Mohon tunggu...
Ade SetiawanSimon
Ade SetiawanSimon Mohon Tunggu... Lainnya - Freelance

Scribo Ergo Sum

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Senja Kampung Nelayan

15 Oktober 2024   18:39 Diperbarui: 15 Oktober 2024   18:44 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mentari hampir padam di ujung horizon

Cahaya merahnya digulung ombak

Tenggelam di dasar laut sebelah barat yang tak berujung

Menghilang meninggalkan pantai

Di darat nama Ilham menggema di lorong kampung

Azan hampir kumandang tapi Ilham tak kunjung pulang

Pada hal sudah waktunya belajar ngaji dengan kaka Siti Mariam

Sementara mama terus menyisir kampung dengan ranting kayu tergenggam

Jalanan berdebu kampung tampak ramai

Para pemuda dan pria parubaya hilir mudik

Dengan telanjang kaki dan sarung menggantung di pundak

Lengan kekar menggotong ember dan dayung

Turunan terjal menuju dermaga

Mama-mama jinjing ember penuh cumi

Anak-anak rebutan hasil sisa tangkapan

Perahu berayun di dermaga menanti tuan

Mari kita melaut lagi

Pero, 15 Oktober 2024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun