Sidang isbat penting dilakukan lantaran keberagaman organisasi kemasyarakatan (Ormas) Islam di Indonesia yang memiliki metode dan standar masing-masing dalam penetapan awal bulan kalender Hijriyah.
Sebelum Indonesia Merdeka, awal bulan kalender  Islam ini ditentukan oleh masing-masing ormas keagamaan yang ada saat itu. Tersebab adanya perbedaan mazhab serta metode yang digunakan, tak jarang pandangan satu dengan lainnya berbeda, termasuk menentukan awal mula puasa Ramadan dan Idul Fitri.
Pasca Kemerdekaan Republik Indonesia, setelah Kementerian Agama dibentuk mulailah digelar sidang isbat ini.
Nah, dalam hal ini sidang isbat menjadi penting sebagai wadah atau forum komunikasi antar pemerintah dan perwakilan umat Islam, sekaligus mekanisme pengambilan keputusan setiap menetapkan awal bulan Islam.
Dalam proses sidang Isbat nantinya akan dilakukan tiga pembahasan utama yakni, diawali dengan pemaparan posisi hilal awal Ramadan 1445 H berdasarkan hasil hisab. Pemaparan dilakukan Tim Hisab dan Rukyat Kemenag mulai pukul 17.00 WIB.
Lalu, dilanjutkan dengan sidang Isbat Penetapan Awal Ramadan 1445 Hijriyah yang digelar secara tertutup setelah Salat Magrib.
Menurut kemenag.go.id, "Selain data hisab (informasi), sidang isbat juga akan merujuk pada hasil rukyatulhilal (konfirmasi) yang dilakukan Tim Kemenag pada 134 lokasi di seluruh Indonesia,"
Selanjutnya, Menteri Agama akan menyimpulkan hasil sidang isbat yang  akan disampaikan secara langsung melalui media secara nasional, apakah awal puasa jatuh tanggal 11 atau 12 Maret 2024.
2. Kenapa penentuan awal kalender Hijriyah bisa beda-beda?
Penetapan awal bulan dalam kalender Islam sesunggunya berada di ranah perdebatan sains, bukan masalah akidah, atau hukum ibadah.
Oleh karena itu ormas-ormas Islam di Indonesia memiliki kalender Hijriyah tersendiri.