Lalu, mulai timbulnya rasa cemas dan takut tertinggal notifikasi dari media sosial juga merupakan tanda ketergantungan. Intinya, waktu yang tepat melakukan puasa media sosial tergantung pada kapan gejala-gejala ketergantungan itu muncul.
Kemudian, muncul perasaan tidak tenang yang disertai dengan rasa iri karena unggahan teman dan orang-orang yang kamu ikuti di media sosial.
Selanjutnya, media sosial sudah mengambil alih kehidupan. Makan, mandi, dan aktivitas lain yang dilakukan secara cepat karena ingin sesegera mungkin melihat media sosial adalah salah satu gejalanya.
Nah, puasa media sosial menjadi penting untuk memastikan kita tidak menjadi kecanduan dan beberapa hal negatif tersebut. Pasalnya, kecanduan media sosial dinilai dapat mengganggu kesehatan mental penggunanya.
Kemudian, bagaimana cara melakukan puasa media sosial?
Hal yang penting untuk melakukan puasa media sosial adalah mengumpulkan niat yang sungguh-sungguh.
Adapun, cara yang dapat digunakan untuk melakukan puasa media sosial antara lain:
Pertama, Mengurangi durasi menggunakan media sosial secara bertahap. Nah, salah satu indikator kesuksesan puasa media sosial dapat dilihat dari statistik penggunaan media sosial di smartphone.
Kedua, bila tuntutan pekerjaan dan media sosial harus tetap digunakan, kita masih bisa menerapkan puasa dilakukan di hari libur selain hari kerja.
Oh ya! Puasa media sosial tidak mesti langsung menghentikan penggunaannya sepenuhnya, kok.
Seperti yang saya alami, walaupun sudah sejak lama puasa menggunakan Facebook, Twitter, dan Instagram, tapi akun saya masih tetap aktif, dan sewaktu-waktu masih bisa digunakan untuk hal yang bermanfaat.
Semoga bermanfaat!