Mohon tunggu...
ADE SETIAWAN
ADE SETIAWAN Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Kepala Puskeswan Pandeglang

All is Well

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Artikel Utama

Fenomena Pancaroba, Potensi Bencana, dan Peringatan Dini yang Kerap Tak Diindahkan

17 Maret 2024   01:00 Diperbarui: 17 Maret 2024   12:02 3414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak hal yang berkecamuk di benak saya pagi ini, tatkala menyaksikan empang (kolam air) di belakang rumah airnya meluap. Luapan itu terjadi akibat hujan lebat yang menyiram desa saya sejak Jumat (15/03/2024) sore hingga Sabtu (16/03/2024) pagi.

Sebelumnya, tak pernah sekalipun ketika turun hujan, airnya mengisi penuh melewati batas bibir empang. Hal ini telah berlangsung sejak puluhan tahun ketika empang yang sengaja difungsikan sebagai embung - kolam penampung air saat turun hujan.

Jadi, ini kali pertama empang seluas 4 m x 6 m dengan kedalaman 2 meter ini melampaui kapasitas daya tampungnya. Padahal sejak awal saya sudah mengantisipasi luapan air hujan dengan membuat puluhan lubang resapan di sekitar pekarangan rumah agar ketika air mengalir tidak langsung menuju empang.

Lubang resapan dengan kedalaman 1 m berdiameter 10 cm yang terbuat dari casing pipa pvc itu selama ini cukup membantu mempercepat penyerapan tanah terhadap air hujan.

Tujuan pembuatan empang dan lubang resapan memang sejak awal dirancang sebagai penyimpan air mengingat daerah tempat saya tinggal kerap sulit air saat terjadi kemarau yang berkepanjangan.

Tapi dengan kejadian kali ini keduanya sudah tak mampu menahan derasnya air hujan yang turun selama dua pekan terakhir.

Ya, belakangan ini memang di daerah saya kerap turun hujan. Seringnya hanya hujan ringan, namun kadang hujan sangat lebat yang disertai petir, guntur, dan angin kencang.

Tak hanya merendam empang saya. Empang-empang ikan tetangga juga terendam air hujan hingga meluap. Bahkan sebagian besar sawah yang telah ditanam padi mulai terendam akibat saluran irigasi yang tersedia sudah tak mampu lagi menampung debit air yang besar di hujan kali ini.

Akan tetapi kami masih beruntung, karena hujan ini belum sampai menggenangi area pemukiman lantaran kampung kami Desa Pasirtangkil Kecamatan Warunggunung Kabupaten Lebak tidak terletak di daerah rawan banjir.

Sawah terendam banjir akibat hujan deras di Desa Pasirtangkil, Lebak 16.03.2024 / Dokumentasi Pribadi
Sawah terendam banjir akibat hujan deras di Desa Pasirtangkil, Lebak 16.03.2024 / Dokumentasi Pribadi

Beruntungnya juga, luapan empang saya tak berlangsung lama. Sekira beberapa jam kemudian air sudah kembali surut dibawah bibir empang.

Namun, perasaan ini masih belum tenang mengingat hujan dengan intensitas sedang masih terus berlangsung sampai saya menyelesaikan tulisan ini menjelang Magrib.

Baca juga: Ramadan Ya Ramadan

Lantas, apa sebenarnya yang sedang terjadi saat ini?

Badan Metereologi Klimatologi Geofisika (BMKG) menyebut Bulan Maret - April 2024 sebagai masa peralihan musim dari musim hujan ke musim kemarau (pancaroba).  

Masa pancaroba inilah yang mengakibatkan terjadinya fenomena alam tidak biasa yang ditandai dengan kondisi cuaca yang tak menentu.

"Salah satu ciri masa peralihan musim adalah pola hujan yang biasa terjadi pada sore hingga menjelang malam hari dengan didahului oleh adanya udara hangat dan terik pada pagi hingga siang hari."

Seluruh fenomena pancaroba ini yang berkontribusi terhadap terjadinya fenomena cuaca ekstrem seperti hujan lebat dalam durasi ringan, sedang, dan lama yang dapat disertai kilat, petir, dan angin kencang, angin puting beliung, hingga potensi terjadinya hujan es.

Baca juga: Waspada Ancaman Virus Dengue di Musim Pancaroba

Foto Banjir di Desa Idaman Kecamatan Patia (Dokumentasi: RRI/Dendy Fachreinsyah)
Foto Banjir di Desa Idaman Kecamatan Patia (Dokumentasi: RRI/Dendy Fachreinsyah)

Lalu, apa dampak pancaroba saat ini?

Saat memasuki pergantian musim, memungkinkan terjadinya potensi bencana hidrometeorologi yang diprediksi ikut meningkat.

Mengutip laman BMKG, bencana hidrometeorologi adalah suatu fenomena bencana alam atau proses merusak yang terjadi di atmosfer (meteorologi), air (hidrologi), atau lautan (oseanografi).

