MEMAKNAI KEMATIAN DAN KESENDIRIAN
(Teori Etnometodologi -- Harold Garfinkel)
Â
Harold Garfinkel lahir pada tanggal 29 oktober 1917 di Newark, New Jersey. Garfinkel berkuliah di Universitas Newark, dan lulus pada tahun 1939. Garfinkel secara resmi memperkenalkan etnometodologi melalui bukunya tahun 1967 "Research in Ethnomethodology". Harold Garfunkel meninggal pada 21 April 2011 di Los Angeles, California, AS.
Pemikiran Harold Garfunkel sangat dipengaruhi oleh teori Talcott Parsons tentang struktur tindakan sosial. Juga dipengaruhi oleh mile Durkheim, Garfinkel dan Durkheim tidak setuju dengan definisi fakta sosial. Karena etnometodologi pada dasarnya merupakan perluasan dari teori interaksi simbolik dan fenomenologi.
Etnometodologi secara harfiah berarti metode-metode yang digunakan orang berdasarkan keseharian untuk menyempurnakan kehidupan mereka sehari-hari. Etnometodologi berkaitan dengan organisasi kehidupan sehari-hari. (Garfinkel 1988 : 104). Â Seringkali tindakan yang bersifat rutin ataupun praktik-praktik keseharian menjadi tidak reflektif. Etnometodologi tidak berfokus pada aktor atau individu melainkan pada "anggota" atau kegiatan keanggotaan. Penjelasan-penjelasan adalah hal kunci dalam menjelaskan suatu situasi secara spesifik dalam Etnometodologi.
Etnometodologi juga dapat didefinisikan sebagai studi mengenai himpunan pengetahuan akal sehat dan deretan prosedur serta pertimbangan yang digunakan para anggota masyarakat awam untuk memaknai, menemukan jalan, dan bertindak menghadapi kondisi-kondisi ketika mereka menemukan diri. (Haritage, 1984 : 4; Linstead, 2006)
Teori etnometodologi adalah teori yang mencoba menjelaskan sesuatu dari sudut pandang  bagaimana metode itu diterapkan pada tugas-tugas praktis, tanpa menilai sifat penjelasannya. menjelaskan alasannya, karena dalam arti refleksi pikiran memasuki keadaan di mana dia dapat diamati dan ditafsirkan, sehingga kita merusak sifat orang biasa ketika kita mencoba menggambarkan apa yang dilakukan orang. (Ritzer, 2010; 324)
KEMATIAN
Memento Mori sebuah ajakan untuk mengingat hari kematian. Berfikir tentang hari kematian dapat mendorong kita menggunakan waktu yang kita miliki sekarang sebaik mungkin sehingga hidup kita menjadi lebih bermakna. Coba bayangkan, jika minggu ini adalah minggu terakhi hidup kita, apa yang akan kita lakukan ?. Tentunya kita tidak akan menyia-nyiakan waktu dan mungkin akan muncul berbagai pertanyaan, seperti "apa yang paling berharga dalam hidup?", "Hidup seperti apa yang memuaskan batin?", "Bagaiaman kita bisa mencinta orang lain dan diri sendiri lebih baik?", "Kebaikan apa yang akan diperbuat dan dikatakan hari ini?". Kita tidak akan lagi mempermasalahkan hal remeh yang sebetulnya tida perlu dipermasalahkan.
Memento mori adalah pemikiran yang dianggap berguna sejak dulu. Filsuf Seneca dan Marcus Aurelius bilang, "Hiduplah seakan hari ini hari terakhir kita bernafas," dan "Jadikanlah ini penentu apa yang kita lakukan, utarakan dan pikirkan."
Di Mesir, piramida dan mumi menjadi pengingat untuk merayakan hidup dan penghormatan terhadap hidup yang tidak abadi. Lukisan Danse Macabre dan Vanitas pada abad 14 dan 17 menggambarkan tengkorak, jam pasir, buah dan bunga yang membusuk sebagai simbol waktu dan kematian. Tidak jarang pula orang jaman dulu sengaja menaruh tengkorak di atas meja kerja. Inti dari semua tindakan ini adalah bahwa tidak ada yang tahu berapa umur yang kita dapatkan dalam hidup ini. Muda tua, kaya miskin, terkenal atau tidak, semuanya sama di hadapan kematian yang bisa datang kapan saja; dan kesadaran ini dapat membuat setiap hari menjadi lebih berharga.
