Itu harus menjadi satu kesadaran kolektif, tidak hanya kesadaran intelektual, tapi juga kesadaran spiritual.
Nah, oleh karena itu hendaknya jangan membedakan antara pekerjaan dalam aspek kehidupan kita lantaran bisa jadi kesemuanya adalah keragaman ibadah jika kita meniatkan karena Allah SWT.
Inilah yang menjelaskan mengapa ketika banyak orang yang bekerja hanya mencari rejeki, tapi melupakan pemilik rejeki yakni Allah, maka mereka akan merasa lelah lantaran sejatinya dia justru tidak mendapatkan nikmat dan keberkahan dari rejekinya.
Kenapa? Karena mungkin dicabutnya keberkahan dalam hidupnya.
Maka dari itu, ketika pekerjaan dan seluruh aspek kehidupan kita diniatkan untuk ibadah, yang terjadi adalah timbul spirit dan rasa tanggung jawab untuk melaksanakan ibadah-ibadah lainnya yang diperintah Allah SWT.
Misalnya, jika kita adalah seorang kepala keluarga, kemudian kita bekerja untuk menafkahi keluarga, maka jangan lupa jika tiba waktunya Ibadah lainnya seperti shalat, puasa, zakat agar segera ditunaikan.
Supaya apa?
Agar nikmat yang diberikan Allah berupa uang itu akan menambah rejeki yang kita peroleh dan bawa pulang. Sehingga berujung pada istri dan anak-anak yang sehat, dan keluarga yang bahagia. Inilah yang disebut rejeki yang berkah.
Nah, Kompasianer itulah "Work, Life, Ibadah Balance" Ramadan bercerita 2024 yang saya tulis dalam episode Ramadan bercerita 2024 Hari 13 dalam kontek agama yang saya yakini. Semoga bermanfaat!
Selamat menunaikan Ibadah puasa Hari ke-12 Ramadan 1445 H
"Ya Allah, berkahilah rezeki yang Engkau berikan kepadaku, lindungilah aku dari keburukan yang Engkau takdirkan, dan berkahilah untukku di bumi dan di langit." Amin
Salam Literasi
Ade Setiawan, 23.03.2024