Cita-cita orang tua Suku Baduy dan masa depan anak-anak mereka itu sempat menjadi polemik tatkala sinyal internet merambah masuk Desa Kanekes.Â
Banyak dari anak-anak mereka mulai enggan membantu orang tua ke ladang lantaran sibuk on-line dan keasyikan berinternet ria.
Hal itu membuat Kokolot (oarng yang dituakan) Suku Baduy resah. Dan akhirnya mereka mengajukan penghapusan sinyal internet lantaran dinilai berdampak negatif bagi generasi penerus Suku Baduy, terutama mereka yang berada di pemukiman Baduy Dalam yang meliputi tiga Kampung yakni Cibeo, Cikartawana, dan Kampung Cikeusik.
Menurut mereka, keberadaan sinyal internet terlalu memberikan kemudahan generasi muda mereka dalam mengakses berbagai aplikasi dan konten yang tidak mendidik versi masyarakat Suku Baduy Dalam.
Namun penghapusan sinyal internet itu diputuskan tidak berlaku bagi masyarakat Suku Baduy Luar yang masih diijinkan dengan alasan untuk usaha bisnis on-line.
5. Hidup Hemat dan Sehat Menjadi Prioritas
Kendaraan bermesin, seperti motor dan mobil, tidak diperbolehkan di Baduy Dalam. Namun, itu tidak menghalangi mereka pergi berkunjung ke kota besar. Mereka kerap kali menempuh perjalanan puluhan hingga ratusan kilometer dengan berjalan kaki, namun mereka tidak mengeluh.
Begitupun soal makan sehari-hari Suku Baduy telah menerapkan mindful eating. Mereka menyantap apa adanya makanan yang tersedia di alam.Â
Di kalangan Masyarakat Suku Baduy Dalam, masakan menu daging ayam merupakan makanan mewah, meskipun banyak ayam kampung berkeliaran. Makanan olahan ayam hanya tersedia saat acara pernikahan dan kelahiran.
6. Belajar Bertahan Hidup dari Alam
Masyarakat Baduy Dalam tidak mengenal sistem pendidikan formal dan oleh karenanya adat melarang anak-anak mereka untuk bersekolah.