Berdasarkan penuturan yang disampaikan sang khatib saat khutbah shalat Id, sesungguhnya intisari hari raya Idulfitri itu terletak pada ketaatan kita kepada Sang Pencipta, yakni Allah SWT.
"Bukanlah disebut Id bagi orang yang mengenakan (pakaian) baru, sesungguhnya Id itu bagi orang yang ketaatannya bertambah, dan setiap hari yang tiada maksiat di dalamnya itulah Id"
Ungkapan tersebut meluruskan orang-orang yang berpikiran bahwa hari raya Idulfitri selalu identik dengan baju baru atau hal-hal baru lainnya.
Pasalnya, kita telah dilatih selama satu bulan untuk berlomba-lomba melakukan segala amal kebaikan sebagai cerminan dari ketaqwaan kita kepada Allah SWT.
Jangan sampai ketika Ramadan pergi, amal-amal kebaikan itu juga turut pergi. Padahal, yang diharapkan pasca Ramadan adalah kesinambungan amalan kebaikan tetap senantiasa ditebarkan, bahkan jika mampu justru semakin ditingkatkan kadarnya.
Tantangan 6 hari puasa pasca Ramadan
Puasa sunah setelah bulan Ramadan yang dilakukan selama 6 hari setelah hari raya Idulfitri adalah puasa Syawal yang dimulai tanggal 2 Syawal.
Puasa Syawal bisa dilakukan apakah secara berturut-turut atau secara dicicil yang dianjurkan jumlahnya selama 6 hari di bulan Syawal.
Keterangan perihal puasa bulan ke-10 dalam kalender hijriyah ini berdasarkan hadis Nabi Muhammad SAW. yang menganjurkan kepada umatnya untuk berpuasa selama 6 hari pada bulan Syawal atau setelah umat Islam berpuasa penuh selama sebulan.
Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa yang berpuasa pada bulan Ramadan, kemudian diikuti enam hari pada bulan Syawal, maka pahalanya sama dengan puasa satu tahun." (HR. Muslim).
Lalu, apa tantangan melaksanakan puasa di bulan Syawal?
Puasa Syawal merupakan tantangan tersendiri bagi umat Islam lantaran merupakan sambungan dari puasa Ramadan yang telah dilakukan selama sebulan penuh sebelumnya.
Secara psikologis puasa Syawal selama 6 hari tidaklah terlalu sulit lantaran selama sebulan penuh umat Islam sudah terbiasa berpuasa setiap hari.