"Ketika ajal menjemput kita bukan apa yang kita miliki, melainkan kumpulan dari apa yang kita lihat, lakukan, dan alami". Perlakukan waktu yang kita punya sekarang sebagai hadiah. Mengingat hari kematian dan menikmati hidup.
KESENDIRIAN
Di jaman hiperkoneksi seperti sekarang ini, penting rasanya membahas kesendirian. Para tokoh penting dalam sejarah dunia menghasilkan pemikiran brilian dari kesendirian, bahkan kondisi terasing. Pramoedya Ananta Toer menumpahkan buah pikirannya di kesunyian sel penjara ke dalam empat karya sastra, tetralogi Buru. Abraham Lincoln monerahkan salah satu pidato presiden terbaik Amerika Serikat, Pidato Gettysburg, setelah beberapa minggu menapak sendirian dan berefleksi di makam pahlawan. Ibnu Khaldun menuturkan sekelumit kehidupannya dalam kitab Al Ibar wa Diwanul Mubtada' wa Al-Khabar. "Aku bermukin di benteng Ibn Salamah selama empat tahun dalam kondisi tidak terlalu sibuk". Dari permukimannya tersebut Ibn Khaldun menuliskan kitab yang sangat fenomenal yang bahkan Mukadimahnya saja menghasilkan banyak diskursus  dan menjadi teori-teori baru dalam bidang ilmu sosial dan sejarah.
Sendirian tidak selalu berarti mengasingkan diri di suatu tempat terpencil yang jauh dari peradaban dan orang lain. Kesendirian adalah keadaan di mana pikiran kita tidak terpengaruh oleh pikiran orang lain. Dengan kata lain, ketika kita hanya memikirkan pikiran kita sendiri. Kesendirian itu penting karena dalam kesendirian kita bisa menjernihkan pikiran. Ini adalah kesempatan kita untuk mempelajari sesuatu atau lebih tentang diri kita sendiri. Dalam kesendirian, kita bisa mencapai keseimbangan emosi - hasil dari refleksi diri yang tidak tergesa-gesa. Kesendirian tidak akan bisa tercapai di tempat tersunyi sekalipun selama kita membiarkan pemikiran orang lain mengusik benak kita.
Pemikiran orang lain bisa muncul ketika, kita bercakap-cakap dengan orang lain, membaca buku, menonton televisi, melihat informasi secara massif di media sosial. Media sosial menjadi tantangan besar dalam keseharian saat ini, aplikasi dan informasi yang jumlahnya tidak terhingga membuat pikiran kita selalu ramai dan tidak pernah sepi. Kesendirian semakin asing dan terasing.  Padahal dalam kesendirian itulah ide-ide kreatif muncul. Pikiran lebih cepat membuahkan solusi bagi permasalahan  dan menjadi individu yang lebih fokus dala kehidupan sehari-hari. Menjadi lebih jelas apa dan siapa yang penting dan berarti dalam hidup kita.
Kematian dan Kesendirian adalah hal yang sangat lekat dan dekat dengan kita. Sangkar besi dalam sistem kehidupan dunia ini membuat kita terpenjara dan mengabaikan pemaknaan-pemaknaan atas hal-hal yang seharusnya menjadi refleksi dalam setiap langkah dikeseharian kita, bagaimana kita bisa lebih memaknai kesendirian dan kematian dan menyatu dengan diri kita secara utuh.
Sumber :
- George Ritzer & Jeffrey Stepnisky. 2019. "Teori Sosiologi". Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
- https://www.kompasiana.com/evipujilestari01/618d3fd0e71ae055cb64ee62/etnometodologi-harold-garfinkel?page=all#section1
- https://youtu.be/i4THpZWtR_0
- https://youtu.be/9f_kmS-UwQA
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H