan/ perbuat bahkan pikirkan. Demi kebenaran yang disebabkan dan dirasakan oleh individual berdasar perasaan hati hingga ego dalam tercapainya akan kebenaran sendiri, sehingga kita  melupakan kebenaran secara kebersamaan.
     Apa yang berasal dari kita sesungguhnya akan kembali ke kita begitulah hukum karma, jadi dalam menghadapi kehidupan hendaknya kita tetap berpikir, berbuat dan berucap yang baik tanpa memperhitungkan balasannya karna semua hukumnya sudah pasti akan kembali ke diri kita entah itu kapan waktunya sesuai dengan karma masing -- masing. Jadi berhentilah memperhitungkan apapun yang sudah menjadi siklus karma, bijaksana lah dalam menjalani kehidupan sehingga menjadi pribadi yang dewasa dalam memperbaiki diri dalam karma.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H