Banyak hal yang berkecamuk di benak saya pagi ini, tatkala menyaksikan empang (kolam air) di belakang rumah airnya meluap. Luapan itu terjadi akibat hujan lebat yang menyiram desa saya sejak Jumat (15/03/2024) sore hingga Sabtu (16/03/2024) pagi.
Sebelumnya, tak pernah sekalipun ketika turun hujan, airnya mengisi penuh melewati batas bibir empang. Hal ini telah berlangsung sejak puluhan tahun ketika empang yang sengaja difungsikan sebagai embung - kolam penampung air saat turun hujan.
Jadi, ini kali pertama empang seluas 4 m x 6 m dengan kedalaman 2 meter ini melampaui kapasitas daya tampungnya. Padahal sejak awal saya sudah mengantisipasi luapan air hujan dengan membuat puluhan lubang resapan di sekitar pekarangan rumah agar ketika air mengalir tidak langsung menuju empang.
Lubang resapan dengan kedalaman 1 m berdiameter 10 cm yang terbuat dari casing pipa pvc itu selama ini cukup membantu mempercepat penyerapan tanah terhadap air hujan.
Tujuan pembuatan empang dan lubang resapan memang sejak awal dirancang sebagai penyimpan air mengingat daerah tempat saya tinggal kerap sulit air saat terjadi kemarau yang berkepanjangan.
Tapi dengan kejadian kali ini keduanya sudah tak mampu menahan derasnya air hujan yang turun selama dua pekan terakhir.
Ya, belakangan ini memang di daerah saya kerap turun hujan. Seringnya hanya hujan ringan, namun kadang hujan sangat lebat yang disertai petir, guntur, dan angin kencang.
Tak hanya merendam empang saya. Empang-empang ikan tetangga juga terendam air hujan hingga meluap. Bahkan sebagian besar sawah yang telah ditanam padi mulai terendam akibat saluran irigasi yang tersedia sudah tak mampu lagi menampung debit air yang besar di hujan kali ini.
Akan tetapi kami masih beruntung, karena hujan ini belum sampai menggenangi area pemukiman lantaran kampung kami Desa Pasirtangkil Kecamatan Warunggunung Kabupaten Lebak tidak terletak di daerah rawan banjir.