Dampak dari fenomena ini dapat mengakibatkan hilangnya nyawa, cedera, dan dampak kesehatan lainnya.

Berikut beberapa prakiraan BMKG yang telah terjadi belum lama ini sebagai dampak pancaroba di Provinsi Banten, antara lain:

Pertama, hujan lebat dalam durasi panjang yang terjadi di Kecamatan Patia Kabupaten Pandeglang telah mengakibatkan banjir yang menimpa warga Desa Idaman.

Mengutip berita rri.co.id: “Desa Idaman, Kecamatan Patia, Kabupaten Pandeglang, Banten, terendam banjir setelah diguyur hujan sejak Jumat (8/3/2024) pagi. Ketinggian banjir kali ini sudah sampai satu meter dan ratusan rumah terendam air.” 

Kedua, hujan yang terjadi di Kecamatan Menes telah memicu terjadinya longsor Ruas jalan di Kabupaten Pandeglang, Banten terputus akibat longsor sepanjang 25 meter sehingga tidak bisa dilintasi kendaraan roda dua maupun roda empat.

Kantor Berita Antara Provinsi Banten menyebut, peristiwa longsornya jalan yang menghubungkan antarkecamatan Menes, Cisata dan Saketi itu terjadi pada Senin (11/03/2024) subuh setelah wilayah tersebut diguyur hujan intensitas ringan.

Ketiga, Hujan deras membuat aliran Sungai Cidanghiang meluap terutama di sekitar Kampung Cipait hingga Barugbug, Minggu (18/02/2024).

Kompas TV menyebut, “Banjir bandang yang menerjang Desa Ciomas, Kabupaten Serang, Banten tersebut mengakibatkan belasan rumah warga rusak.”

Lain itu, banyak pula kejadian bencana alam lain yang dapat disaksikan dan baca melalui media massa akibat masa pancaroba di Indonesia.

Angin kencang, kilat dan petir, pohon tumbang, puting beliung, bahkan fenomena hujan es juga menjadi tontonan yang sering kita saksikan di media sosial.

Baca juga: Berdamai dengan Gempa di Jalur "Ring of Fire" Pasifik, Mungkinkah?

Foto Longsor di Kecamatan Menes, Pandeglang (Dokumentasi banten.antaranews.com / Mansyur)
Foto Longsor di Kecamatan Menes, Pandeglang (Dokumentasi banten.antaranews.com / Mansyur)

Kemudian, bagaimana masyarakat menyikapi fenomena pancaroba ini?

BMKG sebagai otoritas resmi yang menangani urusan metereologi, klimatologi, dan geofisika mengimbau masyarakat untuk waspada dan senantiasa mengupdate informasi dan peringatan dini cuaca yang dikeluarkannya.

Sebagai masyarakat, saya kemudian coba mencari informasi tentang prakiraan cuaca di wilayah Provinsi Banten dimana saya tinggal. Tujuannya sebagai bentuk kewaspadaan agar lebih a ware (sadar) dengan potensi bencana alam di sekitar kita.

Dan ternyata iya benar, bahwa sebenarnya BMKG sudah menyediakan informasi cukup lengkap di sini.

Sekarang tinggal apakah masyarakat mau atau tidak mengakses informasi yang bermanfaat tersebut.

Melalui situs bmkg.go.id misalnya telah disebutkan bahwa wilayah Provinsi Banten merupakan salah satu daerah rawan bencana.

Potensi kerawanan tersebut berlaku untuk wilayah Kabupaten Pandeglang bagian Barat dan Selatan dengan kategori siaga untuk periode tanggal 15 Maret 2024.

Sementara itu, potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat disertai petir atau angin kencang periode 15 Maret 2024 terjadi pada sebagian besar wilayah Kabupaten Pandeglang, sebagian besar Kabupaten Lebak, Kabupaten Serang bagian Barat, serta Kota Cilegon.

Potensi tersebut juga terjadi pada Periode 16-18 Maret 2024 untuk sebagian besar wilayah Kabupaten Pandeglang, sebagian besar Kaupaten Lebak, Kabupaten Serang bagian Barat dan Selatan, serta Kabupaten Tangerang bagian Selatan.

“Potensi gelombang tinggi pada tanggal 15 hingga 18 Maret kategori tinggi, sekitar 2,5 hingga empat meter di Selat Sunda bagian Selatan, Perairan Selatan Banten, dan Samudra Hindia Selatan Banten.

“Masyarakat dan instansi terkait agar tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem tersebut,” demikian pernyataan otoritas resmi yang diunggah melalui laman BMKG 

Nah, pertanyaan selanjutnya, kenapa masyarakat kerap mengabaikan peringatan dini yang disampaikan BMKG?

Pembahasannya insya Allah tayang besok ya!

Sekarang mari kita berdo’a dulu aja, hujan deras yang masih terjadi di Provinsi Banten dan wilayah lainnya di Indonesia tidak mengakibatkan bencana yang serius. Amin

Salam Literasi

Ade Setiawan, 16.03.2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun