Mohon tunggu...
ADE SETIAWAN
ADE SETIAWAN Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Kepala Puskeswan Pandeglang

All is Well

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Ritual Mapag Sri: Menjaga Kearifan Lokal, Meneruskan Semangat Bertani

22 April 2024   21:35 Diperbarui: 23 April 2024   07:45 734
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ritual Mapag Sri: Menjaga Kearifan lokal, Meneruskan Semangat Bertani di Pandeglang Selatan

Bertani adalah aktivitas sebagian besar masyarakat hingga kini. Tersebab itulah bangsa Indonesia dikenal sebagai negara agraris.

Sebagai masyarakat petani, iklim yang teratur, curah hujan, aliran sungai, dan kondisi tanah yang subur, merupakan faktor pendukung yang sangat penting.

Oleh karena keadaan geografis yang baik inilah, maka sejak zaman Nusantara mata pencaharian utama masyarakat Indonesia adalah bercocok tanam.

Di Pandeglang, salah satu kabupaten di Provinsi Banten, tradisi masyarakat agraris sangat lekat dengan seni dan budaya lokal yang masih kuat.

Beragam ritual atau upacara yang digelar menjadi spirit hidup masyarakat yang mewarisi tradisi bercocok tanam padi, berkebun, dan beternak itu.

Lekatnya tradisi juga mendasari sebagian petani, terutama di wilayah Pandeglang bagian Selatan, bertahan dengan padi-padi varietas lokal, seperti geulismandi, pare hideung, rogol, sarikuning, marahmay, ketan bodas, dan ketan hideung.

Mereka percaya padi-padi buhun (varietas lokal) warisan leluhur itu membawa berkah. Keberkahan itu tercermin dari hasil panen yang mencukupi kebutuhan pangan keluarga. Bahkan, petani setempat tak perlu membeli benih atau beras di pasar.

Sayangnya, umur masa tanam padi buhun itu lebih lama yakni sekira 6-7 bulan atau lebih lama ketimbang varietas unggul Ciherang atau padi IR yang berumur kurang dari 4 bulan atau sekira 100-120 hari.

Akibatnya, tentu saja jumlah petani yang bertahan dengan padi-padi buhun, semakin tahun terus berkurang lantaran kalah produktivitas.

Diperkirakan saat ini sebagian besar para petani setempat sudah beralih menggunakan bibit padi varietas unggul menggantikan padi buhun atau sudah sekira 60-70 persen dari produktivitas varietas unggul baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun