Usai suara dentuman meriam ngejelegur, lalu tak lama berselang dilanjutkan dengan raungan suara sirine yang juga berasal dari speaker Masjid. Baru kemudian terdengar kumandang azan Magrib.
Tradisi membunyikan meriam ini dilakukan secara rutin selama bulan Ramadan tak hanya ketika tiba buka puasa, melainkan juga dilakukan saat tiba imsak.
Dari cerita para penyulut meriam, tradisi membunyikan meriam ini sudah berjalan sejak sebelum Kemerdekaan Indonesia, dan hingga sekarang masih dilestarikan sebagai salah satu ciri khas Rangkasbitung, Kabupaten Lebak.
Baca juga:Â Lokasi Ngabuburit Favorit Seraya Berburu Kuliner, Dimana?Â
Bunyi meriam yang ngajelegur di Masjid Agung Al-Aaraf Rangkasbitung bukan hanya sekadar penanda waktu, tapi juga menjadi daya tarik tersendiri bagi warga Rangkasbitung dan sekitarnya.
Warga yang sengaja datang untuk menunggu suara dentuman meriam nampaknya sudah berkumpul di Alun-alun Rangkasbitung.
Dari Alun-alun, memang suara meriam ini terdengar jelas. Kabarnya suara dentumannya menjangkau radius 2 km ketika dibunyikan saat buka puasa dan mencapai radius 5 km saat dibunyikan waktu imsak.
Saat meriam berbunyi, warga bersorak sorai dan mulai menyantap hidangan berbuka puasa yang sudah dipersiapkan.
Begitu pula saya, usai liputan singkat, langsung bergegas buka puasa ditemani sang anak.
Kami mencicipi bekal takjil dan minuman yang dibawa dari rumah hingga tuntas.