Tulisan buruk akan beralih jadi tulisan bagus tatkala kita menuliskannya, bukan sekadar mengangan-angankan untuk menulisnya. Karenanya, tak usah takut menulis kendatipun hasilnya buruk.
Pertama-tama, saya ingin menyampaikan yang dimaksudkan dengan “tulisan buruk” dalam judul artikel diatas adalah konten artikel saya di Kompasiana, enggak tulisan kepunyaan orang lain.
Begitu pula, artikel ini tidak akan membahas tentang kualitas ide dalam sebuah tulisan. Tidak pula tentang keterampilan memilih diksi atau merangkai kata. Karena itu bukan keahlian saya.
Ini lebih tentang sesuatu, sekadar memotivasi sesama penulis pemula untuk tak usah takut memulai menulis.
*****
Saya teringat mula-mula mengenal Kompasiana dari sebuah artikel “Irna-Tanto, Musuh yang Bersatu” yang pernah ditulis Kompasianer Fauzi Albarra tahun 2015.
Saking bagus artikelnya, waktu itu saya hanya mengkhayalkan kapan bisa menulis di Kompasiana, lantaran saya menganggap tulisan saya tidak bagus.
Karena mengkhayalkan belaka, saya tak kunjung memulai menulis. Hingga akhirnya setelah 8 tahun berangan-angan, baru kemudian 04 September 2023 saya nekat menulis di Kompasiana.
Dan beberapa waktu dalam hitungan pekan menulis di Kompasiana, saya menemukan fakta yang sangat mengejutkan. Ternyata ada (banyak) artikel yang saya baca (maaf) sama-sama buruk seperti “tulisan buruk” saya.
Begitupun sebaliknya, bila menemukan tulisan yang saya nilai bagus, ternyata banyak lagi artikel lain yang lebih bagus, sangat bagus, bahkan super bagus.